Monday 26 August 2019

Etnis Tiongha Masuk Palembang


Etnis Tionghoa Mulai Masuk ke Palembang.
Komunitas Cina Palembang yang secara historis telah melakukan hubungan dagang sejak awal abad Masehi tentunya juga mempunyai sejarah yang panjang tentang pemukimannya. Meskipun demikian, keterbatasan data tidak memungkinkan untuk merekonstruksi pola pemukimannya sejak awal kehadiran mereka di Palembang. Oleh karena itu, dalam tulisan sejarah pemukiman masyarakat Cina di Palembang dimulai sejak runtuhnya kerajaan Sriwijaya sampai masa kolonial. Dari data keramik dapat diperkirakan sekurang-kurang sejak abad ke –7 Masehi, sudah terjalin hubungan dagang anatara Cina dengan Palembang, meskipun sumber tertulis menyebutkan bahwa puncak hubungan perdagangan terjadi pada abad ke 10-16. Hubungan dagang ini diperkuat dengan kehadiran utusan-utusan dari Palembangsejak abad ke -7 sampai dengan abad ke-13 ke negeri Cina. Dari sumber berita Cina sendiri hanya dapat diketahui bahwa sejak abad ke –7, tidak hanya hubungan dagang saja yang terjalin di anatara kedua wilayah ini, melainkan juga hubungan agama. Hal ini terbukti dari kehadiran I-t’sing, seorang pendeta Budha dari Cina yang belajar Sansekerta di Sriwijaya pada tahun 671 sebelum ke Nalanda, India.
Berdasarkan data sejarah dapat diketahui bahwa kelompok etnis Cina sudah mulai mengadakan kontak dagang sejak abad ke-7 Masehi, saat daerah ini masih dikuasai oleh Sriwijaya. Pada masa kemudian kedatangan orang-orang Cina yang menetap di Palembang justru melahirkan kepemimpinan kelompok etnis Cina di wilayah ini. Bahkan, setelah Islam memasuki daerah ini peran merekapun tidak surut, terbukti dengan munculnya imam kerajaan dari kelompok mereka. Dari sumber berita Cina (Ying Yai Sheng Lan) dapat diketahui bahwa etnis Cina yang ada di Palembang berasal dari Canton, Chang-chou dan Ch’uan-chou. Hanya saja dari sumber tersebut tidak disebutkan etnisnya. Pemukiman masyarakat Cina terdapat di wilayah 7 Ulu yang secara administratif termasuk wilayah Kelurahan 7 Ulu, kecamatan Seberang Ulu I, Palembang.
Masyarakat Cina yang merupakan bagian dari penduduk Palembang tentunya pola pemukimannya tidak jauh berbeda. Awalnya kelompok etnis Cina, seperti halnya masyarakat asing lainnya yang bermukim di wilayah Palembang, atas kebijakan sultan Palembang ditempatkan di seberang Ulu. Pembagian tata letak pemukiman yang berdasarkan status sosial, pekerjaan dan etnis telah terjadi di Palembang sejak kratonnya masih di Kuta Gawang. Etnis Cina ditempatkan di luar kraton. Bahkan, seperti halnya penduduk lainnya mereka bermukim di atas rakit. Rumah-rumah rakit yang berada langsung di atas air tetap mempunyai pola linear hanya sari segi kuantitas jumlahnya berkurang, hal ini terjadi karena perkembangan jaman (perubahan pemerintahan). Mereka lambat laun membentuk pemukiman rumah panggung. Keadaan ini juga berlaku untuk kelompok etnis Cina, sehingga kemudian munculah pemukiman Cina di 7 Ulu dengan segala sarana dan prasarananya. Pemukiman etnis Cina ini ditandai dengan adanya rumah Kapitan Cina, kelenteng dan pemakaman di Bukit Mahameru. Langgam arsitektur di kawasan Pecinan tersebut dipengaruhi oleh arsitektur lokal (Palembang), Cina dan Belanda. Sampai akhir pemerintahan kolonial Belanda pola pemukiman mereka tidak berubah, baik yang bermukim di atas rumah panggung maupun di atas rakit, yaitu berpola linear.
