MENCAPAI
BAHAGIA
Di
Tulis Oleh:
M Kamil
Pesan
Wahai
Anakku:
Moulavi, Maharani, Murniati dan
Megawati Sempurna Putri:
Bila engkau
berteman pilihlah teman yang bila engkau berkhidmad kepadanya akan
menghargaimu.
Jika
engkau berteman kepadanya akan memperbaikimu. Jika engkau membutuhkan biaya dia
akan mau membiayaimu.
Temanilah
orang yang bila engkau mengulurkan tangan untuk kebaikan dia akan memberi
bantuan.
Apabila
engkau memberi kebajikan kepadanya dia akan membalas, bila melihat kebaikanmu,
akan mengenang.
Jika
melihat kejelekanmu, ia akan menutupi, bila engkau berkata dia membenarkan.
Jika engkau memerintah, dia akan taat. Bila engkau berselisih tentang sesuatu
dia mendahulukanmu.
Salam
kepada semua pembaca buku ini, semoga sakit dalam hati akan terobati. Amin.
Daftar ISI
Hlm.
Judul ……………………………………………………. 1.
Pesan ……………………………………………………. 2.
Daftar Isi ……………………………………………………. 3.
Prakata ……………………………………………………. 4.
Bagian I. MENCAPAI BAHAGIA ………………………… ….. 5.
Bagian II. BAGAIMANA MERUBAH KEHIDUPAN SAYA…… 14.
Bagian III. MASA-MASA
MENUJU BAHAGIA………………….. 22.
Bagian IV. KOMUNIIKASIKAN DIRI ANDA……………………. 30.
Bagian. V. MEDITASI
……………………………………………… 36.
Bagian. VI. INGIN MELAKUKAN
SESUATU LAKUKANLAH… 42.
Bagian. VII. MENIKMATI
KEBAHAGIAAN……………………… 49.
Bagian. VIII. MEMELIHARA KEBAHAGIAAN……………………. 56.
Bagian. IX. MEMBAGI KEBAHAGIAAN ………………………
69.
Sumber Tulisan………………………………………………… 79.
Sekilas Penulis ………………………………………………… 80.
PRAKATA
Sesungguhnya ini menorehkan apa yang sudah terjadi disekitar kita selama
ini, yang sudah terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja anda tidak
memiliki waktu untuk menyampaikannya dalam bentuk tulisan, bahkan mungkin
pembaca lebih tahu dan mengerti dari saya, ini sekedar mengulang yang ada dan
yang terjadi pada diri kita.
Kejadian yang saya sampaikan ini, terjadi pada siapa saja, bukan hanya
pada seorang konglomerat tetapi juga terjadi pada orang-orang yang melarat.
Bedanya hanya pada tempat dan waktu, tetapi semuanya di harapkan oleh setiap
manusia yang ada dimuka bumi, dan itu akhir dari cita-cita dari tiap manusia
dimana saja berada.
Kebahagiaan tidak dimiliki seorang saja, tapi milik semua orang yang
hidup dimuka bumi, yang ingin mencapainya, mempertahankanya, menikmatinya,
bahkan mungkin sampai ingin membaginya.
Berharap ini merupakan semangat baru untuk menuju pada hari esok yang
lebih baik, ibarat kendaraan yang sudah di isi bahan bakar.
Penulis.
Bagian I
MENCAPAI BAHAGIA
Tingkah
laku manusia, semata-mata di tentukan oleh kemampuan berpikirnya. Makin
inteligen dan berpendidikan, otomatis seseorang akan semakin baik perbuatanya,
dan secara sadar pula melakukan perbuatan untuk memenuhi keinginanya. Bila
manusia lapar, ia segera mencari makan. Tetapi kalau ia makan sampai kenyang,
akan mengalami ketidakseimbangan baru yang lebih tinggi sipatnya, misalnya lalu
ia ingin merokok setelah makan, atau ingin membaca dan lain-lain.
Disini
di tarik kesimpulan bahwa tingkah laku manusia timbul karena adanya suatu
kebutuhan, dan tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian tujuan yang
dapat memenuhi kebutuhan akibat dari kita melakukan suatu tindakan, tindakan
itu tiada lain mencapai tujuan. Bila tujuan pertama sudah terpenuhi, akan
terjadi tindakan, untuk memenuhi kebutuhan manusia yang ingin dicapai itu dapat
dilakukan dua kebutuhan, kebutuhan biologis, kebutuhan pokok, makan, minum,
bernapas, istirahat dan statusnya. Kebutuhan kedua adalah secara psikologis
yang kebutuhan ini di penuhi akan menyebabkan orang menjadi lebih bahagia hidupnya.
Contohnya, kasih sayang, perasaan aman, kebebasan dan lain-lain.
Menurut
A H Maslow, kebutuhan harus di penuhi manusia agar manusia dapat berkembang
dengan baik adalah:
1.
Kebutuhan bilogis.
2.
Kebutuhan akan rasa aman
3.
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki
4.
Kebutuhan akan penghargaan
5.
Kebutuhan untuk tahu
6.
Kebutuhan akan keindahan
7.
Kebutuhan akan kebebasan bertindak.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, banyak hal-hal yang tanpa sengaja
di lakukan, kita melakukan suatu timbal-balik yang saling berkaitan, yaitu
ingin mencapai tujuan yang setiap hari kita perjuangkan dengan cara-cara dan
pola kita masing-masing.
Untuk mencapai bahagia menurut manusia dengan cara menjadi pejabat Negara
dan bangga dengan jabatannya, ada yang hanya menjadi pegawai biasa, ada yang
menjadi seorang pedagang saja, atau menjadi seorang ulama, seorang wirausaha,
serta berbagai usaha lainnya, yang menurut manusia mencapai bahagia.
Semuanya hanya tujuan yaitu merasakan bahagia, bahagia dirasakan oleh
pejabat Negara, dan juga untuk petani, hanya kondisi dan keadaan saja yang
berbeda-beda.
Tetapi bisa saja seorang pejabat yang menderita dengan jabatannya. Namun
sebaliknya seorang yang tinggal di rumah gubuk merasakan bahagia, ia damai dan
rukun dengan keluarganya, ia nikmati dengan senang hati tanpa beban dan pikiran
yang menyiksanya, mereka makan apa adanya tanpa makanan yang lezat dan lauk
pauk yang berlebihan setiap harinya.
Banyak yang mencari harta dengan sepenuh hati siang dan malam tetapi yang
menikmati terlebih dahulu adalah orang lain. Misalnya pembantunya. Banyak orang
yang memiliki jabatan dan kekayaan tetapi lupa dengan ibadahnya, lalai dengan
kewajiban ibadahnya. Sementara para petani yang berada di desa-desa hidup
dengan tenang menikmati ibadah dan sholat mereka dengan nikmat penuh ceria.
Hasil jerih payah petani di nikmati oleh anak-anak yang taat dan tahu
aturan sebagai anak yang berbakti, tapi anak seorang pejabat dengan hasil
korupsinya dinikmati oleh anak-anak mereka dengan cara berpoya-poya, kesana
kemari hingga menikmati dengan saling melacurkan diri antara mereka, apakah itu
kebahagiaan?
Bila kita lihat bahwa manusia tidak dapat menentukan, bahwa dia bimbang
menentukan pekerjaan mana yang akan
dipilihnya atau perempuan mana yang akan di nikahinya, atau bila tidak tahu
apakah dia mencintai atau membenci seseorang atau suatu hal, maka tidaklah kita ketahui
keinginan-keinginan mana yang paling
kita harapkan dalam jiwa. Kalau demikian halnya orang akan bertanya tentang
satu bagian dan melupakan keseluruhanya. Tetapi kita bertanya tentang pribadi
manusia yang bimbang ini. Kita puas, jika kita telah mengerti apa maksudnya dia
bimbang dalam keadaan ini, apakah gunanya kebimbangan. Karena manusia itu
mmiliki rencana dalam hidupnya.
Lain lagi cara dan usaha yang dilakukan seorang pemuda yang tertarik
dengan seorang pemudi, dan ingin perempuan itu menjadi calon istrinya,
pertama-tama, dia cari tahu namanya.
Lalu mulai menyelidiki bagaimana tingkah lakunya, dengan maksud, agar
kelak mendapat bahagia, mencapai suatu kebahagiaan di masa yang akan datang,
sehingga pada akhirnya ia yakin itulah pilihan hidupnya yang tepat.
Tetapi bukanlah sesuatu yang baru, kadang wanita menolak dinikahkan
dengan seorang laki-laki yang hanya mengandalkan hartanya, lalu apa yang dicari
oleh seorag wanita?
Seorang wanita bertanya, mengapa ada
laki-laki sampai beristri lebih dari satu? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan
berbagai jawaban yang berbeda-beda, namun pada intinya semua orang ingin menuju
suatu tujuan yaitu bahagia.
Rumah-tangga retak, hancur, serta berpisah. Tidak semua karena harta (kemiskinan),
tetapi alasan yang utama karena tidak ada kebahagiaan didalamnya, kebahagiaan
yang dirasakan selama berumah-tangga.
Tapi sebaliknya, banyak perempuan
yang aman dan bahagia dengan menikmati, ia sebagai istri kedua atau ketiga, ia
sehat-sehat saja, ia merasakan bahagia pada dirinya.
Jadi jelas sekali bahagia itu adalah milik siapa saja, miliknya semua
manusia di muka bumi, dengan pola dan cara mereka masing-masing untuk menikmati
bahagia tersebut.
Seorang istri pejabat walikota bahagia sekali, namun sayang baru satu
tahun menjabat bahkan belum sampai satu tahun, ternyata menjadi walikota dengan
hasil suap, maka musibah itu datang melanda keluarga ini, sang istri juga
terikat dalam kasus ini, sehingga suami istri dipenjarakan, maka hilanglah
kebahagiaan dalam rumah-tangga itu.
Kepalsuan yang di tanamkan oleh orangtuanya, di rumah seperti dewa tapi
di luar seperti setan, berpoya-poya
dengan hasil kerjanya, masuk hotel-hotel, berpoya-poya dengan perempuan yang
bukan istrinya, maka rohani dalam dirinya tertanam saling tipu menipu, kalau
ini yang terjadi maka itu sudah membuat jurang kehancuran, jurang neraka, bukan
kebahagiaan yang akan terjadi.
Ingin mengejar dunia ini dengan cara apa saja, dipaksakan dengan besar
pegeluaran dari pada pendapatan “besar pasak dari pada tiang”, memaksakan diri
agar di pandang mewah oleh orang lain, kredit mobil dipaksakan, padahal rumah
saja belum dimiliki.
Banyak orangtua yang memiliki harta
memberikan anak dengan fasilitas kemewahan, sehingga, anak tergelincir
perbuatan yang melanggar hukum Negara, orangtua menjadi tersiksa batinnya,
akibatnya timbul penyakit yang beraneka ragam, mulai dari penyakit kanker,
penyakit, dan berbagai penyakit lainnya.
Setiap perbuatan yang di lakukan oleh orang tuanya, maka akan berdampak
kepada perbuatan anak mereka, yang diciptakannya sendiri oleh orangtuanya dengan
tanpa sadar atau mereka sadari, “bahwa rebung tidak jauh dari rumpunnya, kalau
jauh di makan babi”.
Kasus kecil, seorang anak yang meronta-ronta karena tidak dibelikan es
krim oleh orang-tuanya, ketika dibelikan apa yang dia inginkan rasa senang pun
ada pada dirinya, sehingga ia bermain dengan ceria dan kesedihan pun hilang
dalam dirinya. Namun sebaliknya, seorang anak menangis meronta-ronta ketika
dilarang orangtuanya saat ingin bermain dengan temanya yang berada di hadapanya
hanya berbatas pagar.
Akibatnya ia dendam, bahkan menderita demam, apakah ini bukan suatu
perbuatan pelecehan terhadap hak-hak bahagia yang diharapkan oleh anak-anak,
artinya, kita telah merampas kebahagiaan dari anak sejak usia dini, sehingga
tanpa kita sadari kita telah menanamkan suatu kekerasan yang dipaksakan dengan
sengaja atau tanpa sengaja, sehingga tumbuh dengan subur tertanam dalam diri
sang anak, yaitu sikap memaksa yang tidak memperdulikan hak-hak orang lain dan
hanya ia tahu keingannya harus terpenuhi. Sehingga terciptalah pola atau suatu
cara yang salah jika orangtua yang selalu mendukung anaknya untuk memaksa orang
lain agar mainan yang dimiliki orang lain itu diberikan (dipinjamkan) pada
anaknya, kejadian ini terus berlangsung terjadi, sehingga tertanam pula dalam
diri sang anak bahwa hak milik orang lain adalah miliknya, Dan ini adalah cara
mencapai bahagia yang salah.
Pernahkah anda memancing ikan, dan merasa senang sekali ketika pancing
anda ditarik-tarik oleh ikan dan akan bertambah senang sekali ketika anda benar-benar
mendapatkan ikan yang anda inginkan. Bahagia yang sangat nyata yang di rasakan
oleh seorang pemancing ikan. Ini Nyata.
Dengan demikian, bahwa bahagia itu bukan hanya didapat dengan materi,
tetapi apa yang di rasakan oleh hati, saat bahagia dirasakan maka jantung
berjalan dengan baik, aliran darah mengalir dengan normal, pikiran berkembang
jernih dan sempurna, otak berpikir bersih
tanpa beban yang tersirat.
Jadi, bahagia adalah milik semua
orang, sudah sangat jelas sekali, lalu mengapa seringkali kita merasa lebih
dari orang lain, kalau dirasakan demikian, artinya kita belum memiliki bahagia
itu pada diri kita. Itu salah satu
kenyataan namun semu yang sering di tampilkan manusia.
Agama manapun tidak membedakan suku dan golongan, untuk menyatu dalam
satu komunitas atau kelompok atau persahabatan, atau dalam satu kelompok
golongan politik, atau dalam kampung, dan di masyarakat. Tidak membedakan ras
dan kulit,
Semuanya dapat menyatu dalam hubungan, dapat menciptakan bahagia atau
bahkan menciptakan suatu permusuhan. Seorang Ahli Hikmah berkata, ”dua perkara
tidak lebih utama dari keduanya yaitu, Iman pada Allah dan
memberi manfaat kepada orang lain, bisa saja dengan cara
yaitu, baik dengan ucapan, kuasa, harta, atau dengan tenaga.”
Bahagialah anda yang keadaan akal anda menjadi raja, sedangkan nafsu
menjadi tawanan. Dan celaka bila nafsu anda menjadi raja sedangkan akal anda
menjadi tawanan. Karena kalau anda meminta pada orang lain, anda akan sembah
orang itu.
Apabila anda orang yang sibuk dengan dunia, apabila anda orang yang kaya-raya
jangan anda terlena dan hanya sibuk dengan menghitung harta anda, agar anda
tidak merasa gelisah, serta jauh dari rasa curiga pada orang lain, pada anak,
pada saudara, serta pada sahabat.
Sehingga anda merasakan ketenangan, kalau anda tidak tenang maka anda
tidak akan bahagia dengan diri anda sendiri, tentang diri anda sendiri merasa
selalu tidak pernah akan diam di mana saja berada.
Jangan pernah menyatakan kesulitan diri pada orang lain, hal itu
membuktikan bahwa kita tidak rela dengan takdir dan ketentuan Allah, karena
akan lebih baik kalau kita mengadu
tentang permasalahan kita kepada Allah.
Bahwa sesungguhnya, rasul Allah
berkata, “ya Allah segala puja-puji bagimu, kepada engkau kami mengadu, dan
hanya engkau yang bisa memberi pertolongan, tidak ada daya dan upaya, tiada
kekuatan kecuali dengan pertolongan-mu yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”.
Ini suatu cara untuk memberikan,
memiliki dan merasakan bahagia dengan tanpa paksaan, tanpa dikorbankan orang
atas diri kita.
Kita akan selalu bahagia apabila kita senantiasa berada dalam tiga
keadaan; pertama, melaksanakan perintah Allah. Kedua, menjauhi larangan Allah.
Ketiga, rela akan qodo dan qodharnya.
Seorang sahabat rasul bertanya, lalu bagaimana kalau tidak bahagia? Artinya
kita dalam keadaan kesusahan, mendengar hal ini sebagian tokoh agama. Ahli
hikmah mengatakan, ada tiga hal yang dapat menghilangkan kesusahan yaitu; zikir
kepada Allah. Menemui para Wali Allah. Mendengarkan nasihat ahli hikmah.
Zikir kepada Allah artinya selalu
menyadari bahwa kita dilahirkan dan diciptakan. Menemui para wali Allah maksudnya
adalah datang menemui orang-orang yang pandai untuk memberi nasehat pada kita. Mendengarkan
nasehat ahli hikmah maknanya adalah mau dan siap menerima nasehat dan sanggup
untuk mengubah sikap yang lebih baik, dan bukan mempertahankan keinginan pribadi
saja.
Bahwa orang yang paling bahagia ialah orang yang memiliki hati yang
mengetahui bahwa Allah selalu bersamanya, memiliki jiwa yang sabar dan rela
atas apa yang ia miliki, qonaah, menerima pemberian Allah dengan senang hati
dan menerima apa adanya.
Jangan sampai nafsu yang mengendalikan diri kita, itu sama artinya akal
menjadi budak sedangkan nafsu menjadi raja, tentu akan sangat menyedihkan
sekali, apabila kita sudah diperbudak oleh nafsu kita, sangat menyedihkan dan
celakalah kita, sama juga artinya kita di penjarakan oleh budak nafsu.
Empat hal penyebab muncul rasa
gelisah sehingga hati menjadi gelap; pertama, perut yang selalu kenyang. Kedua,
berteman dengan orang zalim (jahat), ketiga, suka melupakan dosa. Lalu yang
kempat banyak mengkhayal.
Perut yang selalu kenyang tidak pernah berhenti makan, sambil berjalan
ataupun duduk tak berhenti makan, sehingga hampir tak pernah terlihat ia dalam
keadaan tidak makan.
Ini manusia
yang tidak tahu
akan dirinya, maka mustahil ia
akan tahu penciptanya. Berteman
dengan orang zalim maksudnya mau berteman dengan penjudi, pencuri, pemabuk,
penipu. Maka jangan
harap kita akan
bahagia, tapi hanya keresahan yang akan
selalu melilit dalam
pikiran kita di mana saja
berada, kita akan menjadi
manusia pemalas, butuh terus
ketergantungan pada orang
lain, tidak yakin dengan keagungan Allah. Akan mudah putus
asa, terhadap diri sendiri
apalagi kepada orang
lain dan juga
kepada Allah.
Suka melupakan dosa artinya selalu meng-anggap dosa-dosa yang telah
lakukan dibiarkan berlalu begitu saja, seperti tidak pernah berbuat kesalahan
saja, tidak mau intropeksi diri.
Maksud banyak mengkhayal, berbicara
yang tidak sesuai dengan kondisi dan keadaan
Nabi
Muhammad mengatakan, kita dapat melihat tanda-tanda orang yang tidak bahagia
atau tanda-tanda orang yang celaka, yaitu; orang yang telah mendustai dirinya,
yang tampak ia bahagia padahal sesungguhnya ia dalam keadaan menyiksa batinnya.
Ia selalu tampil dengan alim, rajin ia
ibadah, namun itu hanya
di hadapan keluarganya, tapi diluar, ia tak mau ibadah, melacur dan
judi, memaksa, menipu itu sudah
jadi pekerjaanya. Ini kebahagiaan
yang semu.
Orang yang tidak Bahagia itu ada empat tanda, suka melupakan dosa-dosanya yang telah lalu, padahal dosa
itu selalu membayangi dirinya, suka membanggakan kebaikanya yang telah lalu,
padahal ia tidak tahu apakah kebaikan yang di lakukannya itu di terima atau
tidak, ia selalu bangga dengan bersahabat pada orang-orang yang berharta, tapi
ia selalu menghindar atau bahkan ia merasa risih berdekatan dengan orang-orang
yang miskin, agama ia anggap sepele dan tak perduli.
Dapat pula kita perhatikan
bagaimana orang yang bahagia itu, kita dapat melihatnya ia selalu dalam hatinya
mengingat-ingat selalu bahwa ia telah berbuat dosa, sehingga ia selalu bertobat
dan bersabar, ia tak pernah lagi mengingat-ingat akan kebaikan yang telah di
lakukan, ia ihklas bila ia telah berbuat baik, urusan agama lebih dia
utamakan dari pada urusan dunia, ia
kasih dan sayang pada orang-orang miskin, berusaha selalu untuk menolongnya,
pada orang-orang yang lebih kaya ia tidak melebih-lebihkan, ia merasa semuanya
sama karena ciptaan Allah semata.
Sahabat Nabi Ali RA, berkata,”barangsiapa sedang mencari ilmu, maka
sebenarnya ia sedang mencari surga. Dan Barangsiapa mencari kemaksiatan maka
sebenarnya ia sedang mencari neraka.”
Sebuah pepatah lama “kebahagiaan itu bukan terletak pada melakukan apa
yang ada menurut akal sehat, tetapi menguasai apa yang harus anda lakukan.
Menurut Louis A. Allen
seorang pakar manajement yang pada tahun 1960-an di
kontrak oleh Union Carbide sebesar US$ 5
juta, manajer professional adalah pemimpin yang melaksanakan tugasnya dengan
fungsi-fungsi manajemen. Dia harus memiliki keterampilan khusus di bidang
manajemen yang di peroleh melalui pendidikan formal maupun pengalaman.
