Budaya Indonesia
Ah Untuk Sementara Biarlah Dulu”Suap”
Ada sesuatu yang sering kali dianggap enteng oleh hampir semua
kebiasaan bagi bangsa Indonesia. Budaya Indonesia yang sudah
terjadi turun temurun di negeri ini, ketika itu kita naik kereta api,
tapi tidak beli tiket, saat pemeriksaan karcis, kita memberikan
sejumlah uang, di terima begitu saja uang itu, atu kita naik di
restorasi kereta api, kita kasih uang bagian restorasi kereta api,
selamatlah kita dari pemeriksaan karcis. Ketika itu terjadi sebuah
kebakaran, karena merasa kasihan pada akhirnya seorang tetangga
yang mearasa social, ia mau membantu orang tersebut, sehingga
ia tumpangi sebidang tanah. Tentu saja tanah itu di tumpangi untuk
sementara, berjalan satu tahun belum juga pindah, hingga pada akhirnya
dua puluh tahun lebih tak juga mau pindah, karena awalnya mereka
hanya memberikan uang sedikit entah kepada siapa, yang mengaku
mereka dapat mengatasinya. Mengapa budaya kita selalu menunggu
nanti saja atau untuk sementara, di satu wilayah, pada masa itu tempat
ini benar-benar kosong yang hanya di tumbuhi oleh hutan belantara saja.
Kemudian tempat itu di huni oleh penduduk, bermukimlah penduduk ,
hingga mencapai ribuan , hingga mencapai puluhan rt yang berada di tempa
t itu.Hanya karena diberikan uang kepada yang sbelumnya mengatakan
”boleh di tunggu untuk sementara, tapi di berikan sedikit uang. Hingga
enam puluh tahun berlalu, maka tempat itu baru akan di butuhkan, jadi
pertanyaan, kemana sekian tahun sebelumnya, lalu apa yang di lakukan
oleh pemerintah selama sekian tahun telah berlalu itu. Mengapa dibiarkan
sampai puluhan tahaun berlalu barulah di gusur secara paksa, karena
keinginan itu, apapun itu di lakukan, mengususr bagaikan hewan yang mau
pindah saja sangkarnya. Mengapa budaya Indonesia, selalu saja ketika itu
kalau memang tempat itu akan di butuhkan nantinya, mengapa itu selama ini
dbiarkan pen duduk untuk berdiam di tempat itu. Mengapa selalu berkata dan
juga dalam perbuatan “ah untuk sementara biarlah dulu” nyatanya hingga
bertahaun-tahun itu dibiarkan. Apalagi kadang-kadang ada oknum yang
selalu dapat mengatasi. Hendaknya pemerintah itu jangan sampai biarlah
dulu, tapi berikan tindakan tegas, selagi tempat itu baru di huni oleh satu
atau dua orang, jangan sudah ribuan, atau puluhan rt baru di paksa untuk
di gusur. Ini kebiasaan bangsa Indonesia. Karena itu Indonesia dalam hal
ini di mampaatkan oleh pihak asing, Bagaimana caranya ? pihak asing
sangat pandai dalam hal ini, pertama ia datangkan warganya dengan cara
sebagai turis, lalu di satu daerah misalnya, Ah biarlah dia untuk sementara
saja, selama ia menjadi turis ia jadi relawan membantu mengajar di tempat
sebuah perguruan tinggi, setelah berjalan satu tahun lebih tanpa kita ketahui
lagi ia sudah beristri dan bertempat tinggal di negeri kita. Pada akhirnya
warga asing berpikir bahwa betapa mudahnya untuk tinggal di negeri ini,
tanpa harus banyak persyaratan yang harus mereka jalani, tanpa banyak
birokrasi yang mereka harus penuhi. Karena kalau secara terbuka bangsa
ini sudah di cap sangat bertele-tel e, bila urusan itu di urus dengan kejujuran
tanpa adanya uang suap, kalau berurusan, sehingga apapun dalam urusan
di negeri ini orang luar merasa gampang untuk berurusan, karena mulai
dari pejabat tinggi (DPR) hingga pada Rt mudah di suap, buadaya suap
di Indonesia itu sudah kebiasaan. Bangsa asing kalau berurusan dengan
rt kasih uang jutaan, tapi warga asli hanya beri uang ribuan rupiah,
sehingga banyak warga asing masuk Indonesia dengan mudah, karena
mereka tahu bangsa ini mudah sekali disuap dengan uang, kapan budaya
ini akan berakhir? Sepertinya sudah semua lembaga di jangkiti penyakit
ini uang sementara, nanti kalau sudah berhasil kami kasih lebih banyak ,
dan besar lagi, kalau kami berhasil nantinya, kalau kami menang nantinya,
sekali lagi budaya ini sudah berakar di tanah air ini, hal inilah yang dapat
di mampaatkan oleh semua orang dalam setiap urusan di negeri ini, untuk
semua departemen bangsa Ini, lalu kapan lagi kita mau bersama-sama
membabat habis para suap?