Tidak berbeda dengan literatur yang dikemukakan oleh Budayawan Palembang Djohan Hanafiah dalam sebuah bukunya Perang Palembang Melawan VOC (1996) diceriterakan bahwa Sriwjaya merupakan kerajaan yang lebih menguasai wilayah perairan di Asia Tenggara. Lalu, berdasarkan catatan sebagaimana dituturkan almarhum Djohan Hanafiah waktu lalu, Raja Palembang yang bernama Ma-na-ha, Pau –In –Pang (Maharaja Palembang) mengirim dutanya menghadap Kaisar Tiongkok pada tahun 1374. Maharaja ini disebut sebagai Raja Palembang terakhir pada saat penguasaan Sriwijaya, sebelum Palembang dihancurkan oleh Majapahit pada 1377.
Konflik Etnis Tionghoa yang terjadi di Palembang.
1. Masalah DPK (Dana Pihak Ketiga) dan Kredit BNI.
Potensi penyaluran kredit dan penghimpunan dana dari etnis Tionghoa sangat tinggi, sehingga wajar mayoritas perbankan membidik segmen ini. Bahkan bagi BNI, pangsa pasar ini bukan hanya mengenjot DPK (dana pihak ketiga), tapi juga berkontribusi besar terhadap pertumbuhan kreditnya.
”Sebetulnya kami tak membeda-bedakan nasabah. Seluruh segmen yang mau menjadi nasabah maupun debitur BNI sama dan kami gabung. Tapi tidak bisa kami pungkiri etnis Tionghoa juga kontribusinya tinggi. Banyak nasabah prioritas kami yang berasal dari etnis ini,” ujar Pemimpin Kanwil BNI Palembang Jefry AM Dendeng, di sela acara Malam Spektakuler Gala Dinner di Selebriti Cafe, akhir pekan lalu.
Kata Jefry, mayoritas etnis Tionghoa menjadi nasabah Emerald BNI. Untuk menjadi nasabah priority ini, harus mempunyai saldo minimal Rp1 miliar. ”Sesuai dengan benefit yang kami berikan, diantaranya travelling nasabah yang kami urus, mulai dari tiket, hotel, hingga emergency (sakit),” ungkapnya.
Dia mengatakan, walaupun etnis Tionghoa menguasai Emerald, namun penyokong dana mayoritas BNI tetap masyarakat pribumi. Sedangkan kredit, etnis Tionghoa hanya mengambil kredit investasi pertanian, industri, perdagangan, modal kerja sektor perdagangan, ekspedisi, dan angkutan. ”Tapi data pastinya belum bisa kami umumkan. Kami sedang right issue, mungkin setelah itulah atau akhir tahun baru bisa diketahui,” tuturnya.
Nah, sebagai bentuk apresiasi kepada nasabah dan debitur etnis Tionghoa, BNI menggelar Malam Spektakuler Gala Dinner di Selebriti Cafe, akhir pekan lalu. ”Sebetulnya salah satu nasabah kami yang menyelenggarakan acara ini, BNI hanya berpartisipasi,” tukasnya. Sekitar 500 tamu dari nasabah dan undangan hadir pada malam Gala Diner tersebut. Jefry berharap, acara ini mampu menumbuhkan keloyalan nasabah untuk terus menabung di BNI. Begitu juga bagi para debitur.
”Terselenggaranya acara ini juga karena disupport BNI. Kami laksanakan di dua kota. Pertama di Palembang, dan Januari 2011 nanti di Jakarta. Acara ini sebagai ajang silahturahmi antara etnis Tionghoa yang ada di Palembang. Sekaligus juga malam amal untuk membantu para korban letusan Gunung Merapi,” ungkap Panitia Malam Spektakuler Gala Dinner Farida Salim .(Martinus blog)

No comments:

Post a Comment

Sorga atau neraka

 Sorga itu sudah ada di dunia Hanya sedikit yang mau Banyak manusia lebih memilih dunia Jika dalam gembira kau gelisah Jika dalam susah kau ...