Allen kemudian
merinci enam karakteristik pokok manajer professional yaitu:
1. Mempromosikan dan mengembangkan
kepentingan kelompok di atas kepentingan pribadinya.
2. Menekankan aspek manajemen dengan
memanfaatkan kemampuan orang lain.
3. Melakukan desentralisasi kekuasaan dengan kemampuan
memilih mana
keputusan-keputusan yang harus di ambil
sendiri, dan dimana yang
harus didelegasikan.
4. Berpikir dan bertindak secara
rasional dengan memanfaatkan ilmu pengaetahuan dan pengalaman yang di
milikinya.
5. Melakukan komunikasi proaktif
dan partisipatif dengan
bawahanya, untuk
6. Menciptakan lingkungan dan suasana
kerja yang dinamis, terbuka dan tertib. Intruksi dan paksaan itu di jauhi. Menjalankan
fungsi kontrol dan mendelegasikan pekerjaan, sehingga ia dapat memanfaatkan
energi dan waktunya untuk masalah-masalah yang lebih strategis, atau pada hal-hal
yang bersifat visioner.
Karakteristik manajer professional
dalam pandangan Allen tersebut,
tampaknya belum memasyarakat benar di
kalangan pemimpin-pemimpin bisnis
di Indonesia. Padahal manajer
dengan karakteristik seperti itulah
yang di perlukan, kalau kita
ingin mengembangkan manajemen
professional. Apakah itu di lingkungan dunia usaha, di dunia pendidikan,
pemerintah dan sebagainya.
Kalau dalam suatu organisasi usaha yang berkuasa
adalah orang–bukan sistem-karena ia memiliki saham mayoritas misalnya, maka di situ
sulit diterapkan prinsip kerja manajemen professional. Sulit karena keputusan
dan proses bisnis akan selalu diwarnai oleh subyektivitas induvidu. Semua
tergantung pada selera individu sang bos. Bahkan tidak keputusan diambil
sekedar to make the boss looks good.
Lantas bisa jadi karena mentalitas rakyat jajahan
belum lenyap benar, sebagian orang tetap bergantung pada perintah. Seakan-akan apa
saja yang di katakan bos adalah wahyu yang tidak mungkin salah. Celakanya,
begitu bos memberi kebebasan brkreasi karena ia sendiri
sudah tidak mampu memahami dinamika
dan perubahan-perubahan, semuanya langsung bingung.
Itulah
visualisasi pengalaman pahit
yang menimpa berbagai
usaha-usaha keluarga yang
ada di Indonesia. Pada saat
skala uasaha masih
kecil dan bisnis belum
begitu rumit, pemilik merangkap
pengelola alias the owner manager barangkali masih cocok. Usaha kemudian membesar, tiap tahun
bikin PT, bisnis makin
komplek, tetapi pemilik tetap “ bersolo-karir” Tidak ada mekanisme
kontrol karena pemilik atau pemimpin bisnis keluarga tersebut berwenang mutlak.
Bahkan sejak akte pendirian perusahaan hingga rekening air minum di kantongi
sendiri. (Dari meja Tanri Abeng, wawasan, Gagasan dan Renungan)
Kembali
kita pada tujuan, yaitu
menuju pada kesuksesan
yang ingin kita
capai, atau bahagia yang
ingin kita capai. Mari
kita ikuti yang mudah
dan gampang untuk
kita ikuti saja. Kalau terlalu berat mengikuti petunjuk
di atas.
Untuk mencapai bahagia itu perlu mengikuti aturan-aturan,
pertama memilki tujuan, kemudian merencanakan, menggambarkan, kemudian
pelaksanaan, hasilnya, istiar.
Pertama
adalah tujuan, misalnya saja kita
akan melamar seseorang
gadis, yang di butuhkan
adalan calon pengantin, wali,
dua orang saksi, mahar
atau mas kawin dan ijab Kabul.
Untuk calon ada pengantin pria dan pengantin wanita
yang sah untuk di nikahkan. Wali itu orang yang bertanggungjawab untuk menikahkan
pengantin perempuan tersebut. Apakah wali nishab atau wali hakim. Wali juga
memiliki hubungan darah dengan pengantin yang akan di nikahkan. Saksi, yaitu
dua orang yang menjadi saksi atas terjadinya pernikahan. Mahar, adalah yaitu
pemberian dari pihak laki-laki kepada perempuan saat pernikahan. Ijab yaitu
ucapan penyerahan dari wali perempuan kepada pihak laki-laki. Qabul, yaitu
adalah penerimaan pihak laki-laki atas penyerahan perempuan dari walinya.
Jika sah
maka keduanya sudah sebagai
suami istri, ini salah
tujuan dari sebuah pernikahan adalah
ingin bahagia di
dalam membina rumah
tangga tersebut.
Menjadi pertanyaan
bagaimana kalau ingin
menjadi pengusaha yang
berhasil, yang sukses atau
bahagia. Misal kita
ingin menjadi seorang Pengacara, Persiapan pertama
adalah sekolah dasar,
lalu sekolah menengah pertama, kemudian
sekolah menengah atas, di
lanjutkan sekolah di
perguruan tinggi, tentunya mengambil
jurusan hukum. Kemudian mengikuti pelatihan pengacara. Kalau di
Indonesia adalah, misalnya Peradi atau Persatuan Advokad Indonesia. Kemudian di
mulailah praktek seorang pengacara.
Itulah
persiapan yang kita
butuhkan, jika ingin sekali
untuk tujuan menjadi
seorang pengacara, berbagai rintangan
dan liku-liku yang
akan kita jalani
untuk ini. Namun itu harus dan
siap kita menghadapinya.
Jika keinginan
kita adalah pengacara, maka itu
sudah dapat kita
bayangkan, kemudian kita ikuti, bagaimana petunjuk
dan pelaksanaan menjadi
seorang pengacara. Segala rutinitas
dan langkah-langkahnya yang
sesuia dengan persyaratan sebagai
seorang pengacara tersebut.
Ini sudah terlihat apa
yang kita inginkan tersebut. Kita
telah melangkah pada perubahan kehidupan
yang kita inginkan, itu
langkah-langkah yang kita harapkan
untuk mencapai bahagia
yang kita harapkan
tersebut. Jadi jelas tergantung
dengan induvidu yang mengalami atau yang
berkeinginan yang di cita-citakan
tersebut. Meskipun itu sesuai dengan tingkat kemampuan hidup manusia.
Tentu kita
juga harus memiliki
sikap yang cepat bertindak, di dalam
menghadapi persoalan yang kita
hadapi tersebut, karena kita
mulai mejalani sisi-sisi masa
kehidupan yang ingin
kita capai tersebut. Perlu untuk kita renungkan, yaitu di evaluasi
segala sesuatu yang telah terjadi, atau yang akan kita lakukan mendatang. Karena
waktu tidak pernah menunggu kita, tetapi kita yang harus selalu waspada dengan keadaan yang terjadi, karena waktu itu akan terus berjalan
sesuai dengan putaranya sendiri.
Jika demikian ia
terus berjalan tanpa ada perundingan dengan kita, kewaspadaan yang harus
selalu kita jalankan, maka dari itu ikuti agenda yang sudah anda rencanakan
sendiri. Di butuhkan sikap yang terjadwal, terencana, sehingga itu di
laksanakan dengan mengikuti petunjuk
awal yang telah di rencanakan tersebut.
Kesuksesan itu ada dalam rencana anda, bukan yang
suda di miliki orang. Jadi total atas keinginan dan program yang kita kehendaki semata-mata. Tapi
pengembangan dan hubungan barulah anda
butuh kepada orang lain, tapi
program anda yang di ikuti, jangan pernah tergantung pada orang lain. Setelah program terencana siap, maka sudah saatnya untuk di
evaluasi dengan tepat. Pelaksnaan di lakukan setelah persiapan sudah siap betul, jangan setengah-setengah
laksanakan program dengan sungguh-sungguh.
Jangan terpengaruh, atau sampai menyimpang dari
rencana semula, karena selalu
Evaluasi, dengan langkah yaitu
dibutuhkannya meditasi, maka
akan tergambar apa yang sudah dan akan kita rencanakan
semula. Setelah tergambar dengan
jelas, langkah-langkah yang dan akan di
lakukan oleh kita
sesuai dengan rencana. Jangan menyerah sampai di
situ, tetapi lanjutkan dengan
perbuatan. Sebuah tindakan yang nyata.
Jangan sampai anda menunda waktu untuk melaksanakan program yang
anda miliki, tapi lakukan
dengan tindakan yang
nyata. Karena dengan kita melakukan program yang kita
laksanakan, akan tampak dan selalu
dengan tepat waktu, kalau
kita sampai menyimpang dari
jadwal yang sudah
kita rencanakan semula. Akan timbulnya kegagalan, bahkan ada
kekecewaan.
Sebaliknya jika rencana
yang sudah di gariskan, di jalankan sesuai dengan jadwal dan tepat waktu, lalu
di ikuti aturan-aturan yang ada, sesuai dengan keinginan yang memang di
harapakan. Maka akan tercapai bahagia yang selama ini kita harapkan. Tentu saja
kesuksesan berada di tangan kita, Sembilan puluh persen
sukses ada di pihak
kita saat ini.
Bila keberhasilan
ada di tangan kita, maka akan tergambar
keceriaan, maka akan banyak orang yang akan
senang pada anda, kehormatan akan datang, perjuangan yang berat
sudah berlalu. Kesuksesan sudah
di pihak kita. Kembali lakukan evaluasi yang
matang dan tepat.
Apa yang pantas pada evaluasi
sekarang? Yaitu mengenai
anda menggapai sukses itu
bukan karena usaha anda sendiri. Tapi perjuangan anda sudah berhasil itu bukan
hanya usaha anda sendiri, karena
banyak orang lain
yang ikut di
dalam perjuangan anda
sekarang ini.
Maka sudah
sepantasnya anda melakukan tindakan, yaitu merenungkan dengan membagi hasil
usaha anda yang di miliki. Bahagia yang
kita rasakan, juga ada
hak orang lain yang
juga dapat mengikuti bahagia
bersama kita untuk
saat ini.
Hubungan ini jangan
terlupakan, karena bagian pokok
dari bahagia, jika sampai kita
melupakan untuk membagi masa
bahagia ini. Maka akan terjadi
hambatan, rintangan, bahkan
mungkin kegagalan dan kehancuran.
Itu akibat melupakan untuk membagi bahagia
pada orang lain.
Membagi kebahagiaan pada
orang lain sesuai dengan
daya kemampuan yang
dapat kita milikki sendiri, mulai
dari harta atau uang, pikiran, saran, ilmu serta tenaga dan lainnya. Hal itu juga harus
di lakukan dengan dasar kemufakatan bersama, secara pribadi atau mengikuti
aturan pemerintah, aturan menurut aturan
agama yang kita percaya masing-masing.
Itu kita ikuti cara
pembagian yang sah, menurut aturan
pemerintah atau agama, misalnya zakat, atau sedekah, atau pajak kekyaan yang
sudah di tetapkan oleh pemerintah kita Indonesia. Bisa juga sedekah secara
pribadi yang menurut daya kemampuan kita masing-masing, tidak ada paksaan untuk
memberi orang lain, tapi berikan kepada orang yang memang berhak untuk
menerima.
Sebuah Firman Allah
menyatakan,Dan apabila kamu hendak menghitung banyaknya nikmat Allah yang telah
di berikan kepadamu, agar kamu sekalian mendapat kebahagiaan. Di tambah pula.
Maka ingatlah kamu sekalian akan nikmat –nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu,
agar kamu sekalian mendapat kebahagiaan. Sehingga berharap kita dapat merubah kehidupanya.
Bagian II
BAGAIMANA MENGUBAH KEHIDUPAN SAYA
Kebanyakan orang berpikir bahwa hati harus dalam keadaan tepat sebelum bisa
menyelesaikan sesuatu yang berharga, itu sangat tidak benar, menyelesaikan
masalah tidak perlu banyak menunggu waktu, tetapi berpikir cepat namun tepat
dan bukan menambah masalah tapi menyelsaikan masalah.
Apa yang terjadi? Bagaimana cara
saya mengubah kehidupan saya, dari kehidupan yang dipenuhi frustasi menjadi
kehidupan yang penuh kebahagiaan?
Tariklah napas yang panjang, mundur
untuk mengamati kondisi dari kehidupan, arahkan pengamatan hati, arahkan itu
pada satu tujuan.
Ahli hikmah berkata,”barangsiapa
meninggalkan dosa, maka hatinya lembut. Dan barangsiapa meninggalkan perkara haram
serta memakan yang halal, maka cemerlang pikiranya.” Jadi kalau
pikiran sudah cemerlang
akan terbuka jalan
untuk menghadapi tiap-tiap
masalah.
Masalah
yang sesungguhnya adalah bahwa setiap orang masalahnya pada orang lain? Sadarkah
kita bahwa kita menuai apa yang kita tabur.
Bumerang itu sendiri adalah bahwa
kita yang menciptakan situasi kita sendiri dengan pikiran yang kita lakukan,
serta itu kegiatan kita sendiri. Bertanyalah pada diri kita sendiri, siapakah
kita ini sebenarnya atau kembali pada kodrat sendiri, cobalah untuk
mempengaruhi diri anda sendiri.
Orang yang memiliki integritas itu
tidak menuduh orang lain untuk kegagalan yang di jalaninya sendiri, hingga
berpengaruh pada dirinya sendiri. Atau orang lain akan memberikan suksesnya
kepadanya.
Sudah jelas
bahwa, tidak ada keterasingan bagi
orang yang berilmu lagi
mau beramal, serta tidak
ada tanah air
bagi orang yang
bodoh.
Filsuf Yunani, Aristoteles. Pernah
menorehkan rumus sukses dan bahagia, pertama, milikilah gagasan yang jelas,
tegas dan praktis, tujuan, sasaran.
Kedua untuk mencapai sasaran itu
dengan suatu cara, baik melalui kebijaksanaan, uang, materi, maupun dengan
cara-cara tertentu, lalu ketiga kemampuan anda pada saat atau terhadap tujuan
tersebut.
Untuk merebut seorang gadis saja
membutuhkan tujuan dan sasaran serta kemampuan, tentu tidak dengan sembrono,
tidak sembarang gadis yang kita inginkan, begitu juga seorang gadis tidak
sembarangan ia memilih seorang pasangannya, tetapi dengan penuh perasaan dan
teliti, terkadang sebelumnya ia impikan terlebih dahulu, tentang seorang pemuda
yang sangat diharapakannya itu.
Ia bertanya pada temannya, tentang namanya, tentang
alamatnya, siapa orangtuanya, sudah punya pacar atau belum, bagaimana
keturunanya, bahkan bagaimana pekerjaannya, baru ia berpikir, adakah peluang
untuk diriku dapat tempat di sisinya? Muncul pertanyaan itu, ini salah satu
bentuk tujuan.
Untuk dapat
melangkah, mampukah kita akan
mengakui kelemahan diri
kita sendiri, sehingga
taat dengan aturan
agama dan juga
aturan undang-undang Negara, jika
“ya” maka kita
sudah melangkah menuju
suatu perbaikan yang
berguna.
Menentukan tujuan sebenarnya adalah
pendidikan yang lebih kreatif terhadap kehidupan. Menentukan tujuan berarti
membentuk atau menciptakan kehidupan itu sendiri berdasarkan pilihan anda
sendiri.
Kalau anda belum menerjemahkan
rencana anda kedalam langkah hari-hari dalam batas waktu, Kecil kemungkinan
untuk melaksanakannya anda akan berputus asa bahkan merasa frustasi.
Menunda-nunda atau mendahulukan aktivitas kedalam suatu tujuan.
Banyak orang yang mempunyai harga
diri yang tinggi bahkan merasa bahwa memiliki harga diri yang tinggi. Mereka
menganggap bahwa pekerjaan mereka sangat bermanfaat. Tetapi mereka tidak
mengambil suatu langkah, atau memiliki asumsi, bahwa sukses yang mereka capai
dalam kehidupan itu akan selalu berusaha menekan mereka sendiri. Jangan pernah
berharap bahwa orang lain akan datang dan berkunjung dan akan membagi,
sesungguhnya sukses itu tanggungjawab terhadap diri sendiri.
Terbaik adalah
kenalilah dirimu, jangan
pernah merasa bahwa
ada orang yang
akan menolongmu, kecuali Allah. Maka itu anda
belum mengenal dirimu,
dan juga Allah. Namun
jangan pula pernah
kita memananamkan dalam
diri kita bahwa
kita ada musuh,
karena musuh yang
sesungguhnya itu adalah
nafsu.
Jangan pernah
berharap orang lain akan memberikan hasil pada anda, beberapa waktu yang
lalu, Amerika Negara superpower, tempat berkumpul orang-orang yang hebat.
Ternyata Negara ini adalah salah satu Negara yang tidak mau menerima kesalahan,
seperti anak yang manja ketika ia tak mampu melakukan sesuatu ia menyalahkan
orang lain, padahal itu adalah kesalahanya sendiri.
Banyak orang bertanya,”Mampukah
saya, Tuhan?” Padahal sesungguhnya kita berkata ,“saya yakin Tuhan, bahwa saya
mampu menyelsaikan masalah ini, tapi segalanya dengan pertolongamu.”
Tergambar bahwa dalam pikiranya itu
sangat tidak matang, cederung selalu menyalahkan orang lain, menyalahkan orangtua,
menyalahkan pimpinan, menyalahkan pemerintah, atau bahkan mengelak dari
kesulitan.
Seharusnya kita giat berkerja dengan
apa yang kita ada sekarang ini, jangan menyalahkan orang lain apalagi orang
sekelilingmu.
Hasil perbuatan itu adalah bukan
hasil kerja orang lain, akan tetapi sesungguhnya apa yang kita tabur itulah
yang akan kita tuai, tidak orang lain bertanam hasil akan diberikan pada kita,
apa yang kita perbuat tentu kitalah yang akan menikmatinya, tapi sesungguhnya
kita bertanya pada diri kita sendiri, mengapa hal ini terjadi ?
Intropreksi
Diri. Pernahkah kita bertanya bahwa, apakah kita ini sebenarnya, coba kita tanyakan
pada diri kita sendiri, artinya apakah kita sudah menjalankan kodrat kita
sebagai manusia di muka bumi ini.
Apakah kita sudah mengabdikan diri
kita, bahwa kita adalah sebagai orangtua, apakah kita sudah mengabdikan diri
kita bahwa kita adalah seorang anak, apakah kita sudah mengabdikan diri kita
bahwa kita adalah seorang suami, atau apakah kita sudah mengabdikan diri kita
bahwa kita ini adalah seorang pemimpin, apakah kita juga sudah sepenuhnya
mengabdikan diri kita pada bumi ini untuk menjaganya.
Semuanya tergantung dengan diri kita
masing-masing, semua tindakan adalah tanggungjawab kita sendiri.
Mulai dari awal, kembali untuk
mengetahui kita sesungguhnya di ciptakan, bahwa kita di ciptakan di muka bumi
ini memiliki tanggungjawab terhadap diri kita sendiri dan itu yang paling
utama.
Adakah pertanyaan yang sudah
diajukan pada diri kita sendiri, siapakah aku ini? Maksudnya siapakah kita? Jadi
kita di tuntut untuk tahu siapakah kita ini terlebih dahulu, siapakah kita ini?
Kalau kita sendiri belum tahu siapakah kita sendiri, lalu
bagaimana kita akan tahu kita ini di muka bumi sebagai apa ?
Sebuah kisah, bahwa nafsu itu bisa mengakibatkan raja menjadi
budak, sedangkan sabar menjadikan
seseorang budak menjadi raja. Tahu
tentunya anda kisah
tentang Nabi Yusuf?
Pertama kita bertanggungjawab pada
Allah sang Maha Pencipta, kalau sebagai suami kita bertanggungjawab kepada
istri dan juga anak-anak.
Semua itu tak mungkin kita sendiri
yang akan melaksanakanya, lalu mengapa? Tentu saja istri ikut andil dalam hal
ini, ia juga bertanggungjawab pada anak-anak, karena sesuatu yang sangat tidak
mungkin bila tanggungjawab itu semuanya di serahkan pada suami, karena istri
tidak terlepas dari hubungan ini.
Jadi sesungguhnya istri juga
bertanya apakah yang harus aku pertanggungjawabkan pada suami dan keluarga?
Akan timbul kembali pertanyaan dalam
diri kita, atau setelah kita menyadari siapakah diri ini, apakah kita juga
mengetahui dimana kita akan mulai untuk mengabdikan diri kita, yang pertama
adalah kita adalah sebagai kholifah di muka bumi ini, sesuatu yang tidak
mungkin kita akan sendiri di muka bumi ini.
Perlu
juga sekali lagi kita bertanya,
siapakah aku ini? Kalau sudah mengetahui peran kita barulah kita akan tahu,
tapi jangan pula sampai kita tergantung pada orang lain, itu artinya kita akan
tahu posisi kita seharusnya berada dimana.
Untuk melangkah harus tahu dulu
kemana tujuan kita yang akan kita capai, jangan melangkah dalam keadaan tidak
tahu tujuan.
Kadang kita
bertanya kapan kita mesti tahu kapan kita mulai untuk mengabdi pada diri kita? Karena
hal itu adalah yang sangat penting untuk mengabdi pada diri kita sendiri. Banyak
orang yang tak pernah tahu akan dirinya sendiri hingga akhir hayatnya.