Ada sesuatu yang sering kali dianggap enteng oleh hampir semua
kebiasaan bagi bangsa Indonesia. Budaya Indonesia yang sudah
terjadi turun temurun di negeri ini, ketika itu kita naik kereta api,
tapi tidak beli tiket, saat pemeriksaan karcis, kita memberikan
sejumlah uang, di terima begitu saja uang itu, atu kita naik di
restorasi kereta api, kita kasih uang bagian restorasi kereta api,
selamatlah kita dari pemeriksaan karcis. Ketika itu terjadi sebuah
kebakaran, karena merasa kasihan pada akhirnya seorang tetangga
yang mearasa social, ia mau membantu orang tersebut, sehingga
ia tumpangi sebidang tanah. Tentu saja tanah itu di tumpangi untuk
sementara, berjalan satu tahun belum juga pindah, hingga pada akhirnya
dua puluh tahun lebih tak juga mau pindah, karena awalnya mereka
hanya memberikan uang sedikit entah kepada siapa, yang mengaku
mereka dapat mengatasinya. Mengapa budaya kita selalu menunggu
nanti saja atau untuk sementara, di satu wilayah, pada masa itu tempat
ini benar-benar kosong yang hanya di tumbuhi oleh hutan belantara saja.
Kemudian tempat itu di huni oleh penduduk, bermukimlah penduduk ,
hingga mencapai ribuan , hingga mencapai puluhan rt yang berada di tempa
t itu.Hanya karena diberikan uang kepada yang sbelumnya mengatakan
”boleh di tunggu untuk sementara, tapi di berikan sedikit uang. Hingga
enam puluh tahun berlalu, maka tempat itu baru akan di butuhkan, jadi
pertanyaan, kemana sekian tahun sebelumnya, lalu apa yang di lakukan
oleh pemerintah selama sekian tahun telah berlalu itu. Mengapa dibiarkan
sampai puluhan tahaun berlalu barulah di gusur secara paksa, karena
keinginan itu, apapun itu di lakukan, mengususr bagaikan hewan yang mau
pindah saja sangkarnya. Mengapa budaya Indonesia, selalu saja ketika itu
kalau memang tempat itu akan di butuhkan nantinya, mengapa itu selama ini
dbiarkan pen duduk untuk berdiam di tempat itu. Mengapa selalu berkata dan
juga dalam perbuatan “ah untuk sementara biarlah dulu” nyatanya hingga
bertahaun-tahun itu dibiarkan. Apalagi kadang-kadang ada oknum yang
selalu dapat mengatasi. Hendaknya pemerintah itu jangan sampai biarlah
dulu, tapi berikan tindakan tegas, selagi tempat itu baru di huni oleh satu
atau dua orang, jangan sudah ribuan, atau puluhan rt baru di paksa untuk
di gusur. Ini kebiasaan bangsa Indonesia. Karena itu Indonesia dalam hal
ini di mampaatkan oleh pihak asing, Bagaimana caranya ? pihak asing
sangat pandai dalam hal ini, pertama ia datangkan warganya dengan cara
sebagai turis, lalu di satu daerah misalnya, Ah biarlah dia untuk sementara
saja, selama ia menjadi turis ia jadi relawan membantu mengajar di tempat
sebuah perguruan tinggi, setelah berjalan satu tahun lebih tanpa kita ketahui
lagi ia sudah beristri dan bertempat tinggal di negeri kita. Pada akhirnya
warga asing berpikir bahwa betapa mudahnya untuk tinggal di negeri ini,
tanpa harus banyak persyaratan yang harus mereka jalani, tanpa banyak
birokrasi yang mereka harus penuhi. Karena kalau secara terbuka bangsa
ini sudah di cap sangat bertele-tel e, bila urusan itu di urus dengan kejujuran
tanpa adanya uang suap, kalau berurusan, sehingga apapun dalam urusan
di negeri ini orang luar merasa gampang untuk berurusan, karena mulai
dari pejabat tinggi (DPR) hingga pada Rt mudah di suap, buadaya suap
di Indonesia itu sudah kebiasaan. Bangsa asing kalau berurusan dengan
rt kasih uang jutaan, tapi warga asli hanya beri uang ribuan rupiah,
sehingga banyak warga asing masuk Indonesia dengan mudah, karena
mereka tahu bangsa ini mudah sekali disuap dengan uang, kapan budaya
ini akan berakhir? Sepertinya sudah semua lembaga di jangkiti penyakit
ini uang sementara, nanti kalau sudah berhasil kami kasih lebih banyak ,
dan besar lagi, kalau kami berhasil nantinya, kalau kami menang nantinya,
sekali lagi budaya ini sudah berakar di tanah air ini, hal inilah yang dapat
di mampaatkan oleh semua orang dalam setiap urusan di negeri ini, untuk
semua departemen bangsa Ini, lalu kapan lagi kita mau bersama-sama
membabat habis para suap?
No comments:
Post a Comment