Tuesday 8 December 2015

ah untuk Sementara Biarlah Dulu suap

Budaya Indonesia Ah Untuk Sementara Biarlah Dulu”Suap”
Ada sesuatu yang sering kali dianggap enteng oleh hampir semua
 kebiasaan bagi bangsa Indonesia. Budaya Indonesia yang sudah
 terjadi turun temurun di negeri ini, ketika itu kita naik kereta api,
 tapi tidak beli tiket, saat pemeriksaan karcis, kita memberikan
 sejumlah uang, di terima begitu saja uang itu, atu kita naik di
 restorasi kereta api, kita kasih uang bagian restorasi kereta api,
selamatlah kita dari pemeriksaan karcis. Ketika itu terjadi sebuah
 kebakaran, karena merasa kasihan pada akhirnya seorang tetangga
 yang mearasa social, ia mau membantu orang tersebut, sehingga
 ia tumpangi sebidang tanah. Tentu saja tanah itu di tumpangi untuk
 sementara, berjalan satu tahun belum juga pindah, hingga pada akhirnya
 dua puluh tahun lebih tak juga mau pindah, karena awalnya mereka
 hanya memberikan uang sedikit entah kepada siapa, yang mengaku
 mereka dapat mengatasinya. Mengapa budaya kita selalu menunggu
 nanti saja atau untuk sementara, di satu wilayah, pada masa itu tempat
 ini benar-benar kosong yang hanya di tumbuhi oleh hutan belantara saja.
 Kemudian tempat itu di huni oleh penduduk, bermukimlah penduduk ,
 hingga mencapai ribuan , hingga mencapai puluhan rt yang berada di tempa
t itu.Hanya karena diberikan uang kepada yang sbelumnya mengatakan
”boleh di tunggu untuk sementara, tapi di berikan sedikit uang. Hingga
 enam puluh tahun berlalu, maka tempat itu baru akan di butuhkan, jadi
 pertanyaan, kemana sekian tahun sebelumnya, lalu apa yang di lakukan
 oleh pemerintah selama sekian tahun telah berlalu itu. Mengapa dibiarkan
 sampai puluhan tahaun berlalu barulah di gusur secara paksa, karena
 keinginan itu, apapun itu di lakukan, mengususr bagaikan hewan yang mau
 pindah saja sangkarnya. Mengapa budaya Indonesia, selalu saja ketika itu
 kalau memang tempat itu akan di butuhkan nantinya, mengapa itu selama ini
 dbiarkan pen duduk untuk berdiam di tempat itu. Mengapa selalu berkata dan
 juga dalam perbuatan “ah untuk sementara biarlah dulu” nyatanya hingga
 bertahaun-tahun itu dibiarkan. Apalagi kadang-kadang ada oknum yang
 selalu dapat mengatasi. Hendaknya pemerintah itu jangan sampai biarlah
 dulu, tapi berikan tindakan tegas, selagi tempat itu baru di huni oleh satu
 atau dua orang, jangan sudah ribuan, atau puluhan rt baru di paksa untuk
 di gusur. Ini kebiasaan bangsa Indonesia. Karena itu Indonesia dalam hal
 ini di mampaatkan oleh pihak asing, Bagaimana caranya ? pihak asing
 sangat pandai dalam hal ini, pertama ia datangkan warganya dengan cara
 sebagai turis, lalu di satu daerah misalnya, Ah biarlah dia untuk sementara
 saja, selama ia menjadi turis ia jadi relawan membantu mengajar di tempat
 sebuah perguruan tinggi, setelah berjalan satu tahun lebih tanpa kita ketahui
 lagi ia sudah beristri dan bertempat tinggal di negeri kita. Pada akhirnya
 warga asing berpikir bahwa betapa mudahnya untuk tinggal di negeri ini,
 tanpa harus banyak persyaratan yang harus mereka jalani, tanpa banyak
 birokrasi yang mereka harus penuhi. Karena kalau secara terbuka bangsa
 ini sudah di cap sangat bertele-tel e, bila urusan itu di urus dengan kejujuran
 tanpa adanya uang suap, kalau berurusan, sehingga apapun dalam urusan
 di negeri ini orang luar merasa gampang untuk berurusan, karena mulai
 dari pejabat tinggi (DPR) hingga pada Rt mudah di suap, buadaya suap
 di Indonesia itu sudah kebiasaan. Bangsa asing kalau berurusan dengan
 rt kasih uang jutaan, tapi warga asli hanya beri uang ribuan rupiah,
 sehingga banyak warga asing masuk Indonesia dengan mudah, karena
 mereka tahu bangsa ini mudah sekali disuap dengan uang, kapan budaya
 ini akan berakhir? Sepertinya sudah semua lembaga di jangkiti penyakit
 ini uang sementara, nanti kalau sudah berhasil kami kasih lebih banyak ,
 dan besar lagi, kalau kami berhasil nantinya, kalau kami menang nantinya,
 sekali lagi budaya ini sudah berakar di tanah air ini, hal inilah yang dapat
 di mampaatkan oleh semua orang dalam setiap urusan di negeri ini, untuk
 semua departemen bangsa Ini, lalu kapan lagi kita mau bersama-sama
 membabat habis para suap?

No comments:

Post a Comment

Sorga atau neraka

 Sorga itu sudah ada di dunia Hanya sedikit yang mau Banyak manusia lebih memilih dunia Jika dalam gembira kau gelisah Jika dalam susah kau ...