Jika kita sudah tahu apa lagi yang
akan kita lakukan? Kita kembali bertanya mengapa aku selama ini lalai dengan
diriku sendiri, selanjutnya setelah kita tahu akan tugas kita , bertambah lagi
pertanyaan-pertanyaan, lalaikah aku pada Allah, lalaikah aku pada tugas-tugasku
sebagai manusia di muka bumi ini, lalaikah aku pada larangan yang ditentukan
agama, lalaikah aku pada lainnya.
Maka akan muncul lagi, langkah apa
yang harus aku lakukan kini, apa yang harus aku rubah kalau aku telah lalai?
Artinya kita harus siap koreksi pada diri kita sendiri, apapun itu yang akan
terjadi.
Bertambah lagi pertanyaan yang akan
muncul, lalu bagaimana caranya kita itu agar selalu intropeksi diri, mulailah
kita rajin ibadah, selama ini malas ibadah kini kita mulai rajin, mempasrahkan
diri kita Allah.
Ternyata ini belum kita lakukan,
atau sudah tapi hanya sekedar memenuhi kewajiban, akan lebih buruk lagi kalau
ibadah hanya untuk di lihat orang saja, apalagi hanya memenuhi keinginan agar
di pandang orang baik.
Ibadah memiliki waktu, dari itu kita harus ikuti waktu-waktu yang sudah
di tentukanya tersebut, mulai pagi itu sholat Subuh, lalu siang hari ada Sholat
Zhuhur, kemudian sore harinya akan ada lagi Sholat Ashar, menjelang Sore ada
lagi sholat Magrib dilanjukan dengan sholat isya’
Ini semua salah satu petunjuk
pengaturan waktu yang harus kita mengerti dan dipahami, mau atau tidak aturan
itu tetap jalan, kita ikuti atau tidak, yang tertinggal adalah kita sendiri,
yang akan menerima hasilnya juga kita sendiri.
Pernahkah kita bertanya pada diri
sendiri, betapa rendahnya kita dihadapan Allah, apakah kita tergolong orang
yang sudah menyadari diri kita? Ternyata kita bukanlah apa-apa.
Kita sama-sama harus menerima
kekurangan dan berani mengakui suatu kelebihan yang dimiliki oleh orang lain,
Lantas kita juga berani mengakui bahwa kita telah melakukan suatu kesalahan.
Memang bukanlah hal yang mudah untuk
mengakui kesalahan yang kita lakukan, apalagi kalau kita mengakui bahwa kita
adalah benar-benar salah dalam hal ini.
Tetapi yang lebih buruk lagi adalah
jangan sampai kita berulangkali melakukan suatu kesalahan, karena sekali kita
menutup kesalahan maka akan terulang kembali kesalahan yang kedua kalinya,
jangan pula sampai perbuatan salah itu limpahkan pada orang lain mengapa kita yang berbuat orang
lain yang menjadi korban? Tidakkah kita berbesar hati bahwa lebih baik kita
bersujud pada Allah, kita curahkan seluruh jiwa dan raga kita hingga pada
perasaan yang paling dalam.
Selama ini kita kurang kasih sayang
ubahlah, mulai dari sayang pada anak kita, sayang pada lingkungan kita, kalau
kita sudah demikian maka alangkah indahnya hidup ini bila di penuhi
dengan kasih dan sayang yang berada di sekitar kita.
Akan terasa nikmat dimana saja kita
berada, dimanapun kita akan merasa semua orang yang kita jumpai adalah penuh
kasih dan sayang, akan merasa tentram tinggal di bumi ini, bahagia rasanya
melangkah dalam menikmati hidup ini, orang lain penuh dengan rasa gelisah dan
galau, maka kita merasa bahagia dimanapun kita berada, Hidup merasa tenang
dengan tanpa rasa benci dan prasangka buruk pada orang lain. Tanpa ada rasa iri
dan dengki pada orang lain.
Berpikir dengan benar agar tidak di
kuasai oleh nafsu yang berakibat menjerumuskan diri kita, sehingga tenggelam
dalam kedukaan yang berlarut-larut. Akan mudah terombang-ambing, lalu bagaimana
akan mengubah hidup menjadi lebih baik, kalau diri kita selalu di lingkari
dengan menyalahkan orang lain terus menerus. Satu sisi orang lain terus maju,
sedangkan kita masih terpaku tanpa ada
perubahan yang berarti.
Karena hal itu akan selalu
menggerogoti, amal kita, semuanya akan merunah derajat kita, susah payah kita
untuk mendapatkan amal ibadah pada Allah, lalu dengan mudah begitu saja amal
ibadah kita berikan pada orang lain.
Ini berdampak pada diri kita, kita
menjadi lemah menjalani hidup ini, timbulnya gejala penyakit yang berakibat
menambah kesusahan pada diri kita. Jangan sampai hal-hal ini tetap bertahan
dalam diri kita, mulai saat ini buang jauh-jauh rasa iri dan dengki pada orang
lain.
Sudah saatnya kita bersihkan diri
kita dari sifat-sifat yang justru membuat kita makin lemah, berusahalah mulai
dari jiwa dan raga kita. Jangan biarkan setan bersemayam dalam tubuh kita. Oleh
karena, itu biasakan diri kita tidak pernah berhenti intropeksi diri salah
satunya dengan banyak memasrahkan diri pada Allah.
Pasrahkan diri pada Allah adalah
teknis untuk dapat berkonsentrasi yang penuh arti, yaitu dengan banyak berzikir
dimanapun kita berada. Itu cara melatih diri kita untuk berkonsentrasi yang
bertujuan.
Sehingga dengan tenang kita akan
menemukan sendiri untuk dapat mengubah hidup kita kemana akan kita bawa, dan
kemana akan kita pertanggungjawaban langkah-langkah hidup yang membawa diri kita menuju hidup penuh diliputi
kebahagiaan.
Setelah kita menempatkan diri kita
pada posisi yang memang kita impikan, lalu kita jalani dengan aturan, tanpa
melanggar perasaan jiwa dan batin yang tidak bertentangan dengan keinginan dan
penuh keikhlasan serta kejujuran.
Sehingga, ketika berada dimana saja,
kita merasa tenang dan menerima apa adanya, serta senang ketika melihat orang
lain menerima atau mendapat nikmat dunia atau juga nikmat akhirat. Bahagia
rasanya hidup ini bila sudah demikian.
Peningkatan kehidupan atau akan
lebih lantang kalau kita sebut
adalah perubahan hidup. Perubahan itu di awali dari kehidupan miskin
menjadi kaya. Atau Paling tidak
menjadi sedikit kaya. Itu yang selalu di
inginkan oleh setiap hidup manusia yaitu merubah kehidupan. Dari yang
bersikap buruk menjadi baik, dalam agama Islam itu di sebut dengan hijrah.
Kalau Negara dari otoriter menjadi reformasi Demokrasi itulah yang terjadi di Indonesia saat ini.
Untuk merubah kehidupan dari sikap yang keras menjadi sikap yang lunak, atau menjadi bijaksana, dari
seorang yang pemarah
menjadi seorang yang penyabar.
Dari orang yang mudah putus asa menjadi
seorang yang bersemangat. Dari orang
yang mengalami suatu kegagalan menjadi orang
yang berhasil, atau sukses
atau bahagia.
Merubah hidup dari susah menjadi senang atau menjadi bahagia. Bukan perjalanan
yang mudah dan gampang, yang dapat di capai dalam
angan-angan, banyak khayal, atau dicapai dengan cara judi dan tebak-tebakan. Serta dengan hanya
bercita-cita yang tanpa dengan
usaha keras, di dukung semangat dan
jiwa yang kuat untuk menghadapi segala macam cobaan yang akan datang silih
berganti.
Ada sebuah untai kata yang selalu di
sampaikan oleh para ahli hikmah, dibalik kesudahan itu kesenangan, di
balik kesulitan itu ada tersimpan kemudahan. Dibalik suatu kegagalan itu
tersimpanya kesuksesan atau keberhasilan. Dibalik suka dan duka itu ada
kebahagiaan.
Untuk itu merubah kehidupan di
butuhkan keyakinan, seorang penganut agama, butuh keyakinan bahwa ia
memiliki tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan akan selalu memberikan bimbingan
kepadanya. Tuhan memberikan kekuatan pada dirinya untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik. Dari kehidupan yang penuh kesengsaraan merubah hidup yang penuh
rasa bahagia.
Untuk merubah hidup, itu butuh
keinginan, butuh kemauan yang keras, lalu mulai berpikir untuk di
programkan segala rencana yang akan di
inginkan itu. Jadwalkan itu, lalu di renungkan dan
kemudian di laksanakan, itu
sesuai dengan aturan, jadwal dan segala
peraturan dan resiko yang akan di
hadapi nantinya.
Untuk melakukan perubahan juga di butuhkan
waktu yang tepat. Tidak
sembarangan waktu. Itu artinya butuh perecanaan juga. Waktu yang tepat itu, tergantung menurut perhitungan kita yang
punya perencanaan, yaitu sebagai
akan melakukan perubahan itu.
Kita contohkan saja seorang muslim,
kalau di bulan Ramadhan ia akan banyak
melakukan ibadahnya, ia mengevaluasi
dirinya. Di bulan itu mereka
intropeksi diri, bagaimana dengan
ibadah yang mereka telah
lakukan selama ini.
Untuk melakukan itu artinya kita
butuh menahan diri, menahan diri artinya
banyak hal, untuk sebuah perubahan. Dari selama ini hobi berjudi, mulai
mengehentikan untuk judi. Disni butuh
kesabaran yang tinggi, dari
segala rintangan yang akan menhalangi
rencana-rencana yang akan kita
laksanakan nanti.
Begitu juga kita akan merubah
kehidupan kita, mulai dari pekerjaan sebagai,
sales, mungkin itu dulu yang harus kita
lakukan, sebagai orang yang bercita-cita
menjadi seorang distributor, lalu kita
menjadi pedagang dengan modal yang
kecil. Bisa saja kita menjadi pedagang kaki lima. Dalam beberapa tahun
kita kumpulkan modal. Itu sebagai usaha untuk berkeinginan berdagang besar. Dengan seyakinya kita melaksanakan
pekerjaan itu. Suatu hari modal yang di inginkan terpenuhi dan mungkin
juga dengan modal di tambah dengan
pinjaman di bank.
Tetapi perlu juga di perhatikan masih butuh menahan diri, karena jangan
sampai setelah modal terkumpul. Sikap menjadi berubah yang
tidak benar. Ingin sekali
berpoya-poya, dengan mengahabiskan uang
simpanan yang bertahun-tahun itu. Lalu uang itu di gunakan untuk minum-minuman
keras. Terbawa untuk menikmati narkoba.
Ini telah sangat jauh
menyimpang dari rencana awal, karena
itulah butuhnya selalu aturan-aturan yang dapat
kita patuhi sendiri. Kita perhatiakan peraturan
menurut agama, atau aturan menurut
pemerintah yang ada.
Jika menurut aturan secara pribadi yang kita
buat sendiri adalah, dengan
menabung di bank, uang itu kita gunakan
seperlunya saja. Tidak lagi menggunakan
hasil jerih payah itu semaunya kita.
Meskipun tidak ada orang
yang mau mencegah
kita, apa yang mau kita lakukan
itu.
Sikap dan ahlak yang kita lakukan
juga patut selalu
kita perhatikan sendiri, yaitu
sikap dan ahlak kita, dalam pergaulan, dalam rumah tangga, dalam urusan bisnis
sekalipun. Butuh kita peningkatan dengan mulai
rajin dan giat, untuk melakukan
keramahan, kerukunan antar pelanggan .
Konsentrasi dengan urusan perdagangan yang jujur dan terbuka.
Selalu ingin tahu
perkembangan pasar, dengan banyak
diplomasi, kepada pelanghgan, pada rekan bisnis, dengan cara
yang sopan dan menyenangkan rekan bisnis. Jika selama ini hubungan dengan rekan bisni kurang komunikasi
maka kita berusaha untuk menjalin hubungan dengan yang baru, namun
hubungan bisnis yang
lama jangan di lupakan.
Sabar kita bila ada bisnis kita
yang menjadi harapan terdapat
kendala, jangan kita mudah marah
pada bawahan kita, berikan jalan
keluar yang baik bila ada pendapat yang tidak
sesuai dengan keinginan yang
kita harapkan, karena itu hubungan akan lebih memberikan keharmonisan pekerjaan
anda.
Ramah tamah, kalau selama ini
kita kurang perhatian
pada pelanggan, maka usahakan
kita lebih banyak
perhatian dengan perkembangan
masyarakat, sosial dan ekonomi
masyarakat yang ada di
sekeliling kita.
Bersikap adil kita pada
bawahan kita, tidak berat
sebelah, bijaksana dalam bertindak dan
juga bicara, yang mampu
memberikan kesejukan bagi
orang lain.
Jika ini yang di jalani, maka akan
mulailah orang-orang juga
akan memberikan perhatian pada
kita. Kalau selama ini pelangga
kita kurang maka akan mulai
bertambah. Karena pelanggan yang
kita layani dengan ramah, sopan santun, jujur makan akan menjadi pembantu
salesman bagi anda
secara tidak langsung.
Pelanggan anda yang akan
promosikan pelayanan anda, “Duh
enak belanja di toko
anu, karena pelayananya ramah, sopan
santun dan jujur.” Pelanggan tetap tak berubah bahkan datang pelanggan yang
baru. Sehingga menjadi berubahlah hidup
anda, dari sebagai seorang
pedagang kecil menjadi seorang yang
telah memiliki toko.
Langkah berikut yang
juga sangat kita
perhatikan, adalah sikap berhati-hati, karena itu
sangat penting. Jangan
sampai kita kembali
berkata kasar, tingkah yang
tidak sopan, maunya menang
sendiri, suka berkhianat pada rekan bisnis, menipu pelanggan. Hal ini jangan
sampai terjadi. Kalau terjadi
akan hancur semua usaha yang selama
ini telah dijalankan dengan penuh susah payah. Bagai sebuah pepatah,”hujan sehari
merusak kemarau bertahun-tahun”
Kalau usaha sudah berjalan,
kehidupan dalam rumah
tangga sudah bahagia, jangan
sampai sembarang bertindak, jangan sampai ingkar. Kalau
ini sampai terjadi hubungan bisnis akan
berkurang pelanggan. Ibarat sebuah
rumah tangga kalau suami
atau istri sudah mulai
ingkar dan mulai
berkhianat maka alamat akan
hancur rumah tangga itu.
Kalau berdagang jika kita mengatarkan
pesanan dengan tepat waktu,
dengan penuhi setiap pesanan sesuai
dengan keinginan pelanggan
maka akan menjadi bertambah majulah
bisnis anda. Kalau rumah
tangga yang di penuhi
dengan keterbukaan, dan kejujran, maka harmonis dalam rumah
tangga akan terjali baik. Bahagia
sudah menjelang, dari hidup yang
penuh kacau balau
akan menjadi tentram dan
damai.
Sebuah rumah tangga yang
harmonis, rumah tangga yang
bahagia. Selalu damai akan
menjadi panutan dan
contoh bagi orang
lain. Tempat orang datang untuk minta tolong kepada
anda. Mulai dari hal mohon uang,
nasehat, saran, tenaga atau pikiran anda. Akan selalu di gunakan oleh
masyarakat anda.
Keluarga anda bertambah, sanak
pamili yang selama ini tak perduli, ia
akan datang dengan suka rela, membawa
bekal mungkin, meskipun itu nilainya
sangat tidak seberapa tapi itulah
sebuah penghargaan yang di berikan orang kepada
anda.
Jika sudah demikian, maka
tidak cukup sampai
di situ saja, kembali banyak intropeksi diri, jangan
sampai anda merasa
bangga, atau anda merasa
lebih segalanya dari
orang lain. Karena itu akan
melahirkan kesombongan.”Kesombongan
itu di beci Allah, meskipun dia orang kaya
apalagi dia seorang yang
miskin, maka Allah akan lebih benci.”
Jika sudah banyak pelanggan sudah saatnya, yaitu kalau
anda sudah sukses atau berhasil dengan
harta kekayaan yang
anda miliki. Maka sebaiknya mulai
sedekah. Kalau seorang
pemilik took, sudah saatnya memberikan
hadiah kepada pelanggan anda. Atau meberikan tim
tambahan bagi pegawai
anda, selama ini berkerja
dengan tekun dan
rajin itu.
Jika ini yang terjadi
akan bertambah kemulian yang
di miliki, akan bertambah kehormatan yang
datang kepada anda. Maka banyak orang akan menghargai anda, dengan menempatkan anda
pada tempat yang lebih terhormat
dari orang lain
yang ada di
sekitar anda. Makin banyak
kita perduli pada
orang lain maka kebahgian itu
akan semakin banyak
yang datang.
Sekarang anda sudah menjadi berubah, yaitu dari
selama ini dalam di rundung kesusahan
dan kemalangan, maka kini telah
berubah menjadi bahagia. Tiba saatnya pada
masa-masa menuju bahagia
yang segera di
nikmati.
Bagian III
MASA- MASA MENUJU
BAHAGIA
Setelah melakukan intropeksi diri, kita mulai mengetahui langkah-langkah
yang dapat membawa kita pada suatu arah.
Memang sudah merupakan keharusan,
bahwa kita harus dan sudah menjadi kewajiban untuk memiliki arah dan tujuan.
Seorang murid saja yang memiliki semangat itu selalu berkeinginan menjadi juara
didalam kelasnya. Kadang orangtuanya memberikan rangsangan padanya dengan hasil
dari anaknya yang menjadi juara ia belikan sepeda.
Ini suatu contoh untuk memberikan
semangat pada diri kita, bahwa sadar atau tidak kita sudah menanamkan saling memberikan semangat dalam keluarga.
Jika sudah demikian tentu saja apa
yang dipesankan oleh orangtuanya akan diikuti, karena ia sudah mendapatkan
keinginannya yaitu sepeda, anak juga akan mulai mengikuti apa yang diinginkan
orangtuanya akan diikuti. anak juga akan menjalani apa yang diperintahkan oleh
orangtuanya, ia akan rajin sekolah-rajin belajar, rajin ibadah. merasakan ini,
orang- tua akan merasa sangat senang
karena anak-anaknya mengikuti aturan yang
telah di tetapkan oleh orangtuanya.
Sahabat Nabi Abubakar Asy Syibli
mengatakan,” apabila kamu telah
merasakan nikmatnya dengan Allah , niscaya kamu
mengetahui akan pahitnya jauh
dari Allah.”
Sungguh indah
makna dari pesan
itu, agar kita selalu
menyadari diri, untuk meniti
hidup dengan bahagia, dalam perjalanan
meniti kehidupan di
muka bumi ini. Penuh
kesadaran berdasarkan ilmu
yang berguna, bukan merusak
alam semesta dengan ilmu.
Segala yang dirasakan dipikirkan
atau di kehendaki manusia, pendeknya
segala yang bergejolak dalam batinya,
adalah tertuju sebagai cita-cita, suatu satuan terhadap suatu ma sud tertentu. Siapa yang mengetahui tujuan itu, dia menegetahui manusianya, dan
siapa yang mengubah tujuanya, mengubah
manusia.
Suatu contoh dapat kiranya ini
dapat dengan jelas di terima, kita
gariskan dengan tajam, sehingga mudah dapat diterima dan di pahami, oleh semua
pembaca buku ini. Oleh karena itu hukum
yang berlaku juga harus menurut hukum
yang ada, jika hukum tidak pandang bulu maka tujuan masyarkat akan terlaksana, karena kalau hukum di
berlakukan dengan tidak adil maka akn banyak tujuan yang tersendat atau bahkan
hilang sama sekali.
Kita tampilkan contoh yang
sangat sederhana saja, sehingga dengan
gampang di mengerti oleh tiap orang,
jangan sampai terlalu bertele-tele sehingga
ngaur dan menjadi tidak jelas.
Berikut contoh yang akan kita ketahui, dua laki-laki berjalan melalui
hutan kayu. Yang seorang melihat cahaya
hijau dan terang, sehingga tempat itu
teduh namun gelap oleh banyak
pepohonan, ia merasakan suasana tumbuhan dan sejuk di puncak – puncak pohon
tersebut, namun banyak daun yang mati
namun jadi membusuk akibat banyak yang rontoknya daun tersebut.Dia berpikir akan suatu lingkaran-lingkaran
tentang kehidupan yang
hidup dan yang mati, setelah
ia meninggalkan hutan. Ia punya rencana untuk suatu lukisan dalam kepalanya
karena dia adalah seorang pelukis.
Laki yang satu lagi, ia melihat
dimana-mana banyak kayu
dalam hutan tersebut, untuk kayu di bakar atau dapat untuk
bahan rumah atau bahan lemari. Ia
melihat mobil truk dapat masuk kehutan itu. Ini dapat menguntungkan
pikirnya jika di buka perusahaan, lalu ia menghitung danaya, berapa biaya
seluruhnya dan resiko. Setelah
ia keluar dari hutan itu ia telah
memgambil sebuah keputusan, itu
karena dia adalah seorang bisnisman.
Jadi
untuk hutan yang
sama, jika dua orang masuk
maka akan berbeda-beda pendapat mereka, atas kedua
orang yang ada diatas
tersebut. Namun tidak ada yang menjadikan untuk
bertentangan dengan pikiran dan keinginan mereka masing, menurut bathin
mereka masing-masing, menurut
cita-cita mereka masing-masing,
menurut tujuan mereka masing-masing. Mengertilah sendirri dengan keinginan mereka untuk tujuan hidupnya. Ini tujuan
dari kehidupan mereka, tentu
saja dengan penuh jebakan dan liku-liku yang tak pernah di
duga sama sekali apa yang
akan terjadi, suka maupun duka didalam melakukan rencana
tersebut. Sudah pasti kita dapat
mengerti apa yang sesungguhnya
kita ingin tersebut, padahal awalnya tak pernah
tahu apa yang akan di
pahami di hutan itu
sebelumnya.
Hampir setiap hari anda bisa
memiliki kesempatan-kesempatan atau
dapat melihat masalah anda. Disanalah kita dapat pula melihat dan membayangkan
bagaimana jalan anda. Apakah kondisinya dalam keadaan mulus atau dalam keadaan
terjal dan berbatuan. Disaat kita akan
menuju arah dan tujuan apakah ada aral melintang yang menghadang tujuan anda.
Ketika datang masalah bukan untuk
dihindari tapi di hadapi, diselesaikan, saat melihat diri kita sangat kecil,
bangkit dari situ, jangan sampai terjatuh di jurang yang menanti.
Nabi
Besar SAW berkata,
barangsiapa bangun di pagi
hari lantas mengadukan kesulitan
hidupnya kepada orang lain, maka
seolah-olah dia mengadukan tuhanya.
Artinya ia tidak
rela dengan apa
yang telah dia
peroleh saat ini.
Dapat melihat dan memperhatikan
suasana dalam keluarga, jika perhatikan sesungguhnya penuh kekuatan ikatan
keluarga dalam rumah tangga, tumbuhnya kesetiaan, persahabatan, bersama
keluarga menikmati suatu kebahagiaan.
Meskipun tidak sedikit dalam lingkup
keluarga yang retak dan berantakan mengakibatkan kemiskinan, tentu saja itu
sangat mempengaruhi langkah-langkah kehidupan sehari-hari yang dijalani, dalam
keluarga dan masyarakat dalam setiap pergaulan yang kita jalani.
Banyak orang cenderung untuk menghitung lebih dahulu
hasil pekerjaannya, sebelum ia benar-benar menjalani pekerjaannya, Boleh juga,
tetapi apakah sesuai dengan perhitungan dan hasil pekerjaan yang akan
dikerjakan nant.
Sukses bukan hanya di lihat dari
hasil nanti, tetapi sukses terlihat setelah kita mengerjakan pekerjaan terlebih
dahulu, yang di mulai dari pekerjaan yang telah direncanakan.
Sukses
tidak akan di peroleh oleh orang yang hanya menunggu hasilnya saja, apalagi
sukses yang hanya diberikan orang lain. Kebahagiaan tidak ada yang pasti tetapi
itu harus kita usahakan dengan cara terus-menerus.
Karena sesungguhnya kita
masing-masing telah memiliki bakat-bakat tersembunyi, tergantung kita, apakah
memiliki daya kemampuan untuk dapat membangkitkan daya kemampuan yang kita
miliki, apakah itu berpengaruh pada diri kita, atau justru kita yang kan di
pengaruhi oleh orang lain untuk mengikuti kemampuan orang lain.
Sekali lagi apakah orang lain akan
memberikan kesempatan bagi kita, agar kia mendapatkan sukses itu? Sama sekali
sangat tidak mungkin terjadi, karena kesuksesan itu adalah tanggungjawab kita
sendiri, itu suatu yang tidak mungkin
bila kesuksesan itu akan diberikan orang lain pada kita, hanya kita yang dapat
merebutnya kesempatan itu bukan diberikan oleh orang lain pada kita.
Dapat saja kita melihat suatu
kepribadian, juga dapat dilihat dari kepribadian seseorang. Yang sering dan
kadang disampaikan oleh orang-orang yang kurang percaya diri.
Salah satu yang sering kali
disampaikanya adalah dengan kata-kata “Mungkin” dari seringnya kita menggunakan
kata-kata ini, maka akan mempengaruhi diri kita, dan terlihat sekali bahwa kita
adalah orang yang kurang percaya diri. Ada saat itu orang yang berkata”
Mungkin” padahal di saat itu ia akan anda berikan suatu tanggungjawab padanya.
Selain dari kata itu, juga dapat
kita perhatikan dengan kata-kata”Tidak Akan”
kata-kata tersebut menunjukan bahwa sudah jelas bahwa anda adalah orang
yang dalam keadaan yang plin-plan,
Misalnya ada sebuah undangan, lalu
anda ragu untuk menyatakan tidak datang, atau bahwa bahkan anda memberikan keputusan yang tidak jelas.
Tetapi harusnya nyatakan “saya tidak dapat datang” atau saya datang” bukan menggunakan
kata akan datang, atau tidak akan datang.
Artinya dengan kata-kata juga kita
dapat mengerti kepribadian orang
tersebut, bagaimana mengenai sikap dan watak dia yang sesungguhnya, tepat
dengan pepatah lama, mulutmu adalah harimaumu, suatu ungkapan.
Ada lagi kata yang juga sering di gunakan oleh
orang-orang yang adalah termasuk
tidak
percaya diri itu, yaitu dengan sering menggunakan “kata-kata Biasanya” ini
adalah rangkaian kata yang digunakan oleh orang-orang yang kadangkala sangat
tidak percaya diri, orang yang selalau di liputi oleh keraguan.
Biasanya saya bisa melakukan pekerjaan itu, jadi kalau kata-kata
itu dapat dimengerti sudah tampak dan jelas orang tersebut memiliki kurang
percaya diri.
Termasuk juga sebuah ungkapan yang menyatakan “Curiga” itu sebuah
ungkapan yang dapat di pahami bahwa
dirinya adalah kurang percaya diri. Misalnya seorang atasan
memerintahkan anak buahnya, yaitu untuk melaksanakan tugas, tetapi ia
mengatakan,” saya curiga apakah ia mampu melaksanakan tugas itu ya?
Apalagi ketika ia menghadapi suatu
masalah, tetapi ketika ia menerima informasi yang actual bukan sekedar asumsi.
Lagi sudut kata yang dapat kita
pahami bahwa orang-orang, yaitu orang-orang yang kurang percaya diri, yang
sering di katakanya merasa tidak mungkin dan ini jelas merupakan sikap pada
diri anda adalah tidak memiliki suatu ketidak optimisme terhadap diri anda sendiri.
Bagaimana mengenai sikap dan watak
dia yang sesungguhnya, tepat dengan pepatah lama, mulutmu adalah harimaumu,
suatu ungkapan.
Ada lagi kata yang juga sering di
gunakan oleh orang-orang yang adalah termasuk tidak percaya diri itu, yaitu
dengan sering menggunakan “kata-kata Biasanya” ini adalah rangkaian kata yang
digunakan oleh orang-orang yang kadangkala sangat tidak percaya diri, orang
yang selalau di liputi oleh keraguan.
Biasanya saya bisa melakukan pekerjaan itu, jadi kalau kata-kata
itu dapat dimengerti sudah tampak dan jelas orang tersebut memiliki kurang
percaya diri.
Termasuk juga sebuah ungkapan yang
menyatakan “Curiga” itu sebuah ungkapan yang dapat di pahami bahwa dirinya adalah kurang percaya diri. Misalnya
seorang atasan memerintahkan anak buahnya, yaitu untuk melaksanakan tugas,
tetapi ia mengatakan,” saya curiga apakah ia mampu melaksanakan tugas itu ya?
Apalagi ketika ia menghadapi suatu
masalah, tetapi ketika ia menerima informasi yang actual bukan sekedar asumsi.
Lagi sudut kata yang dapat kita
pahami bahwa orang-orang, yaitu orang-orang yang kurang percaya diri, yang
sering di katakanya merasa tidak mungkin dan ini jelas merupakan sikap pada
diri anda adalah tidak memiliki suatu ketidak optimisme terhadap diri anda sendiri.
Sikap yang lain yang juga termasuk adalah tidak
percaya diri yaitu selalu merasa cemas, ketika akan melakukan sesuatu selalu merasa
bisakah saya melakukan itu, jangan pernah merasa cemas dengan sesuatu yang hal
itu belum anda kerjakan, bahwa hadapi masalah itu, kalaupun menemukan jalan
buntu upayakan cari soslusinya yang terbaik.
Beberapa sikap yang patut juga kita
perhatikan adalah juga dengan kata “Butuh” pada saat anda menerima tawaran.
Usahakan jangan sampai mengatakan “saya butuh sekali ini dan itu”
Sikap ini merupakan suatu ketidak
jelasan diri anda, bahwa anda tidak memiliki percaya diri, tetapi belajarlah
dengan berkata yang jelas, tidak sekedar menerima saja perintah itu, tunjukan
bahwa anda memiliki kemampuan, bukan hanya butuh dengan tawaran itu.
Bukan itu saja tetapi sikap yang
juga sangat mempengaruhi perbuatan dan tindakan kita itu adalah dengan sikap
“Ragu-Ragu” bagaimana orang akan percaya pada diri anda jika anda bersikap
ragu-ragu.
Ragu-ragu akan sangat menyiksa diri
anda karena akan selalu menciptakan kegagalan demi kegagalan yang sedang anda
jalani. Sulit bagi anda untuk memimpin jika anda selalu di lingkari oleh sikap
yang ragu-ragu, karena sikap tegas sangat anda perlukan.
Sikap lain yang juga terkadang
pertanda anda seorang yang kurang percaya diri adalah sikap yang menyatakan
ungkapan ”Sepertinya” kala itu ada suatu pertemuan pada saat itu, pembicaraan
itu anda yang berbicara, lalu jangan sampai anda menyatakan kata-kata
Sepertinya.
Karena kalau anda sampai menyatakan
kata-kata “Sepertinya” hal itu terdengar suatu sikap yang tidak percaya diri
pada anda. Anda berkata Sepertinya pekerjaan ini dapat kita selsaikan.
Ini adalah sebuah kisah, di tahun
2000, tiba –tiba sekali saudara saya menyatakan akan menikah, pada waktu saya
tidak memiliki uang untuk semua biaya pernikahannya, namun saya percaya dan
yakin bahwa biaya itu ada.
Pada saat itu saya sudah
mempersiapkan dana dalam bentuk saham penerbitan buku perdana saya, ternyata
dari hasil penjualan buku perdana itu, dapat mencukupi kebutuhan saudara saya
untuk melakasanakan pernikahanya.
Itu sikap bahwa kita harus selalu
siap dan waspada, untuk selalu siaga persiapan
keuangan, menjaga kesehatan, siap selalu menanam kebaikan selagi muda,
bukan menunggu disaat masa –masa tua baru akan menanam kebaikan, berjuang dan
menabung itu dimulai selagi masih muda, menjaga kesehatan selagi suatu kegagalan
seringkali itu adalah hasil dari kesalahan yang kita lakukan di masa-masa lalu.
Penilaian keputusan atau pelaksanaan
didalam bidang yang sedang anda tangani, mampukah kita menerima kenyataan
ketika menerima hasil kerja ternyata hasil adalah gagal, karena itu semua
adalah hasil apa yang kita lakukan telah lalu.
Sikap menghadapi hasil kerja secara
positif adalah pelajaran yang berharga bagi anda untuk anda petik ketika datang
masa-masa anda menikmatinya.
Seperti bisnis yang di awali oleh
kalangan keluarga Tiongha, ia sering kali mengikutsertakan istrinya dalam bisnis perdangan, ia dampingi
suaminya dalam mengelola
usaha
perdagangan yang di lakukanya, dengan penuh tanggungjawab ia berikan pada
istrinya tersebut.
Mereka percaya betul, bahwa kepercayaan
dan saling memberikan tanggungjawab, merupakan upaya, suatu yang menanamkan
kekompakan pada keluarganya tersebut.
Tidak merasa terganggu dengan keluarga ikut serta dalam urusan bisnis
perdagangan itu, bagi mereka itu adalah suatu pelajaran bisnis awal yang di
ajarkan pada keluarga mereka, sehingga kekuatan kepercayaan pada mereka
terjalin, terbentuknya hubungan bisnis keluarga.
Meskipun banyak keluarga yang juga
gagal dalam menjalain bisnis keluarga , hal itu karena seringkali tidak
memberikan tanggungjawab yang penuh,
lalu juga mengabaikan tanggungjawab, serta di lingkari sikap-sikap yang tidak
jujur pada tugas-tugas yang diberikan padanya.
Sukses datang bukan dengan
sendirinya, tetapi seringkali datangnya sukses itu setelah mengalami kegagalan demi kegagalan
yang dihadapi, jangan ulangi kesalahan demi kesalahan , tetapi maju terus tanpa takut dengan aral yang melintang.
Prinsip yang akan selalu membantu
dalam kehidupan kita, lima prinsip yang harus kita miliki.
1. Rohani, pelajari dan ikuti bimbingan untuk membimbing
jiwa kita, pelajari urusan agama dengan
baik.
2. Keluarga dan Sosial, bisnis dan
usaha adalah sangat penting, karena itu adalah sangat penting, karena itu dalah
perhatian kedua setelah terhadap istri dan keluarga.
3. Pengembangan Mental, sediakan
selalu waktu untuk mengikuti pembentukan mental pada jiwa dan rohani kita, pada
kelompok agama.
4. Pengembangan Pisik, berolah
ragalah, senam atau membiasakan diri dengan lari-lari di pagi hari.
5. Percaya diri, kalau semua prinsip telah di lakukan maka
tentu akan dapat menikmati dan mearasakan hasilnya yang yang telah kita kerjakan itu.
Setelah keinginan mulai dapat
kita rasakan, rencana mulai berjalan . Maka sesungguhnya nikmat dunia telah
memberikan kehidupan bagi kita, tentu saja tak lupa dengan
aturan –aturan dalam kehidupan, mengikuti aturan hidup
adalah suatu kenikmatan. Karena mengikuti aturan dalam agama
hidup akan tenang, Negara akan tentram, dimana saja
akan aman dan damai.
Perhatikan semua
yang ada di sekitar kita, karena
semuanya adalah bermanfaat bagi
kita, jika kita memperhatikan
dan menikmatinya. Ingat selalu akan
sejarah diri kita, karena
dari tiada menjadi
ada. Dari seorang yang bodoh
menjadi berilmu, sadar akan
ini itu adalah nikmat
kebahagiaan.
Belajar rohani, itu adalah sangat
perlu dan dapat kita ikuti di rumah ibadah atau kelompok-kelompok bimbingan
rohani, bertanya kepada yang ahli dalam
bidangnya, tentu bersama-sama rekan sehingga kita akan mendapat pemikiran
yang sempurna dan kebenaran, sehingga dapat meniti bahagia yang memang kita
harapkan itu.
Dr Martin Setigman membutuhkan lebih
dari 20 tahun dan melakukan lebih dari
serartus
exprimen dengan hampir lima belas ribu
orang, sehingga ia menarik kesimpulan bahwa yang terjadi pada kita adalah
karena hasil kerja yang sebelumnya telah kita lakukan.
Orang yang selalu merasa pesimis
akan cenderung menjadi defresi dan akan timbulnya penyakit. Jika demikian sikap
pesimis itu adalah negatif, jangan sampai sikap negatif itu tenggelam dalam
lingkaran kehidupan, kalau ini tertanam pada diri anda maka sikap ini akan
selalu menggerogoti pemikiran dan tindakan yang di lakukan dalam kehidupan
sehari-hari, akibatnya akan cenderung mengkambing hitamkan orang lain, kita yang
berbuat tetapi cenderung kesalahan yang kita perbuat namun kita limpahkan pada
orang lain.
Pada akhirnya kesalahan-kesalahan yang di lakukan cenderung
merasa benar, pandangan yang selalu
pesimis akan melingkari dirinya yang bertambah semakin sulit.
Menjadi kebiasaan melempar kesalahan
yang di lakukan kepada orang lain, merasa kesalahan yang dilakukan oleh dirinya
bukan karena dia tapi karena orang lai.
Seorang ibu melihat anaknya yang
sangat ingin makan buah kelapa muda, kealapa muda itu berada di samping rumah,
yaitu milik tetangga, setelah ia minta dengan tetangga diberikanlah buah
kealapa muda itu, tetapi ketika anak itu membelah kelapa muda itu, tangan
anaknya terluka.
Apa reaksi ibunya sang anak, ia
lantas berkata,” Mengapa pula dia diberi kelapa muda, anakku jadi terluka?!
Problema yang terjadi namun tidak
mau mengakui akan kesalahan itu, seringkali merusak hubungan kita dengan orang
lain.
Cenderung kita melalaikan sebuah
hubungan baik yang terjalin yang hanya disebakan oleh kurang intropeksi diri
kita, terhadap apa-apa yang melingkari persoalan pada diri kita.
Hubungan
yang baik terjalin itu pantasnya kita nikmati dengan baik, bukan kita putus
dengan kesalahan yang kita perbuat, lalu
lebih mengorbankan orang lain, padahal itu adalah akibat perbuatan kita tetapi
tidak menyadari bahwa itu adalah
perbuatan kita, lalu mengapa tidak kita sadar diri bahwa itu adalah kesalahan
diri sendiri.
Sukses datang tidak dengan langsung
begitu saja.
Sukses tidak berhubungan dengan
sebuah kebebasan.
Sukses tidak berkaitan dengan
kekayaan yang di hasilkan.
Boleh jadi ada orang yang memilih
dirinya karena, kaya, berbakat, hubungan keluarga, cerdas, memiliki kemampuan
dalam ilmu tertentu yang di milikinya.
Banyak anak-anak orang terkenal dan
sukses yang tak berhasil dalam memimpin sebuah usaha yang kelola orangtuanya,
tidak memiliki kemampuan untuk memimpin.
Ada sebagian orang yang takut
menerima kenyataan bahwa kesuksesan yang dia raih tak mampu dilanjutkan oleh
anaknya.
Sebaliknya kesuksesan besar banyak
diraih oleh orang-orang yang hidupnya
sederhana dan tingkat kehidupan yang sangat tidak mapan.
Jadi kesuksesan itu tidak juga
disebabkan oleh kesuksesan yang di raih sebelumnya oleh orangtua. Kesuksesan
terbangun oleh kerja keras, yang dilakukan dengan gigih dan menghadapi
kegagalan demi kegagalan, sehingga berhasil bangkit dari dari kesuksesan yang
tertunda, sehingga benar-benar sukses dapat di raihnya.
Terus bangkit dari kegagalan yang
melandanya sehingga berdiri dengan gigih, tanpa harus ia menoleh kebelakang
dengan mengingat-ingat kesalahan-kesalahan.
Pernahakan kita renungkan secara
dalam ”Allah memberi kita dua telinga dan satu mulut, maknanya apakah kita
sadar bahwa kita dianjurkan untuk lebi banyak mendengar bukan untuk banyak bicaranya.”
Jangan sampai dalam satu pembicaraan
yang terjadi dalam dua belah pihak, yang
satu sedang berbicara lalu yang lain layaknya mendengarkan pembicaraan itu.
Akan menjadi suatu permasalahan jika yang satu bicara lalu yang lainnya
juga berbicara maka hubungan itu akan
menjadi kacau.
Kadang-kadang yang menambah masalah
adalah, satu bicara yang hanya ingin suaranya saja yang ingin didengarkan,
tanpa mau mendegarkan pembicaraan lawan bicaranya.
Bahkan
lawanya bicara tidak memiliki lagi kesempatan untuk bicara, kesempatan bicara
hanya padanya, sehingga lawan bicaranya menjadi kesal, serta meninggalkan lawan
bicaranya dengan pembicaraan yang tidak berarti, bahkan munculnya permasalahan
yang berakibat sesuatu yang merusak hubungan
dengan lawan bicaranya, selanjutnya tak mau lagi mengajak atau
mendengarkan lawan bicaranya itu.
Keluarga adalah yang paling utama
untuk diperhatikan, karena dalam keluarga terbentuknya hubungan antara pemimpin
dengan yang di pimpin , terdapatnya pembelajaran sosial dan lingkungan ,
bagaimana kita komukasikan diri kita pada keluarga semuanya akan tercermin
dengan baik yang di awali dari dalam keluarga yang kita bina.
Berikan kesempatan dalam keluarga
untuk saling menerima saran-saran antara keluarga, penilaian-penilaian,
kritik-kritik dan saran-saran, bicarakan bersama-sama.
Mendengarkan satu sama lainnya,
tidak menghina yang satu dengan lainnya, tidak hanya anda yang merasa lebih
berkuasa dalam keluarga, tetapi selalu berpikir bahwa anda adalah bersama untuk
menjalin hubungan dalam keluarga, bukan menanamka kekuasaan dalam kekeluargaan.
Hubungan dalam keluarga akan
memelihara kesatuan rohani yang kokoh dalam diri kita, dan akan membentuk
jalinan yang positif untuk kemajuan dan
menanamkan prasangka yang tak berkesudahan.
Bagian
IV
KOMUNIKASIKAN
DIRI ANDA
Beberapa yang perlu diperhatikan
dalam kehidupan sehari-hari, yang paling penting adalah komunikasi.
Dalam komunikasi itu terbentuklah
bahasa yang disampaikan dengan jelas, berbagai bahasa yang digunakan,
tergantung dengan bangsa dan Negara dan daerah setiap Negara yang ada di dunia
ini.
Di saat komunikasi itu akan adanya,
bergbagai ungkapan, kiasan dan juga berbagai kutipan –kutipan kata yang
disampaikan oleh setiap orang dalam bicaranya.
Namun sebaiknya kita selalu
menggunakan kata-kata mudah di mengerti, jangan sampai menggunakan kata-kata
yang tidak di menegrti, atau terlalu intelektual dan propesional sehingga sulit
dipahami orang lain. Jangan sampai orang lain tidak memahami maksud yang disampaikan, sampaikan pembicaraan itu dengan
bahasa ya di mengerti oleh lawan bicara.
Dalam setiap pembicaraan jangan
hanya anda saja yang bicara, tetapi berikan kesempatan untuk bicara pada orang
lain yang juga bicara.
Tunjukan pada lawan bicara anda,
bahawa anda juga memahami apa yang di bicarakan oleh lawan bicara anda
tersebut, bagaimana tanggapan anda mengenai apa yang dibicarakan oleh lawan
bicara anda? Juga apa pandangan anda tentang hal yang dibicarakan oleh lawan
bicara anda? Mungkin ada suatu kesimpulan yang akan diambil dari pembicaraan
yang disampaikan oleh lawan bicara anda itu. Dengar pembicaraan lawan bicara
dengan penuh perhatian.
Di saat anda bersama-sama dengan
lawan bicara, apalagi berbicara dengan lawan bicara dengan beberapa orang, atau
lebih dari dua orang atau lebih dari itu. Berikan kesempatan untuk ia leluasa
bicara. Jangan sampai mendahului apalagi memotong pembicaraan, apalagi
menciptakan pertengkaran dalam pembicaraan itu.
Jangan selalu membicarakan tentang
diri anda saja, apalagi membicarakan anda yang lebih baik, anda yang lebih
pintar, anda yang lebih kuasa, anda lebih kaya, tapi berikan orang lain, atau
lawan bicara anda kesempatan untuk cara
yang lebih luas saling bergantian, satu sama lainnya.
Bila itu yang kita jalankan, maka ia
akan merasa bangga dengan pembicaraan, dengan itu pula kita akan menarik
kesimpulan tentang pembiraan itu, menilai dengan baik tanpa kita merasa di
anggap atau dilecehkan dengan pembiraan itu.
Selanjutnya juga jangan sampai kita
melupakan, dalam pembiraan itu, gunakan nama orang yang bersangkutan. Itu
adalah salah satu penghormatan yang kita sampaikan pada lawan bicara kita, itu
artinya anda menghormati lawan bicara anda yaitu dengan menyebut namanya.
Jika disaat mula perkenalan, kalau ragu atau lupa dengan
nama orang itu anda dapat berkata,” bilang ulang nama anda untuk saya?”
Dalam pembicaraan selanjutnya,maka
sebut nama orang itu dalam pembiraan,”Terima kasih pendapatmu Bill, senang bisa bicara dengamu
.”
Pada saat bicara, lakukan kontak
bicara dengan pandangan mata tertuju padanya, maka anda akan belajar banyak
nantinya, karena dengan anda melakukan pandangan mata yang langsung pada lawan
bicara anda tersebut,itu akan memberikan suatu kepercayaan diri pada anda itu
juga menunjukan pada anda, bahwa anda sangat tertarik dengan apa yang telah di
bicarakan oleh lawan bicara tersebut.
Perkenalkan diri anda pada saat
berlangsungnya pembicaraan lewat telepon atau juga pada saat berbicara secara langsung,
jangan lupa lakukan denga jabat tangan, tepat ketika anda menyampaikan salam,
katakan “ anda sangat senang bertemu
denganya atau bicara tentang sesuatu
sebelumnya. Kalau dapat jangan sampai setelah akan berakhir pembicaraan baru
anda memperkenalkan dira anda padanya, kalau anda bicara mewakili perusahaan
sampaikan anda atas nama perusahaan tersebut.
Di saat bicara, bicaralah yang positip, jika sampai pembicaraan itu
negatif maka dapat menghentikan pembicaraan, pembicaraan kadang kala jadi terputus,
sehingga sudah jelas akan tidak produktip lagi pembicaraan itu.
Usahakan dalam pembicaraan itu tidak
mengeluh, atau mengomel, menyampaikan berbagai alasan, jangan pula sampai
bergosip dengan orang yang sama-sama anda kenal.
“Kita akan berpikir apa yang akan
dibicarakan, mengenai saya? Atau akan menyampaikan gossip yang mungkin di
sebakan oleh saya sendiri? Jika kita
telah menyampaikan isu yang tidak benar artinya kita adalah memberikan ketidak
percayaan orang lain pada kita, jangan kau tanam duri dimana jalan itu kita akan lewat disana.
Bersikaplah bahwa anda sangat
senang dengan apa yang dibicarakan oleh lawan bicara anda, tunjukan bahwa anda
sungguh ingin sekali mendengar pembicaraan itu, berikan pujian, yang jujur padanya, pujilah keberhasilan yang
pernah dicapainya, dan coba pancing mereka dengan pertanyaan.
Disamping itu juga, anda berusahalah
untuk mengerti dan paham apa yang disampaikan oleh lawan anda bicara, jika anda
belum paham atau belum mengerti maka tanyakan kembali apa yang di bicarakannya
tersebut.
Jangan patahkan waktu teman bicara,
tetapi berikan kesempatan untuknya berbicara, tunjukan bahwa anda tertarik dengan materi-materi yang disampaikanya
tersebut. Ia akan berpendapat bahwa anda adalah teman yang baik untuk diskusi dalam
pembicaraan. Dalam pembicaraan itu bicaralah yang perlu-perlu saja, yang itu
memang perlu untuk di bicarakan padanya.
Buatlah bahwa lawan bicara anda adalah orang-orang yang memang penting bagi anda, dapatkan informasi
yang berguna bagi anda, jangan tinggalkan lawan bicara anda sebelum benar-benar
pembicaraan itu telah berakhir.
Terpenting lagi adalah perhatikan
lawan bicara anda, tunjukan sikap yang hormat pada mereka, buat mereka merasa
penting bicara dengan anda, bukan sebgai obyek saja. Jangan sampai
berlebihan memuji terhadap lawan bicara
anda, tetapi jangan pula merendahkan lawan bicara anda, hanya keterbatasanya
dalam bicara, atau materi yang disampaikanya tidak tepat, bersikaplah sopan,
jangan pula perintah orang dengan seenaknya, tetapi gunakan kata “minta tolong”
pada orang yang anda butuh akan pertolongan darinya.
Untuk selanjutnya sampaikan posisi
anda sehingga, coba lihat dan perhatikan dengan cara sudut pandang anda.
Bertanyalah, tunjukan pada diri saya bagaimana pemikiran anda pada saya.
Ambillah tanggungjawab penuh demi
suksesnya dalam pembicaraan tersebut, jika pada posisi sebagai pendengar,
jadilah pendengar yang baik, pahamilah orang lain dengan baik, sehingga anda
menjadi sahabat yang baik untuk di ajak bicara, tunjukan sikap yang menyatakan
bahwa anda dapat menjadi teman kerjasama yang baik.
Presiden Amerika Serikat Abraham
Linchon mengatakan”kalau saya siap-siap untuk memberikan pengertian pada orang
lain, berggunakah untuk saya, keluarga saya
dan sahabat saya, saya selalu memberikan kesempatan pada orang , apa
yang ingin di sampaikanya?”
Ada beberapa hal yang penting kita
perhatikan saat-saat bernegoisasi, berkatalah pada masalah saja, jangan
bicarakan masalah lain, atau di luar pokok pembicaraan, kecuali hal itu memang
saling berhubungan dengan isi negoisasi yang sedang kita bicarakan.
Selain itu dalam pembicaraan
tersebut hindari istilah pasti, jangan gunakan kata-kata tersebut, tetapi
jangan pula gunakan kata-kata tidak akan, selalu, atau membicarakan tentang tingkah
laku dan keturunan.
Jangan pula kita beranggapan bahwa
anda perlu meyakinkan orang lain untuk mencapai pemenuhan yang memuaskan
terhadap masalah tersebut.
Inisiasi terjadi, jangan ada kata
penghinaan dan istilah yang mengancam, karena itu tidak ada manfaatnya sama
sekali, terhadap anda juga terhadap lawan bicara anda.
Jangan biarkan penghinaan yang
berada dalam pikiran anda, menguasai anda, suatu penghinaan itu menyimpan
dendam, yang akan melahirkan penyakit hati dalam diri anda.
Hendaknya selalu mengadakan
konsultasi atau silahturahmi terhadap rekan dan sahabat anda, karena dibalik
itu akan adanya saling mengerti dalam permintaan diantara yang di harapkan
selama ini.
Perlu pula di ingat secara lantang,
jangan sampai kita putus komunikasi, sebab dari hasil pembicaraan yang lakukan
tersebut, akan adanya suatu kesimpulan akhir dari pertemuan demi pertemuan,
dari itu pula kita akan dapat untuk melakukan tindakan yang tepat.
Langkah berikutnya, adalah mulailah melakukan proyeksi, yaitu apa dan
bagaimana langkah-langkah yang akan di bicarakan nanti sehingga hasilnya akan
benar-benar sukses dan sesuai dengan rencana yang di harapkan semula.
Untuk tetap hubungan terjalin dengan
baik, selalu berpikiran dengan positif, jangan pula berharap menang dalam
pembicaraan, tetapi yang paling penting itu adalah adanya kesepakatan dari
pertemuan tersebut.
Bukan memastikan diri agar kita
berhasil, tapi sebaiknya berusahalah bagaimana orang yang anda hadapi ikut
senang dan menyetujui usulan anda, bukan berharap memaksakan diri pada orang
atas permintaan anda dengan cara apapun.
Karena banyak yang menang tetapi ia
justru telah memutuskan hubungan dengan orang lain, tapi sebaiknya berusahlah
untuk lebih menyakinkan keberhasilan dalam rencana, namun orang lain juga ikut
senang dengan hasil yang kita inginkan tersebut.
Berusahalah untuk menikmati hasil
yang kita peroleh dengan adil, bukan hanya kita pribadi saja yang menikmatinya,
karena kita juga harus menyadarinya bahwa hasil yang kita peroleh tersebut
adalah juga adanya hak-hak otang lain, artinya hal itu juga pantas untuk kita
berikan pada mereka, agar hasil yang kita peroleh dapat sehat kita rasakan,
tanpa ada beban yang merusak dalam benak dan pikiran nantinya.
Dalam kerjasama kita hendaknya selalu
bermupakat dalam menikmati hasil yang kita peroleh tersebut. Apalagi itu
pekerjaan yang memerlukan orang lain, jadi mengapa tidak kita ikut sertakan
orang lain, jika itu memang butuh orang lain dalam pekerjaan tersebut.
Kalau kesepakatan itu tidak terjadi,
boleh dianggap kesepakatan kita telah gagal, jika itu benar-benar gagal jangan
berhenti hanya di situ, tetapi berusahalah karena itu baru awal dari menuju
kesuksesan.
Ingatkah di masa lalu, ketika
pertama kali tertarik pada seorang wanita, kita berusaha ingin dekat dengannya,
lalu berusaha ingin tahu namanya, kemudian dimana alamatnya, berusaha keras
kita untuk mendapatkanya. Hanya karena agar ia tertarik pada kita.
Artinya pertemuan pertama adalah
awal dari untuk pertemuan yang berikutnya, rencana selanjutnya tentu memerlukan
berbagai persiapan yang harus kita program dengan sempurna.
Setelah terjadi kesepakatan diantara
kita maka pertahankan dengan baik, menjaga hubungan dan pembicaraan yang saling
menghargai diantara setiap pembicaraan yang kita sampaikan tersebut, jangan
sampai terjadi saling tuding yang sangat tidak berarti.
Buatlah suatu pembicaraan yang
berencana, lalu programkan dari hasil
pertemuan itu, untuk di evaluasi kemudian perbandingkan, lalu pilih kerjasama
yang mana yang layak untuk di lanjutkan,
agar hubungan bisnis yang kita
lakukan itu saling menguntungkan,
hubungan sesama manusia terjalin harmonis, atua juga dengan hubungan
terhadap alam semesta.
Menjalin hubungan atau komunikasi,
hubungan dengan alam antara
manusia adalah berinteraksi dengan
lingkungan dan manusia, sadar akan
lingkungan maka alam semsta, itu adalah
kuat keterkaitanya sejak zaman
filsafat kuno.
Hubungan manusia
dengan Allah, itu adalah
aturan dalam agama yang
patut kita ikuti, karena itu
akan menjadi titik tolak
ketakwaan.
Hubungan seorang manusia dengan
Allah adalah bentuk ketaatan yaitu melaksanakan ibadah. Dari ibadah akan berimplementasi
terhadap kehidupan sosial seseorang. Konsistensinya melalui ibadah. Akan tampak
dalam kehidupannya sehari-hari, dan akan
memberikan warna pada perilakunya yang
displin, pada kebenaran dan
akan menolak pada
penyelewengan.
Hubungan dengan
sesama manusia, paling utama
adalah orang tua, ini hubungan yang terkait erat, akibat suatu
perkawinan.
Sadarkah kita? Bahwa lahirnya seorang
anak manusia hasil
dari perjuangan yang
berat antara ibu
dan ayah. Dari hubungan
ini akan tampilnya
kasih dan sayang dalam keluarga. Sangat perlu
juga di sadari
hubungan atau komukasi
itu bukan hanya
dalam bentuk materi
semata, yaitu hubungan kasih
sayang. Meskipun di zaman
modern ini hubungan
atau komukasi dalam
keluarga cenderung merenggang. Hal ini
karena kesibukan pekerjaan yang
mempengaruhi kehdiupan manusia, sehingga terjadi
berbagai masalah dalam keluarga, adanya selingkuh, kenakalan remaja.
Hubungan sesama
masyarakat adalah hubungan
yang akan menjadi aktulisasi dari
ibadah yang di
lakukan, itu akan tampil
di masyarakat. Kumonikasi itu
butuh hak, yaitu adil dan
kebenaran, maka hubungan akan
terjalin baik, tidak berat
sebelah, silahturahmi akan menjadi komunikasi yang bermanfaat.
Karena dalam
komunikasi memiliki aturan
yang itu harus
kita yakini, kita bertanggungjawab apa
yang kita sampaikan, yang memiliki
prinsip-prinsip, yang kita harus
mampu untuk menjalankanya, dalam kondisi
dan keadaan yang bagaimanpun.
Sangat perlu
kita ingat adalah, manusia memiliki
tugas di muka
bumi ini, yang di berikan kemampuan
untuk mengelola, memelihara,
terjali kebahagiaan dan
kesejahteraan pergaulan,
kesejahteraan hidup manusia. Karena kebahagiaan
itu merupakan tujuan yang
di capai.
Jika demikian itulah komunikasi yang sangat penting untuk di ikuti.
Artinya Hubungan atau komunikasi pertama adalah awal dari untuk pertemuan
atau komunikasi yang
berikutnya, rencana selanjutnya tentu memerlukan berbagai persiapan yang
harus kita program dengan sempurna.
Membuat kesepakatan yang baik
diantara kedua belah pihak, lalu jaga hubungan
yang pembicaraan itu akan selalu saling menghargai, apa-apa yang kita
sampaikan tersebut, hindari perbuatan yang hanya menuding, semua itu tak aka nada arti.
Bila sudah terjalin hubungan baik,
pertemuan yang sudah kita lakukan itu, baiknya di evaluasi, ibarat kita akan
membangun sebuah gedung, bukankah kita
tidak membuat atapnya terlebih dahulu,
tapi kita buat sketsa
dahulu, kemudian rencana perhitungan dana untuk membangun. Tetapi untuk pekerjaan awalnya adalah
pondasi. Jadi jika ingin menjalin kerjasama itu yang paling perlu di perhatikan adalah hubungan
yang harmonis.
Jadi sangat dibutuhkan perhitungan
yang tepat, mulai dari awal pembangunan yaitu pembuatan pondasi, dana yang
dianggarkan tersebut di rencanakan.
Jika pembuatan pondasi juga
dibutuhkan suatu perhitungan keseimbangan, yaitu antara pembuatan pondasi dan
lainnya, mengapa demikian? Untuk menikmati rumah yang indah ternyata membutuhkan
kesabaran dan usaha yang keras.
Jika terjadi juga kegagalan dalam
langkah suatu pembangunan, dan berkerjasama dalam suatu program proyek artinya
itu membutuhkan intropeksi terhadap diri kita sendiri, bukan justru mengkambing
hitamkan orang lain. Atas kesalahan yang kita lakukan itu.
Renungkan diri kita, lalu bangkitlah
lakukanlah pemanasan pikiran yang penuh dengan semangat, lalu muailah dengan
langkah-langkah baru kembali, yang memiliki kekuatan bentuk
harapan baru untuk
langkah kesuksesan berikutnya, karena sukses tidak datang dengan sendiri.
Persiapan dibutuhkan dengan semangat
baru, lakukan perenungan, Kholwat atau lebih di kenal dengan memulai meditasi.
Bagian V
MEDITASI
Siapapun manusianya tak akan pernah
terlepas dari suatu masalah, dalam perjalanan hidupnya di muka bumi ini.
Beraneka ragam masalah yang dihadapi oleh manusia, mulai dari yang kecil hingga
masalah besar.
Masalah datang pada kita bukan
dihindari, hadapi tapi selesaikan dengan baik dan cari solusinya, hadapi dengan
tenang. Dan persiapan yang maksimal, tentu akan menemui peyelsaianya yang baik
dan itu memang kita harapkan sebelumnya.
Jalan terbaik, langkah awal yang
kita lakukan adalah dengan kholwat atau akan lebih di kenal dengan sebutan
meditasi, itu istilah umum yang di gunakan, kholwat artinya menyepi di tempat
yang sunyi lalu melakukan perenungan yang dalam dengan bacaan yang sudah
ditentukan dalam waktu yang juga sudah di tentukan, sedikit-dikitnya adalah
dilakukan selama empat puluh hari lamanya .
Tradisi ini di lakukan sudah dari sejak zaman dahulu,
dilakukan oleh para rasul Allah dan orang –orang utusan Allah lainnya, seperti
para wali-wali Allah, hal itu dilakukan untuk lebih tepat dalam menjalankan
tugasnya sebagai penyampai risalah-risalah agama.
Lebih sering orang mengatakannya itu
adalah dengan jalan meditasi, meskipun sesungguhnya itu adalah kholwat, baiklah
disni kita bukan akan membahas mengenai arti dari kholwat, tapi guna
pelaksanaannya tersebut.
Mengenai pelaksanaan meditasi atau
kholwat ini, bukan saja di gunakan oleh orang-orang yang akan berniat baik,
tapi juga dilakukan oleh para normal, baik untuk kebaikan atau untuk
sebaliknya.
Paranormal atau dukun, yang sering
berhubungan dengan dunia mistik, ia sangat sering menjalankan meditasi, karena
kalau kholwat itu, lebih identik mengunakan kata-katanya disaat kholwat itu
menyebut nama Allah semata.
Tetapi dalam meditasi, itu di
jalankan tergantung orang yang akan menjalaninya, karena hal terus berlanjut
dalam penggunaanya, tentu kita bertanya, apakah manfaat dari orang-orang yang
melakukan meditasi tersebut, apakah gunanya orang yang menjalani meditasi
tersebut, dalam setiap langkah kehidupan manusia.
Disini kita pakai kata meditasi,
meditasi dari beberapa pendapat mengatakan, dari meditasi memiliki suatu kekuatan besar, yang
kadangkala tidak dapat diduga sama sekali oleh orang-orang yang melakukanya,
kadangkala sangat di luar dugaan, bahkan hasilnya di luar perkiraan.
Paranormal banyak yang menggunakan
meditasi, hal ini di gunakannya untuk membaca sesuatu yang di luar kemampuannya
yang dia miliki. Banyak orang yang tidak perduli dengan meditasi ini. Kita
ingat sekali bahwa nabi Muhammad untuk memohon sesuatu pertolongan yang
sangat berat di hadapainya, ia pergi ke goa, yaitu melakukan kholwat atau
meditasi tersebut.
Menjadi pertanyaan adalah, banyak
umat manusia saat ini tidak mau menggunakan kholwat, atau meditasi sebagai
jalan untuk memahami dirinya atau untuk
memohon petunjuk tersebut.
Jadi sesungguhnya meditasi ini
adalah sangat diperulukan, tetapi mengapa banyak orang tidak mau menjalankan
ini, padahal untuk meditasi itu bukan hanya nabi, para wali, atau ulama saja,
atau dukun saja, tetapi itu boleh di jalankan oleh siapapun, yang ingin
menggunakannya,atau menjalani, tentu saja semuanya itu tergantung manusianya
itu sendiri.
Artinya siapapun butuh melakukan
meditasi ini, karena ini adalah bagian dari kebutuhan akan petunjuk dari sang
maha pencipta untuk diri kita yang sangat butuh akan sebuah petunjuk dari
keinginan yang sangat kita harapakan, dalam menjalani roda-roda kehidupan di
muka bumi ini, karena bumi penuh dengan berbagai masalah dan rintangan yang
kita hadapi, dalam setiap harinya.
Kalau begitu meditasi ini sangat
perlu kita lakukan, lalu apa sih gunanya kita untuk melakukan meditasi? Tentu
saja ini bukan suatu perbuatan yang sia-sia, mengapa demikian karena sudah
terlihat betapa besar fungsinya, seorang rasul saja melakukan meditasi, tidak
ada perbuatan yang di lakukan oleh seorang nabi itu adalah perbuatan yang
sia-sia.
Lalu dimana kita akan melakukan
meditasi tersebut? Jawabnya tentu tidak di sembarang tempat, artinya ada di
tempat tertentu, yang menurut kita tempat itu tenang untuk melakasanakan
meditasi tersebut. Jadi meditasi dapat dilakukan dengan keadaan yang tentram,
karena nabi saja untuk melakasanakan meditasinya di sebuah goa.
Sekali lagi tidak dapat meditasi di
sembarang tempat, jadi pada suatu tempat yang tentu saja aman, dari semua
gangguan, mahluk hewan atau lainnya.
Jelas sudah di tempat yang sangat
sunyi, aman dan tentram, yang tentu saja jauh dari hiruk pikuk suara-suara yang
justru akan mengganggu konsentrasi kita nantinya.
Dimana kita seharusnya
melakasanakan meditasi tersebut, tentunya tidak di sembarang tempat, contohnya
sudah jelas bahwa seorang rasul saja untuk menerima petunjuk dari Allah, ia
melakukan meditasi atau kholwat tersebut, di suatu tempat yang sunyi, suatu
tempat yang betul-betul aman saat kita melakasanakan meditasi tersebut.
Jangan sampai kita terganggu disaat
melakasanakan meditasi tersebut, mulai dari suara hingar binger kota hingga
suara teriakan dari apapun yang dapat mengganggu pelaksanaan dari meditasi
tersebut.
Tempat yang menurut anda memang
tenang dan aman, sehingga pelaksanaan meditasi tersebut penuh dengan
konsentrasi yang baik. Juga induvidu yang akan melaksanakan meditasi
membutuhkan suatu persiapana juga, karena orang yang akan meditasi juga harus
mempersiapkan diri, pikiran dan yang bersangkutan harus betul-betul tenang,
tidak dalam keadaan galau.
Artinya persiapan itu adalah mulai
dari mental, yaitu mental yang bersih, sikap yang bersih, terlepas dari rasa
iri, dengki, sombong. Kalau sikap ini masih bersemayam dalam hati maka
cenderung pelakasanaan meditasi tersebut tidak dapat di laksanakan, artinya
pelakasanaan meditasi tersebut tidak akan menjadi sempurna, itu membutuhkan
sikap-sikap dan jiwa yang tidak di kotori oleh sikap sombong. Rasa iri, dengki,
bakil atau serakah.
Disamping itu tentu
kita melakukan ini
karena keinginan memperoleh
kedudukan yang tinggi di
muka bumi ini, juga
setelah kematian, buat apa
dalam dunia kita
terkaya tapi mati
dalam keadaan tersiksa .
Maka
itu para ahli hikmah
berkata, kalau anda
ingin hidup tentram
di muka bumi
ini adalah biasakan dengan
ucapan atau salam,
atau pekataan, atau
komunikasi yang sopan serta
santun.
Bekal untuk
meditasi itu juga
di butuhkan orang
dermawan, senang dengan sedekah, mau
memberi kepada orang lain, sehingga ia
akan menjadi tenang.
Dalam agama Islam
meditasi adalah bagian
dari ibadah sholat
Tahajud, yang harus di
lakukan pada saat
sunyi di malam
hari, sehingga hening suasananya.
Untuk dapat
melakukan meditasi juga di
butuhkan sikap-sikap yang
antara lain, jiwa dan
raga selalu bersih, senang dengan ibadah, hubungan dengan
sesama mahluk, terutama manusia.
Hati dan jiwa yang
selalu control dalam
diri sehingga hubungan
dengan manusia tidak di
kotori dengan sipat
jahat.
Meskipun demikian masih ada
pertanyaan yang tersimpan di benak kita, lalu kapan sepantasnya dan sebaiknya
kita melakukan meditasi yang paling tepat, kalau bukan pada siang hari dan di
tempat yang sunyi, dalam agama Islam di berikan jalan yaitu tengah malam ketika
keadaan sunyi sepi, yaitu salah satunya adalah dengan Sholat Tahajud.
Jadi sudah jelas dalam Islam itu di
ajarkan, suatu yang tak dapat di pungkiri lagi, dan itu dapat di buktikan, tapi
sayang sangat jarang orang-orang yang
melakukan yang demikian, khususnya dari penganut agama islam.
Jika demikian bahwa rasullullah juga
telah mengajarkan bagaimana cara untuk melakukan meditasi tersebut, hanya
karena orang-orang yang pandai untuk mengembangkan meditasi ini, maka mereka
menyebutnya itu adalah meditasi.
Artinya ini di gunakan oleh semua
orang, hanya beraneka ragam saja orang yang menyebutnya, tapi itu bukan
persoalan yang terpenting disini, bagaimana kita cara melaksanakan, karena
tidak mungkin melakukan suatu perbuatan yang sia-sia dan tanpa ada manfaatnya,
baik bagi dirinya, juga bagi orang lain, dan orang pengikutnya dizaman itu, hingga berguna sampai
kepada dizaman kini.
Kholwat ini dikembangkan oleh para
ahli psikologi dengan sebutan mereka adalah meditasi, kembali kita merenungkan
kapan waktu yang tepat untuk mulai melaksanakan meditasi tersebut, kita
perhatikan para tokoh agama dunia memparktekan meditasi ini dengan berbagai
ragam dan cara yang mereka lakukan.
Meditasi ini telah di lakukan suatu
uji coba oleh para terdahulu, dengan percobaan dan demi percobaan mereka
lakukan, sehingga meditasi itu juga sangat baik di lakukan pada pagi hari,
yaitu sebelum kita melakukan kegiatan apapun di saat bangun tidur. Dimana
orang-orang yang masih banyak tidur dengan nyenyaknya kita lakukan itu meditasi
dipagi hari, tentu maksudnya jangan sampai kita terganggu pada saat melakukan
meditasi.
Lebih baik lagi kita lakukan
meditasi itu dipagi hari dan juga di sore harinya, artinya disaat baru bangun
tidur dan juga disaat akan menjelang tidur, sekali lagi tempatnya untuk
melakukan mediasi itu supaya ditempat yang aman dan tenang.
Jadi sangat perlu kita ketahui bahwa
pada saat kita akan melaksanakan meditasi itu adalah, akan banyak yang
mempengaruhi pikiran dan keinginan yang akan kita renungkan dalam melakukan
meditasi tersebut, kita ingat hari-hari pada hari itu, apa-apa yang telah kita
lakukan pada hari itu, di ingat dengan baik.
Jika telah
menyadari semuanya maka akan terbukti kita bahwa betapa pentingnya melakukan
meditasi tersebut. Kita juga ada aturan dalam melaksanakan meditasi tersebut,
kita ucapkan kata-kata yang akan beda-beda setiap orang karena keinginan orang
itu beda-beda.
Boleh dalam meditasi melakukan
bacaan zikir “Laillah ha illahlah” dengan menarik napas perlahan-lahan kemudian
sesaat berhenti di bagaian perut, lalu direnungkan kekiri dan kekanan, sesaat
napas di tahan dan hembuskan secara perlahan-lahan dengan teap membaca zikir.
Boleh juga menggunakan kata-kata
lain yang kita inginkan, aau sesuatu yang kita inginkan, intinya ucapakan
kata-kata yang membuat kita dapa berkonsentrasi dengan baik dan sempurna,
sehingga terlaksana meditasi tersebut dengan hasil yang benar-benar kita
harapkan sesungguhnya.
Pola melaksanakan meditasi adalah dengan
duduk bersila, hal itu yang lebih dominan di lakukan oleh orang-orang
terdahulu. Duduk posisi tubuh dengan dengkul dan tubuh yang tegak lurus, dengan
perlahan-lahan menarik napas.
Hal itu kita lakukan dengan berulang-ulang, berkali-kali aau kalau kita
ingin lebih tertib bisa juga dengan hiungan, namun hitungan itu jika akan
menggunakan dengan hitungan yang mundur kebelakang yaitu
21-19-17-15-13-11-9-7-5-3-1, ini dilakukan berulang-ulang kali sehingga kita
mengulanginya. Paling tidak disaat melakukan meditasi hal yang sama di ulang
setidaknya dilulang lima kali , dengan menarik napas yang sama.
Untuk melakukan hal ini,
setidaknya selama dua menit, jika dapat dilakukan lebih lama adalah itu akan
lebih baik lagi, maka merasakan sesuatu disaat itu, bisa saja suatu ketenangan
dan kekuaan baru, bahkan mungkin akan merasakan suatu kebahagiaan, merasakan
kelonggaran di dada, atau bahkan mungkin akan menghilangkan pemikiran yang
berkecamuk di hati kita nantinya.
Di saat-saat kita melaksanakan meditasi tersebut, kita mulai merenungkan
semua jalan hidup yang menurut kita adalah masalah, maka itu akan muncul,
apa-apa yang terpikirkan oleh kita pada waktu itu, maka itu dapat kita
singkirkan hal-hal yang tidak berguna dan yang akan mengganggu segala pikiran kita,
lalu kita mulai mengambil hal-hal yang dapat di cerna dengan baik untuk
tindakan yang berguna bagi kita.
Jadi untuk itu kita akan dapat
memilih tindakan yang bukan justru mencari kesalahan untuk menghindari
ketidakkemampuan kita, teapi justru itu harus di hadapi dan di pikirkan apa
jalan keluar yang terbaik untuk mejadikan suatu tindakan yang kita lakukan
nantinya.
Dengan kita melakukan suatu
meditasi, itu sesungguhnya untuk mengulangi kembali apa-apa kejadian kita yang
telah kita lakukan sebelumnya, apa yang telah kita perbuat selama ini. Lalu tanyakan
pada diri kita sendiri apa yang telah kita lakukan itu adalah benar.
Setelah itu sanggupkah kita
nantinya, untuk mengenali diri kita sendiri, lalu kita akan mulai menilai diri
kita sendiri, jika ternyata kia selama ini telah melakukan suatu perbuatan yang
bertindak suatu kesalahan, suatu keburukan yang sangat memalukan, ternyata
justru telah merusak diri kita sendiri.
Langkah berikut adalah yang menjadi
pertanyaan, mampukah akan megoreksi diri sendiri dengan kejujuran, kalau salah
kita akui semua kesalahan yang telah kita lakukan, mampukah kita menyadarinya
bahwa kita telah menyiksa diri kita sendiri selama ini. Sesungguhnya tidak ada
orang lain yang akan memperbaiki kita sendiri kecuali kita sendiri.
Untuk maju atau mundurnya kita
adalah semuanya tergantung pada diri kita sendiri, untuk menyadarkan diri kita
itu adalah kita sendiri, memang tidak mudah untuk dapat mengkoreksi diri kita
sendiri, untuk menyadarinya, bahwa kita telah banyak berbuat salah selama ini,
untuk mengakui diri sendiri adalah memang bukan yang gampang, bagaimana
sesungguhnya untuk menyadari perbuatan kita .
Langkah berikunya adalah, kita
sendiri yang akan memberikan kemampuan pada diri kita sendiri, karena itu akan
sangat berguna sekali, sehingga akan dapat kita ketahui bagaimana kemampuan
kita dalam menerima tanggungjawab yang kita lakukan, sejauhmana kemampuan kita
untuk melakukannya nanti.
Kemampuan itu ada pada kita sendiri,
kita sendiri yang tahu sejauhmana kemampuan kita, bukan kita bertanya pada
orang lain, atau oleh karena bantuan orang lain, jadi sesungguhnya apa yang
anda lakukan itu lakukanlah.
Karena tidak akan datang orang
memberikan rahasia kemampuan anda kepada anda, kecuali anda sendiri, oleh
karena itu anda sendiri yang tahu bagaimana kemampuan anda itu.
Dari meditasi itu akan muncul,
pemikiran yang murni, pemikiran yang berguna untuk dirimu, untuk orang lain,
sehingga nantinya anda sendiri yang memiliki kemampuan untuk memilihnya
nantinya.
Disanalah nantinya akan merasa
adanya kebahagiaan yang muncul yang anda rasakan, yang tidak dirasakan oleh
orang lain, anda justru merasa senang dapat membantu diri sendiri, anda dapat
bahagia setelah berhasil membantu orang lain, artinya bukan suatu yang mudah
untuk mengetahui sebatas mana sesungguhnya kemampuan yang telah kita miliki
sesungguhnya, hanya kita sendiri yang memiliki kesempatan untuk dapat mengerti
akan diri kita sendiri, bukan orang lain. Jadi jangan pernah berharap bahwa
kesempaan itu akan daang dari orang lain, tapi dari kita sendiri.
Namun sehubungan dengan itu, jibril
berkata pada Nabi Muhammad Dalam kitab Nashaihul Ibad karya Ibnu Hajar Asqolani
mengatakan,” hiduplah kamu sekehendakmu, tapi ingat kamu akan mati, cintailah
orang kamu kehendaki, tapi sudah pasti kita akan meninggalkanya. Tapi beramallah
kamu, pasti akan mendapat balasanya.’
Jiwa seorang harus juga di bekali
dengan amal-amal yang baik, bukan hanya di selimuti oleh nafsu, nafsu yang
membebani dirinya, karena nafsu serakah, tamak dan rakus, itu akan menghalangi
diri untuk konsentrasi dalam meditasi.
Jadi kemampuan untuk menyadarkan
diri kiat sendiri adalah kita sendiri yang harus berusaha sepenuhnya untuk kita
sendiri, oleh karena itu bukan hal yang mudah, untuk menilai kemampuan diri
kita sendiri itu, dan untuk menyadarinya atas diri kita sendiri.
Tentu saja
bila kita telah mengetahui akan kemampuan diri kita, maka akan kita ketahui
sejauhmana sesungguhnya tanggungjawab yang yang harus kita lakukan, setelah itu
akan tahu kita apa langlah selanjutnya yang harus kita lakukan, itu langkah
yang terbaik baik kita.
Ketenangan akan dapat kita rasakan
dengan sendirinya, ketenangan itu kia sendiri yang akan merasakanya, bukan
orang lain, apalagi bantuan orang lain, jadi tenang dan bahagia itu adalah
milik kita, oleh karena itu mencapainya adalah dari usaha kita bukan uasaha
orang lain.
Itu pemikiran dan yang akan kita
lakukan adalah sudah pemikiran yang benar, jika di jalani dengan hasil meditasi
tersebut, maka kebahagiaan itu akan dapat kita rasakan dalam diri kita, jadi
tentu saja kalau anda sendiri telah merasakan suatu kebahagiaan tentu saja
ingin pula membagi kebahagiaan itu kepada orang lain, sehingga kita lebih
merasakan bahagia bila telah berhasil setelah berhasil membantu orang lain dengan baik dan juga
dengan ihklas , serta tanpa merasa bangga dengan membantu orang lain, maka
kebahagiaan itu sudah di nikmatinya.
Tentu saja setelah kita menyadari
bahwa kita telah memiliki kemampuan untuk diri sendiri, maka akan datang
sendiri daya pemikiran kita, apa yang akan kita lakukan selanjutnya.Mulai
terasa adanya suatu ketenangan dalam diri kita, bukan ketenangan karena orang
lain, atau dibantu orang lain, tetapi ketenangan itu muncul, sehingga ingin
melakukan sesuatu maka lakukanlah itu.
Muncul pemikiran murni kita yang
akan membawa pada pemikiran baru, akan kembali memberikan jalan suatu kebahagiaan,
sehingga ingin pula membagi bahagia itu pada orang lain, sehingga muncul selalu
ingin membantu orang lain.
Selalu ingat
akan kebesaran Allah, selalu
datang kepada orang-orang
yang dapat memberikan nasehat
kepadamu. Dalam kehidupan sehari-hari hendaknya sabar dalam menghadapi
cobaan hidup, sabar dalam
menghadapi kesulitan, sabar
dalam melaksanakan aturan-aturan atau disiplin
dalam rencana, namun hindari
dari perbuatan yang
zalim atau perbuatan
maksiat.
Sehingga tiada lain dalam pikiran
akan selalu memiliki pemikiran yang selalu brilian, oleh karena itu bila ingin
melakukan sesuatu maka lakukanlah. Jika sudah melakukan meditasi, agar timbul
suatu pemikiran, bagaimana tindakan anda setelah melakukan meditasi.
Bagian VI
INGIN MELAKUKAN
SESUATU LAKUKANLAH
Setelah melakukan meditasi, akan muncul gagasan yang baru, tindakan dan
gerakan-gerakan yang menjadikan langkah untuk berbuat sesuatu yang ada dalam
benak kita yang terbaik bagi diri juga bagi orang lain.
Dorongan kuat akan muncul dalam
pemikiran kita, sehingga bertanya harus berbuat apa, artinya pada tahap ini,
mulailah dengan suatu rencana-rencana baru yang muncul, tulis setelah tergambar
dalam pemikiran kita.
Mulailah evaluasi apa –apa yang
telah kita lalui. Apa yang yang telah kita lakukan, apa saja kesalahan yang telah
kita lakukan selama ini, apakah banyak yang baik atau justru banyak yang
buruknya, mampukah kita akan melakukan suatu untuk menyatakan bahwa kita selama
ini telah banyak berbuat kesalahan, lalu memang banyak kesalahan maukah kita
untuk merubahnya agar dapat merubahnya, bukan justru kita untuk menyimpanya,
atau menutupi kesalahan itu, agar kedepan untuk memiliki kemampuan untuk
melakukan tindakan reformasi diri.
Bila kita masih sedikit meragukan tentang
pemikiran kita itu, maka datanglah kepada tokoh-tokoh agama, kepada para ulama,
petunjuk yang sesuai dengan apa yang
kita harapkan sesungguhnya.
Kita berusahalah untuk menemui
orang-orang yang dapat di ajak untuk bermuswarah, beristiharoh, sehingga kita
dapat menemukan persoalan, tentu saja setelah tahu persoalan maka akan dapat
pula menemukan penyelsaianya, setelah menemukan jawabanya, maka lakukanlah
tindakan yang ingin di lakukan.
Jangan pernah menunda-nunda
permasalahan, perbedaan adalah suatu panorama yang untuk di kombinasikan
sehingga menjadi bentuk yang bagus bila di pandang mata. Jangan ragu-ragu untuk
bertindak, persiapkan diri anda untuk melakukan suatu tindakan.
Bila sudah ditemukan penyelsaian
yang baik lakukanlah, namun untuk melakukan tindakan itu, dibutuhkan
waktu-waktu yang tepat, untuk memulai kembali jalan baru, bukankah setiap
pembangunan suatu yang sudah rusak parah saja itu perlu di lakukan tindakan perbaikan,
sehingga orang-orang yang akan melalui jalan itu akan merasa nyaman, sehingga
tujuan yang akan di capai oleh setiap orang yang melalui jalan itu tidak
terganggu, merasa nyaman dan semua urusan yang akan di tuju akan tercapai tanpa adanya rintangan.
Waktu yang tepat adalah suatu awal dari suatu tindakan, perlu
di perhitungkan waktu-waktu yang tepat, itu untuk memulai tindakan, karena
jangan sampai sembarangan waktu, karena aral merintang yang akan datang juga harus
jadi perhitungan, karena rintangan bukan di hindari tapi di hadapi dan selesaikan.
Harus memiliki perhitungan yang tepat, dan jangan sampai sembarang kita
melakukan suatu tindakan tersebut, jangan sampai mengecewakan kita sendiri,
atau bahkan akan mengecewakan orang lain, tapi lakukan tindakan yang epat
sehingga hubungan dengan orang lain akan menjadi baik.
Perhitungkan dengan baik,
siapa-siapa yang akan kita hadapi tersebut, mulai dari diri sendiri, keluarga,
sahabat dan orang-orang yang akan menjadi hubungan bagi kita.
Tindakan kita akan jadi perhatian
orang lain, perbuatan sosial yang kita lakukan adalah nilai –nilai dalam
langkah kehidupan dimasa-masa yang akan datang, karena ucapan dan indakan hari
ini akan di tuai di masa yang akan datang, dalam waktu dan tiap tindakan adalah
diperhitungkan, karena akan memberikan suatu kekeliruan atau kebaikan adalah
apa yang telah kita lakukan, perimbangan itu harus yang tepat.
Ketenangan akan ada bila kita
melakukan tindakan yang penuh perhitungan, tanpa dengan tindakan yang
tergesa-gesa, karena masalah apapun itu harus dihadapi jika memang kita ingin berhasil, seorang
Thomas Alpa Edison , ketika ia memulai
percobaan, kegagalan demi kegagalan yang di hadapi, teapi ia tak juga menyerah
untuk menuju kebrhasilan, ia lakukan apa yang ingin di lakukan, hingga
benar-benar berhasil.
Nabi Muhammad SAW 13 tahun melakukan
dakwah kepada umat dengan kesabaran, ketabahan dan kejujuran, ribuan hinaan dan
cobaan, namun rasul Allah itu tetap
tegar, tanpa sedikitpun ada keluhan dalam pikiran ataupun ia sampaikan kepada
siapa saja, ia terus melaksanakan amanah dari Allah, tanpa ada rasa takut dan
gentar serta tanpa ada rasa putus asa sedikitpun.
Baik kawan maupun lawan menghargai
dan mengakui keyakinan rasul Allah itu, yang meiliki semangat yang tinggi dan
tak pernah menyerah, untuk berbuat suatu kebajikan terhadap kepada semua
manusia, yang berada di dekatnya maupun yang berada di sekitarnya, merasa
tentram tenang dan iku merasakan dilindungi meskipun ia bukan pengikutnya di
masa itu.
Di tahun 2001 penulis mengumpulkan
beberapa anak jalanan, dengan semangat agar mereka memiliki jiwa yang tegar,
agar mereka dapat mandiri, tidak lagi terbuai dengan perbuatan yang membawa
mereka pada penyimpangan moral, keluarga, kerabat, dan tetangga
tidak
ada yang mendukung rencana mengumpulkan anak jalanan itu, padahal untuk membina
mereka agar idak lagi melakukan perbuatan yang menyimpang dari perbuatan moral
yaitu seperti menghisap lem aibon dan lainnya, namun dengan semangat dan niat
yang tulus keinginan iagar anak-anak itu memiliki sikap yang berguna bagi
dirinya juga orang lain, kita mengarahkan mereka agar mau hidup yang lebih
berarti, setidak-tidaknya mampu untuk sekolah kembali, atau mereka memiliki
pekerjaan yang idak melanggar hukum agama dan pemerintah, pada akhirnya
keinginan itu tercapai juga.
Meskipun demikian rintangan itu akan
selalu datang, ia akan datang setiap saat, dengan atau tanpa kita ketahui, yang tidak akan pernah menunggu,
hanya menunggu tindakan-tindakan bukan keluhan dan kelemahan dari orang-orang
yang mereka hadang.
Meskipun demikian tindakan itu,
tentu saja suatu tindakan yang berguna yang bermanfaat bukan tindakan justru
akan merusak tatanan dan perilaku
kemanusiaan antar hubungan sesama manusia lainnya. Tiap tindakan adalah
tanggungjawab diri kita masing-masing, jangan pernah mencari kambing hitam atas
perbuatan yang kita lakukan itu. Akan lebih baik kita selalu lakukan intropeksi
diri, agar dapat melakukan tindakan yang tepat namun sangat berguna, sehingga
bukan sesalan yang nantinya akan kita hadapi.
Barack Hoesen
Obama lahir Agustus 1961, Presiden Amerika Serikat ke 44, seorang Afrika
pertama menjadi presiden Amerika Serikat, ia menjadi seorang penggerak di masyarakat,
sebelum menjadi guru hukum, berkerja sebagai pengajar, membuka wawasan hak-hak
sipil di Chicago, mengajar hukum di universitas
Chicago, mewakili hak –hak warga dari daerah distrik 13 di senat Ilionis tahun 1997-2004, mencalonkan diri ke parlemen
tahun 2000 namun ia tidak berhasil,
sebelum menjadi presiden ia telah lakukan survey tentang
dirinya, mampukah ia menjadi seorang presiden.
Semua itu adalah gambaran
orang-orang yang penuh semangat, yang tak pernah menyerah dengan apa-apa yang
mereka hadapi, sebagaimana beratnya rintangan yang mereka hadapi, tidak kenal
menyerah.
Persiden Republik Indonesia yang
terpilih tahun 2014-2019 Joko Widodo,
hidup sederhana, berjiwa mandiri, yang tidak pernah menyerah dengan kondisi dan
keadaan yang dia hadapi. Berjuang kuliah
sambil berdagang, mengajar, menjadi walikota Solo, menjadi gubernur DKI Jakarta,
meskipun hinaan dan berbagai cobaan yang datang silih
berganti, nyatanya ia berhasil merubah wajah kota Jakarta.
Ternyata semua rintangan itu
berlalu, dengan sendirinya, meskipun bertubi-tubi semuanya dapat di lalui
dengan baik, menjadi pertanyaan adalah
jika orang lain mampu mengapa kita tidak
mampu untuk melakukanya, karena
itu semangat dalam diri jangan pernah berhenti.
Seorang Aristoteles Onasis, ia
selalu berada diempat dimana
orang saling membutuhkan, karena teman-temanya juga
banyak yang senang padanya,
bahkan tidak jarang
ia di gelari sampah masyarakat,
tetapi pada akhirnya ia menjadi
seorang yang milyuner.
Jadi
sangat jelas, bahwa tidak ada hasil kebahagiaan itu hanya datang
dengan mengharap-harap saja, tetapi semuanya di hasilkan dengan
usaha demi usaha yang di lakukan
dengan berulang-ulang kali, tanpa keluhan dan tak pernah menyerah, terus berusaha
menuju keberhasilan hingga benar-benar merasakan suatu kebahgiaan.
Satu tindakan pertama membutuhkan
tindakan yang lainnya, jika itu suatu kegagalan, maka itu adalah awal dari
menuju sebuah keberhasilan, karena jelas di balik kesusahan itu akan datangnya suatu kebahagiaan, di balik
kesedihan ada kegembiraan, hanya saja semuanya itu mau atau tidak Itu
maka ia akan tetap menggilas siapa saja yang akan di laluinya. Mampukah
tiap untuk melalui rintangan yang berada di hadapanya, karena kalau naik kita
tetap harus mendaki kalau diam atau turun itu adalah kalah.
Untuk melakukan suatu
tindakan, jangan langsung melakukan tindakan, jadi perhatikan lebih dulu
titik tindakan yang nantinya akan di lakukan,
perhatikan apa-apa yang akan di hadapi, strategi apa yang akan di
gunakan, sehingga tindakan itu
benar-benar berhasil nantinya.
Dari tindakan yang kita lakukan,
resiko apa yang nantinya akan kita hadapi nantinya, perlu juga kita ketahui
siapa-siapa yang jelas-jelas jadi penghalang bagi kita, kelemahan-kelemahan apa
yang kita miliki, bukan hanya untuk di biarkan tapi direnungkan lebih dalam,
kemudian dari sudut mana kita memulainnya.
Karena dibalik tersembunyi yang
tidak kita ketahui adanya suatu kelebihan, itu dalam hal kita mengamati diri
kita sendiri itu. Di balik semua usaha-usaha yang telah kita lakukan itu ada
kesuksesan yang menanti, tetapi ia menunggu orang-orang yang bersemangat,
karena keberhasilan itu di awali lebih dulu dengan berbagai rintangan yang
datangnya selalu silih berganti dengan tiada hentinya, oleh karena itu harus di
sertai dengan kerja keras.
Bukankah kita semua sudah tahu bahwa
petani untuk memperoleh padi dengan kerja keras yang tiada henti, ia cari
bibit, lalu di semai dahulu, baru kemudian tanahnya di garap terlebih dahulu,
tanah di bajak dengan baik apakah tanahnya cocok atau tidak, karena lahannya
juga patut di perhatikan dengan baik,
setelah padi di tanam masih perlu juga untuk di perhatikan dengan kedaan
padinya, apakah anah sudah aman, mulai dari pupuk dan juga menganai hama lain
yang akan datang mengganggu keadaan tanah dan juga padinya.
Bukan cukup sampai di situ, masih
di butuhkan suatu perawatan yang baik, tekun dan kerja keras, jika ada rumput
yang mengganggu pada pertumbuhan maka itu perlu di bersihkan, perawatan ini
dibutuhkan perhatian yang secara serius, inilah suau gambaran dalam roda
perjalanan tiap-tiap hidup manusia, di
muka bumi ini, karena smua yang ada di alam ini adalah sebuah perbandingan yang
tiada henti, perbandingan yang hanya manusia yang memahami alam ini saja yang
akan tahu semua itu.
Padi tidak dapat langsung jadi, tapi
akan selalu ada hama-hama yang kecil maupun hama yang besar, datang tanpa kita
ketahui, tapi bukan untuk di hindari aau di jauhi, tapi lakukan perlawanan dengan
berbagai solusi yang akan menguntungkan bagi kita, juga bagi orang lain yang
ada di sekiar kita.
Setiap kita berpikir suatu kebaikan
bagi orang lain, kita dulu yang akan
merasakan kebaikan itu, kemampuan kita untuk dapat, membagi bahagia pada orang
lain, kita terlebih dahulu yang akan merasakan kebahagiaan itu, sebelum orang
lain merasakan.
Rencana hidup itu memang penuh
dengan rahasia, yang di ikuti oleh banyak petanyaan demi pertanyaan yang datang
pada kita. Untuk menjawabnya, untuk
melakukan tindakan di butuhkan suatu keberanian tersendiri dan kepercayaan diri
kita sendiri. Tetapi semakin hebatnya
kekecewaan seseorang makin berat ia
lakukan. Maka berat pula rintangan yang
harus ia lawan untuk merubah hidup
agar ia mau jujur, dengan kealpaan yang telah di lakukan.
Misalnya, seorang anak
perempuan yang punya perasaan, bahwa
kaum wanita itu lemah dan bodoh dari laki-laki. Kini ia sendiri telah
menganggap dirinya adalah lemah. Tapi jangan pula berkata, bahwa kaum
wanita itu lemah, kaum laki-laki itu
rusak budi pekertinya, hanya di pengaruhi oleh hawa nafsunya belaka. Padahal
makin tahu dan mengerti kaum wanita maka akan makin tinggi derajatnya di hadapan
laki-laki.
Seorang anak perempuan muda, kadang
kala mudah putus asa, sering berkata, saya tak sanggup bersaing dengan kaum
laki-laki, maka jadi benci pada laki-laki.
Saya ini terlalu baik pada
laki-laki, pada laki-laki itu buruk
tingkah lakunya. Ini yang kadang kala menjadi wanita itu tidak
percaya diri. Sehingga senang ia
sendiri, sulit ia menyatakan bahwa laki-laki itu adalah baik baginya.
Karena wanita ini selalu tersiksa oleh laki-laki, sehingga pendapatnya
beda dengan apa yang di alami wanita lain yang bahagia dengan rumah tangganya.
Ia menentang tentang cinta dan
pernikahan, bahwa banyak keluhan dirinya tentang laki-laki. Ia tak mengenal
namanya laki-laki yang sejati, ia marah
dan benci.
Untuk itu manusia dianjurkan dengan mereformasi diri yaitu dengan
berpikir tentang diri bukan senang
sendiri, ia anggap hidup ini tipu daya, ia anggap hidup rumah tangga tidak
bahagia, tapi tak mau bahwa ini adalah karena kesalahan dirinya, ia lebih baik
mati rasanya. Inilah hidup yang berjalan seperti sebuah lingkaran setan.
Selanjutnya terpenting sekali
adalah suatu persiapan
diri untuk melakukan
suatu, ingin melakukan sesuatu
lakukanlah, lalu apa saja
yang perlu di lakukan persiapan itu? Yang
paling utama adalah
kehormatan diri kita
terlebih dahulu.
Memelihara kehormatan
diri ini adalah
sangat berkaitan sekali
dengan diri kita sendiri, tindakan
itu adalah menjaga kehormatan
diri dengan menjaga kesucian
diri. Sebuah pribahasa
mengatakan, ”air arang di sauk, ranting
orang di patah, adat orang di turut,” makna dari
pribahasa ini adalah, seseorang itu
harus memiliki kepandai
untuk dapat menyesuaikan diri dari
lingkunganya yang baru.
Menjaga diri juga
termasuk menghindar dari
makanan haram, mengisi kehidupan ini
dengan jalan halal. Menghindari diri
dari perbuatan yang
haram, menghindari diri dari
perbuatan haram itu
antara lain, menjauhkan diri
dari perbuatan mencuri, menipu, korupsi serta
perbuatan lain yang merugikan
orang lain.
Salah satu untuk
mengembangkan hubungan itu
adalah dengan pernikahan, itu
untuk menjalin hubungan
satu sama lain, yang
mulanya kita tak
saling mengenal kini
menyatu dalam hubungan, itu
sebagai pembuka jalan
untuk pengembangan apa yang nanti kita
lakukan.
Selain itu
untuk menjaga diri
kita dari perbutan
zina, yang akan merusak
kemampuan berpikir yang
jernih, sebagai persiapan menuju
tindakan selanjutnya.
Itu
adalah suatu pengendalian
diri pribadi artinya
dengan mengelola dan
mengendalikan jiwa, pikiran dan
tindakan, sehingga ia tidak
mengikuti hawa nafsu
belaka.
Mengapa demikian? Karena hawa
nafsu itu cenderung
kita akan melakukan
tindakan yang sembrono, ceroboh, tidak
perduli dengan kondisi
dan keadaan, padahal untuk kita
bertindak itu harus
selalu dalam keadaan
kebenaran dan keadilan.
Nantinya akan
memiliki kemampuan yang
akan tampak pada
sosok, seorang yang memiliki
suatu kepribadian. Sehingga akan
memiliki kehormatan pada
dirinya, pada keluarga dan
masyarakat.
Inilah persiapan diri
ketika akan melakukan
tindakan, salah satunya adalah dengan
kesabaran. Sabar dalam arti sesorang
memiliki kekuatan yang
ampuh untuk melakukan
suatu tindakan. Karena ini
adalah sikap diri seseorang yang berproses.
Kemudian hal
itu akan sangat mempengaruhi
sikapnya, karena dari sabar itu, ada nilai-nilai yang tersimpan
dalam jiwa seseorang, sehingga
akan tampak menjadi
nyata dalam perbuatanya
di kehidupan sehari-hari.
Persiapan diri
itu harus setiap
saat, sehingga di dalam
melakukan tindakan dan keinginan, dari persiapan
mental yang membuka
pemikiran dan tindakan yang
sesuai di harapkan, atau sesuai
dengan rencana semula.
Untuk berbuat
sesuatu atau tindakan, itu
sesuai dengan jiwa
dan pemikiran, namun tindakan
itu yang sempurna. Dengan kesabaran
itu, dapat berpikir tepat
dengan sasaran yang
akan di tuju,
namun siap untuk
menerima apa yang
akan terjadi dari
hasil dan rencana yang
telah di program
semula, jika rencana itu
tidak sampai memenuhi standart yang kita
harapkan sesungguhnya.
Disamping itu
pula kita harus
siap menerima hasil
apa yang kita programkan
itu dengan penuh ihklas. Siap pula
untuk membuka diri. Karena
dari kesabaran itu, siap
mebuka diri, yaitu menerima
kegagalan, ihklas, mampu untuk
membuka diri. Juga tidak menerima kegagalan
dengan sikap keterpaksaan, karena kalau
kita merasa terpaksa, maka timbul sikap
kecewa, dan putus asa.
Meskipun dalam kehidupan ini
adalah suatu kebebasan, bagi orang
untuk merasa kecewa atau
terpaksa, namun karena inilah
banyak terjadinya penyakit
yang timbul dari
diri manusia.
Setelah kita
mulai melakukan tindakan, atau melakukan
rencana dan program-
program yang
di inginkan. Juga harus
selalu siap dan
mampu untuk melakukan
pendeteksian diri, dengan
pemikiran terhadap aturan, atau
prinsip-prinsip yang tentunya
itu sudah kita
pedomi dalam diri kita
pribadi.
Sangat dan
perlu sekali kita
ketahui bahwa, semua
tindakan dan perbuatan, serta rencana
yang akan kita
gapai itu, akan selalu ada
pengorbanan. Inilah yang sangat
di butuhkan keterbukaan, keihklasan untuk
mengorbankan sesuatu, demi untuk
yang akan kita capai nantinya.
Jangan sampai
kita tak mau
berkorban, misalnya masalah
waktu, dana dan juga
pikiran, sekali lagi. Jika kita
sudah berkorban namun
belum juga tercapai
apa yang kita
inginkan itu, jangan sampai
kecewa. Bangkitlah,
renungkan dan mabil
hikmah dari kejadian
yang telah terjadi
tersebut, yaitu ambil pelajaran
dari makna peristiwa-peristiwa yang
telah kita jalani
itu. Karena tindakan yang
kita lakukan sekarang
adalah hasilnya itu
di masa yang
akan datang.
Bila
rencana, atau program yang
kita inginkan itu
berhasil dengan sukses. Apa yang tindakan
yang kita lakukan? Itu
adalah dengan rasa
bersyukur.
Karena bersyukur itu adalah, merupakan suatu aktualisasi
terhadap diri sendiri, yang
membuka diri dengan
sikap berterima kasih, akan hasil yang
telah kita terima, saat ini.
Rasa
syukur, dalam kita lakukan
dengan suatu tindakan
atau kita lakukan dengan, ucapan atau
juga dengan perbuatan, yaitu memanfaatkan
hasil yang telah
kita peroleh itu
sesuai dengan hasilnya.
Misalnya, kita mendapat
apa yang kita harapkan, usaha yang
sukses, jangan lupa kita bertindak
adil dan benar, serta
bijaksana. Tidak menjadi lupa
diri, bila kita telah
berhasil dari keinginan
yang selama ini
kita inginkan, jangan lupa pula
bahwa di balik keberhasilan yang
kita miliki itu
adalah ada hak milik
orang lain. Apakah itu
hak milik orang
lain itu? Yaitu
sedekah, harta atau hasil
usaha kita peroleh
itu adalah lakukan dengan
tindakan bersykur, wujudnya adalah
sedekah.
Lain
kalau kita seorang
mahasiswa, yang di berikan
kesempatan dengan hanya
untuk melakukan belajar, maka gunakan kesempatan
itu dengan sebik-baiknya. Jangan sampai kesempatan
yang di berikan
itu di salah
gunakan. Tentu kita akan
tahu apa hasilnya bila
kita tak belajar dengan
sungguh-sungguh. Maka akan
banyak orang akan di kecewakan, bahkan diri
sendiri nantinya akan
kecewa di masa
yang akan datang, karena tidak menggunakan
kesempatan yang baik
itu, dengan sesuai aturan dirinya, disaat sebagai seorang
mahsiswa.
Paling pokok
lagi adalah yang
harus kita miliki
dalam melakukan tindakan
adalah memiliki kemampuan
untuk berdiri sendiri. Mampu untuk
berjalan pada aturan, baik itu
aturan untuk diri pribadi, keluarga atau
aturan hukum Negara
yang berlaku.
Karena apapun rencana yang
akan kita lakukan maka
lakukanlah, namun mampukah
kita menjalani aturan
yang sudah ada, sehingga
kita juga siap
untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah
kita lakukan itu. Sebuah pribahasa mengatakan, ”Adat periuk berkuah, adat
lesung berdedak, maksudnya
adalah mau mendapatkan
keuntungan harus mau juga
dan siap menanggung kerugian.”
Kemampuan diri
hendaknya selalu di kontrol,
yaitu perhatikan diri
kita sendiri, dengan pertanyaan
pada dir kita, mampukah aku berbuat
ini? Jika sudah yakin
dan percaya bahwa
kita telah memiliki
kemampuan untuk melakukan
itu mengapa tidak, lakukanlah.
Jika ingin melakukan sesuatu
maka lakukanlah.
Ingat jika
sudah berbuat dan
sudah bertindak, maka siap
pula untuk melakukannya dengan
resiko, atau konsekwensinya nanti, berani
adalah tindakan yang adil
dan benar. Siap menghadapi
keadaan dan kondisi
yang bagaimanapun, sehingga
tidak akan lagi
merubah prinsip dalam
tindakan yang akan
di lakukan nanti.
Sangat perlu
pula di ingat
adalah, dalam melakukan tindakan
itu, akal dan perbuatan
itu, seharusnya dapat berjalan
dengan baik, berjalan dengan
selaras. Jaga lisanmu,
karena lisan merupakan
bagian dari perbuatan
yang terkadang, itu dapat
menggagalkan tindakan atau
rencana yang akan
kita lakukan, tidak sampai menjadi ceroboh, atau
sembrono.
Siap pula kita untuk
melakukan sesuatu itu
adalah, dengan siap menerima usul
dan saran, dengan pemikiran, sesuai dengan aturan
prinsip pribadi, aturan agama
dan aturan hukum Negara.
Bagian VII
MENIKMATI BAHAGIA
Bagi orang
yang sudah berkeluarga
tentu saja ia memiliki
pengalaman, yaitu bagaimana ia
dahulu mendapatkan kekasihnya yang kini
sudah menjadi istrinya, akan sangat lain pengalamannya dengan orang yang
perkawinanya itu di jodohkan oleh orangtuanya.
Setelah ia berumah tangga akan
banyak lagi yang harus menjadi pikiran baginya, yaitu bagaimana ia membina
rumah tangganya, agar aman, sejahtera dan tentu saja ingin sekali menikmati
bahagia di dalam rumah tangganya.
Tentunya awal mula seorang laki-laki atau seorang
perempuan untuk mendekatinya,
membutuhkan kesabaran, ia bertanya pada seseorang tentang gadis itu, atau tentang perilakunya,
cara berjalan, cara berkata-kata,
pergaulan dia dengan siapa
saja, senyumnya, semua tingkah
lakunya, berusaha semaksimal mungkin agar
kita berhasil menjadi seorang pendamping
di masa hidupnya.
Mengenai bahagia ini sampai Badan
Statistik merilis tentang suatu kebahagiaan yang
disebut
dengan indek Kebahagiaan 2013 (disampaikan oleh
Sory Hary B Hamdani Kepala Lembaga
Demograpi FEUI ; Ketua umum
koalisi kependudukan}
Kesimpulannya sederhana, penduduk
Indonesia cenderung bahagia dengan nilai indeks mencapai 65,11 menggunakan skala 0 (paling tidak bahagia) hingga 100 (paling bahagia) . Indeks kebahagiaan
diukur berdasarkan 10 indikator yang
bersifat material dan nonmaterial mencakup
pekerjaan, pendapatan rumah
tangga, kondisi rumah
dan asset, pendidikan, kesehatan, keharmonisan
keluarga, hubungan sosial,
ketersediaan waktu luang,
kondisi lingkungan, kondisi
keamanan. Rumah tangga yang tinggal
di perkotaan, berpendapatan tinggi,
berusia dibawah 65 tahun,
dan tidak berstatus cerai
dapat di simpulkan
sebagai rumah tangga paling bahagia.
Menurut keterangan yang di
sampaikan oleh Sory Hary B Hamdani di media Kompas, indek kebahagiaan harus
di maknai dengan tepat
sehingga dapat menjadi
informasi berguna bagi para
calon pemimpin untuk menerjemahkan
kebahagiaan dalam kebijakan yang di tawarkan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap kebahagiaan
penting sebagai ukuran keberhasilan
pembangunan, sejak 2011, PBB mengajak Negara-Negara
anggotanya menyusun konsep
pengukuran kebahagiaan sebagai
indikator basis bagi formulasi kebijakan
dalam pembangunan. Sejak ahun 1980, Butan telah
mengembangkan konsep Gross National
Happiness (GNH) untuk menggantikan Gross Domestic
Product (|GDP), Inggris,
Perancis, Australia, Brasil,
dan Jerman, misalnya sejak beberapa tahun terakhir yang mengembangkan konsep indkator kebahagiaan,
mereka menyadari bahwa keberhasilan
pembangunan itu bukan
hanya di tinjau dari
hal-hal yang bersifat
material saja , tetapi juga nonmaterial.
Menurut kamus besar
bahasa Indonesia edisi
ketiga (2002), bahagia di defenisikan sebagai
keadaan atau perasaan
senang dan tentram
(bebas dari segala yang
menyusahkan). Kebahagiaan sendiri
di artikan sebagai kesenangan
dan ketentraman hidup.
Secara ilmiah
kebahagiaan di definisikan berbeda
oleh masing-masing ahli.
Sebagian literature menyebutkan
happiness merupakan subyektive
well –being |(kesejaheraan
induvidu yang sipatnya subyektif).
Kebahagiaan bersifat subyektif
karena di maknai
berbeda oleh setiap orang terkait
penilaian seseorang apakah
dirinya senang atau susah.
Kesenangan atau kesusahan
bergantung pada persepsi
apakah dirinya mampu berfungsi
dengan baik(bagi dirinya sendiri,
keluarga dan Masyarakat)
Psikolog dari Universitas
ilionis, Ed Diener (2004) , mengatakan
kebahagiaan merupakan komponen
utama dari good life . Kebahagiaan dimaknai
sebagai kesenangan, kepuasaan
diri, emosi positif, dan hidup
yang penuh dengan arti.
Bagi sebagian ekonom seperti
Yew Wang ng dan Adrew J Oswald, kebahagiaan itu identic
dengan kesejahteraan.
Para antropolog membedakan
kebahagiaan ke dalam dua
dimensi, yakni induvidu dan sosial.
Dimensi induvidu terkait perasaan yang menyelimuti induvidu
itu, sedangkan dimensi
sosial melihat kebahagiaan
sebagai hasil dari
interaksi antar induvidu. Kebahagiaan dapat
meningkatkan jika interaksi antar
induvidu mampu untuk
menciptakan efek positif. Prasyarat terpenuhi
kebahagiaan secara sosial adalah
rendahnya kesenjangan di
antara induvidu yang
saling berinteraksi.
Bruno Frey (2006) dalam bukunya Happiness A Revolution in
Economics, weel-being, dan life
satisfaction sering di gunakan
secara bersamaan untuk
terminologi kebahagiaan. Faktor
penentu kebahagiaan seseprang
bukanlah sekedar faktor
material, melainkan juga
nonmaterial seperti keharmonisan
dalam keluarga dan
hubungan dengan teman, tetangga, ataupun
masyarakat.
Kebahagiaan tidak
terjadi secara instan
merupakan akulmulasi
dari berbagai faktor
dan kejadian yang
di alami seseorang.
Kebahagiaan juga tidak
bersifat statis karena
persepsi kebahagiaan bagi
setiap orang dapat
berubah menurut waktu
sesuai kejadian yang
di alaminya. Kebahagiaan
dapat berubah karena
ada perubahan aspirasi
dalam diri seseorang. Aspirasi
mencerminkan sesuatu yang
ingin di capai.
Lalu
bagaimana kita mengaitkan
kebahagiaan dengan kebijakan
pembangunan? Berbagai literature menunjukan
bahwa meski bersifat
subyekif , tingkat kebahagiaan dapat
di pengaruhi oleh berbagai
hal.
Pertama rasa aman.
Kejadian yang tidak menyenangkan
ataupun yang menimbulkan
khawatir (takut) hal itu dapat
menurunkan kebahagiaan. Butuh
pemerintahan yang mampu
menghadirkan rasa aman
dan melindungi penduduknya.
Bisa dihubungkan dengan kebijakan ,
keamanan, pertahanan. Menjaga
stabilitas harga-harga, mencegah
munculnya krisis ekonomi,
dan menekan tingkat krimilitas. Rasa aman
menurun seiring adanya
ketidakpastian dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat.
Hal ini dapat
menurunkan tingkat kebhagian
mereka.
Kedua, membangun
ekspektasi dan harapan
yang positif bagi masyarakat
sesuai kemampuan yang kita
miliki. Misalnya seorang
Presiden dan
wakil presiden itu di tuntut tak hanya
menciptakan ekspektasi untuk
kehidupan lebih baik,
tetapi juga mampu mewujudkannya.
Ketiga, meningkatkan
pendapatan berkorelasi positif
dengan peningkatkan kebahagiaan.
Namun penelitian di beberapa
Negara menunjukan adanya
korelasi yang tidak
linear. Tambahan kebahagiaan cenderung tidak sebesar
tambahan pendapatan.
Keempat, menurunya
kesenjangan. Meski perbedaan merupakan
hal yang alamiah,
kesenjangan dapat memicu
ketidakbahagian dalam masyarakat.
Data menunjukan adanya
peningkatan kesenjangan pengeluaraan
di Indonesia dalam
beberapa tahun terakhir di mana
rasio kini naik
dari 0,36 (2007) menjadi
0,41( 2012).
Kesenjangan dapat
menimbulkan eksplotasi dari
pihak yang mampu
terhadap mereka yang
kurang mampu. Penilaian
subyektif kebahagiaan seseorang
juga didasarkan pada
kondisi hidupnya secara
relative di bandingkan dengan
orang lain.
Kelima, berhubungan dengan modal
sosial. Hubungan antarinduvidu
yang baik dan
saling mendukung dalam
masyarakat memegang peran
penting guna meningkatkan
kebahagiaan. Pembangunan harus
mampu menggerakan modal
sosial dan tidak
sekedar
mengandalkan
modal fisik (material) semata.
Keenam, mengoptimalkan fungsi
keluarga . Keluarga menjadi
wahana pertama dan utama
dalam membangun manusia
Indonesia yang produktip,
harmonis dan bahagia.
Berbagai faktor
yang mempengaruhi kebahagiaan
di perlu menjadi perhatian
yang khusus, meskipun terkadang
kepemimpin suatu Negara juga
mempengaruhi kondisi dan keadaan
pembangunan, kita semuanya bertanya apakah kebahagiaan itu
adalah tujuan hidup kita?
Pertanyaan ini selayaknya
kita jawab pula dengan
pertanyaan apakah ada di
dunia ini ada orang
yang tak ingin bahagia.
Sudah jelas artinya
kebahagiaan itu bukan
datang begitu saja
tanpa sebab dan
akibatnya, maksudnya untuk
memperoleh kebahagiaan adalah
bukan milik seorang saja,
tetapi kebhagiaan itu
berkaitan dengan orang lain
yang di butuhkan orang
lain pada kita.
Hubungan diri
kita dengan keluarga, tetangga, sahabat, dan
masyarakat sekitar adalah
sangat berhubungan sekali,
karena jika kita
dalam keadaan bahagia orang
di sekitar kita akan
ikut pula untuk
merasakan kebahagiaan yang
tengah kita rasakan
itu adalah idealnya, karena
kalau tidak maka
kebahagiaan yang sedang
kita nikmati itu
juga akan sangat
terganggu olehnya yang
ingin juga ikut
menikmati bahagia yang
kita rasakan itu. Meskipun
itu kita memperolehnya dengan
susah payah.
Timbulnya kembali
pertanyaan bagaimanakah untuk
mengetahui bahwa kebahagiaan itu
telah kita peroleh
dan telah kita
rasakan, bisa saja
itu dengan harta yang
banyak meskipun itu
bukan ukuran suatu
bahagia, karena banyak
orang yang tak
memiliki harta yang
banyak juga merasakan
bahagia.
Meskipun semua orang tahu
bahwa bahagia di peroleh
dengan perjuangan yang
keras dan penuh resiko, usaha, doa dan ikhtiar jalan terakhirnya. Kalau begitu
ada juga orang
yang banyak harta
tetapi ia tidak
bahagia, jadi sangat
perlu di jaga, di perhatikan, mulai antar
keluarga, teman, masyarakat,
serta mau mendengarkan pendapatnya tokoh-tokoh
agama, jalan dan
bimbingan untuk menikmati
bahagia secara sempurna.
Menurut Prof
Muhammad Mutawalli Syarawi (Ilmu Gaib 1990), Untuk mengatasi
kesulitan kehidupan duniawi
dan menyembuhkan penyakit-penyakitnya dengan pasti,
haruslah dengan mengambil
ajaran Allah, karena
Allah yang menciptakan
penyakit, Allah pula
menciptakan obatnya.
Dia lah Allah
pencipta manusia dan Alam,
yang mengeahui baik
dan buruk, yang dapat
merusak kehidupan manusia
dan alam.
Dalam interaksi (muamalah) duniawi, kita
berpedoman kepada petunjuk
orang yang membuat
alat untuk memudahkan
perbaikan alat tersebut
bila rusak, karena
si pembuat itulah
yang sangat mengetahui
rahasia alat yang
di buatnya.
Karena
hasil produksi banyak
dan tersebar luas, maka
pabrik yang memproduksi
alat tersebut melatih
tenaga-tenaga teknis untuk memperbaikinya bila
terjadi kerusakan. Juga
di terbitkan jutaan
katalog yang memberikan
petunjuk cara-cara memperbaiki
alat tersebut.
Orang
yang tidak mengerti
teknik dan tidak
pula mempelajari katalog,
apabila ia coba
memperbaikinya, malah akan
menimbulkan kerusakan yang
lebih besar.
Inilah yang
kita lakukan dalam urusan
kebendaan (material), tetapi dalam
menghadapi masalah alam
semesta. Kita seringkali tak acuh.
Kita
harus yakin sepenuhnya
bahwa Allah lah
pencipta alam semesta, dia pula yang menurunkan
peraturan dan system bagi kehidupan alam semesta.
Dia juga telah menyampaikan
semua itu kepada
kita, tetapi kita
sengaja mengabaikan dan
meninggalkan ajaran Allah.
Kita juga
harus menyadari bahwa
yang terjadi adalah, kita berusaha
membuat hukum dan peraturan
sendiri, hasil cipataan akal kita sendiri,
padahal kemampuan akal
kita sangat terbatas. Kita
yakin melakukan kebaikan,
meskipun sebenarnya kita
melakukan perusakan. Kita
menciptakan teori-teori baru
dengan keyakinan bahwa kita
lebih tahu dan
lebih mampu dari
penciptanya.
Semua upaya
perbaikan yang jauh dari ajaran Allah, sebenarnya
adalah perusakan di muka.
Sebaliknya, segala sesuatu yang
diciptakan pasti baik dan
bermanfaat. Matahari, menyinari
alam sejak jutaan
tahun dan tidak
pernah mengakibatkan bencana
dan kerusakan. Bandingkan
dengan pabrik-pabrik dan industri
telah menimbulkan banyak kerusakan.
Nikmat yang telah diperoleh
tentu itu pantas
untuk kita nikamti
secara pribadi atau bersama keluarga,
atau orang lain. Jadi
memang itu hasil
usaha yang telah
kita tekuni, usaha yang selama
ini memang kita
harapkan.
Maka nikmatilah itu dengan baik,sesuai
aturan dalam kehidupan
diri pribadi, keluarga atau
bersama orang lain. Ada
aturan untuk menikamti
hasil usaha yang telah
kita peroleh itu. Aturan
itu adalah dengan
mengikuti petunjuk dari
agama yang kita
ikuti masing-masing.
Jangan sampai
nikmat yang telah
kita peroleh itu
justru membawa diri
kita kepada kesengsaraan
diri kita sendiri. Lalu
apa sih nikmat
bahagia yang membawa
kita kepada kesengsaraan itu?
Hasil usaha yang
kita peroleh dengan susah
payah, dengan penuh pengorbanan,
secara bahtin dan
secara materi. Namun justru
kita bawa hasilnya
untuk hanya memenuhi selera
hawa nafsu belaka. Mulai
dari sikap berpoya-poya, dengan menghamburkan pada
hal yang tidak
bermanfaat sama sekali.
Hasil usaha
yang di tuntut dengan
susah payah itu kita
penuhi dengan menikmatinya
dengan hal menyimpang. Kita bawa
hasil usaha yang
penuh dengan banyak pengorbanan
itu dengan, hanya mabuk,
judi serta dengan bersenang-senang berbuat
maksiat serta pada
obat-obat yang terlarang.
Ini
kesalahan di dalam
menikmati kebahagiaan yang
telah kita capai. Mengapa tak
kita bawa menikmati
bahagia itu dengan baik
dan benar. Nikmati bahagia itu
dengan selalu kita
intropeksi diri. Bahwa keberhasilan itu bukan
hanya usaha kita
saja, tapi banyak orang
lain yang ikut
andi di dalamnya.
Ikut
andil dalam meraih
kesuksesan itu adalah
terutama sekali adalah
keluarga, sahabat dan rekan kerja. Jadi jika
demikian, untuk menikamtinya juga
orang lain ikut
serta di dalamnya. Ingatkah kita
ini?
Bukan justru
mngajak orang lain
untuk menikmati bahagia
dengan menyimpang. Misalnya dengan
bersama keluarga dan kerabat, menikamtinya dengan
menikmati narkoba.
Tidak sedikit
orang dari hasil
usahanya untuk di
manfaatkan untuk menganggu
orang lain, dengan membayar
orang lain, untuk meresahkan
orang lain. Bahkan meresahkan kelompok
lain, dengan menggunakan keuangan
atau hasil usaha
yang selama ini
peroleh untuk membuat
kelompok yang akan
membodohi masyarakat, atau membuat
kelompok untuk justru
menyesatkan orang lain. Bahkan
ada orang dari hasil
usaha yang di
perjuangkan dengan sekuat
tenaga, atau hasil bersama dengan
orang lain, itu ia
gunakan untuk membawa
masyarakat untuk menentang
Negara.
Sadarkah kita, bahwa
setiap langkah yang
kita jalani ini
ada yang selalu
mengawasi kita. Itu adalah jiwa
dan diri pribadi
kita sendiri, yang selama
ini sudah kita tempa
untuk selalu mengikuti
kita dalam langkah
benar dan adil.
Jika
kita melanggar aturan
yang selama ini
sudah kita bangun, kita
bentuk dengan baik, maka akan terjadi
pertentangan di dalam
jiwa kita.Maka akan timbul secara
nyata perbuatan yang
melanggar hukum pribadi
dan juga hukum
Negara, justru akan merusak
pribadi kita selanjutnya.
Tetapi bila kita
merasa tenang, dalam perbuatan,
dalam tingkah laku kita yang
kita jalani, dengan penuh
perasaan yang ihklas
di saat menikmati
bahagia itu, maka akan lepas
beban perasaan yang melanggar
bathin kita.
Selanjutnya bila
nikmat kebahagiaan itu
mulai di rasakan, maka akan lahir menjadi suatu
sikap yang sosial, akan timbul
sikap perduli kepada
orang lain. Juga akan
mau mendengarkan saran
dan ide orang lain, dengan
segala ketulusan dan
kemurnian hati yang
di miliki.
Maka
nikmat bahagia di
terima dengan penuh
kesadaran, penuh rasa kebesaran sebagai
hasil jerih payah, yang
di miliki oleh
banyak orang, kita hanya
sebagai selang dari kita
itu. Maka timbul rasa syukur. Tidak menjadi
sombong dengan bahagia
yang kita peroleh
itu.
Bahagia di
nikmati dengan mengikuti aturan agama, sehingga berjalan
damai sesuai petunjuk
hukum agama dan
juga hukum Negara. Di
isi dengan ketaatan
untuk mengikuti aturan
amanat diri kita
sebagai orang, atau manusia
yang memiliki tugas
untuk menikmati isi
bumi ini dengan
aturan, bukan dengan
semaunya saja.
Senang bila
ada orang yang
juga ikut merasakan
bahagia itu, mau
menerima saran, serta mau
bermupakat dalam kebaikan
dan kebenarn serta
keadilan. Karena itu untuk menunjukan
bahwa diri kita
sadar bahwa bahagia
yang kita nikmati
ini, tidak tahu batas waktu
yang akan kita
rasakan nantinya.
Banyak yang
perlu kita ingat, juga
perlu kita sadari
adalah, bahwa jangan bangga dengan
memperoleh nikmat bahagi
itu, Kita terlena, terlena dengan
pujian yang di
sampaikan oleh lain
kepada kita.
Jadi
pertanyaannya adalah mengapa? Karena dibalik pujian
itu akan tersembunyi
fitnah. Karena fitnah itu
akan merusak dirimu,
dan juga orang
lain, timbulnya pula suatu permusuhan, pertentangan.
Walaupun kita
tahu bahwa sukses
itu kita peroleh
dengan susah payah, tetapi
kita juga memiliki
nketerbatasan untuk menikmatinya. Maka dengan
cara apa kita
untuk menikmati bahagia
itu sesuai dengan
diri kita ? yaitu
dengan cara mengikuti
aturan hidup, aturan itu
adalah agama.
Salah satunya
adalah bersyukur, itu juga bagian
dari nikmat bahagia, karena mampu
menerima apa adanya, karena itu
bahagia tidak selamanya
hanya dinyatakan dalam
materi, tapi jiwa dan
hati yang tenang, tenram, itu bagian
dari bahagia.
Lalu
jadi pertanyaan kembali mengapa kalau
kita selalu bangga dengan
pujian? Hal itu tidak
selamanya kita itu
bahagia, khawatir disaat jatuh, atau
lenyap masa-masa sukses akan
meracuni dri kita,
bahwa masa-masa sukses
itu sudah lenyap. Ketika tahu
bahwa tidak menjabat
lagi, merasa terasing, karena tidak
ada lagi orang
yang mau menundukan kepala
ketika bertemu, cuek saja. Kita
merasa stress, kecewa.
Pantasnya selagi
nikmat dapat kita rasakan, disaat itulah
selalu berpikir, untuk bagaimana
agar jangan sampai
terlena, bahwa bahagia itu
tidak akan kekal
kita nikmati, ia akan lenyap, ia akan
pergi meninggalkan kita
dalam keadaan dan kondisi
yang bagaimanapun.
Langkahnya adalah
dengan mulai banyak
berpikir, bagaimana untuk menjaga kelestarian bahagia
yang kita miliki, karena dari
hasil dan mau
nikmat bahagia itu
dengan orang lain. Maka akan terlahir
sikap aman, tenang dan
tenram. Lahir pula sikap yang
adil serta mau
bertindak yang benar.
Merasa bahagia
dengan kekuatan diri
yang sertai dengan
kekuatan lain, yaitu budi
pekerti dan telah
menikmati bahagi dengan
benar maka lahir
pula, orang akan hormat, karena bahagia
juga ia mulai
rasakan dari dirimu, maka muncul
dorongan untuk tetap
mempertahankan kebahagiaan yang
ada pada diri
kita itu.
Bagian VIII
MEMELIHARA BAHAGIA
Bila kita sudah
masuk masa panen,
sebuah lahan pertanian, di butuhkan kerja
keras untuk memetik hasil
panen lahan pertanian, kemudian baru lah
dapat di nikmati, bersama keluarga, tetangga, teman
dan masyarakat yang
ada di sekitar
kita, lingkungan kerja
dan wilayah dimana
kita tinggal, iku merasakan bahagia
yang kita peroleh
tersebut.
Menurut prof
Muhammad Mutawalli Syarawi (ilmu
gaib, tahun 1990, terbitan gema insani)
seseorang tidak dapat
mengetahui dengan pasti
rezeki yang akan
diperolehnya besok, karena
reseki itu hanya di tangan Allah, meskipun ada
orang yang membantahnya.
Anda mungkin saja
mengetuk sepuluh pintu untuk
mencari rezeki tetapi
gagal, namun di lain waktu rezeki
malah yang datang
ke tempat anda.
Ada
orang berkata bahwa rezeki dapat
diperoleh dengan sebab-sebab dan
dengan usaha dan
upaya. Memang benar , karena itu adalah
peraturan Allah yang
harus kita jalani.
Tetapi bisa saja
terjadi bahwa pada suatu
Negara miskin, namun kemudian
dengan sangat tiba-tiba alias mendadak
ditemukan sumur-sumur minyak
bumi, sehingga dalam waktu
yang tidak lama
menjadi salah satu
Negara terkaya di dunia.
Bukankah ini suatu hal
yang tidak mustahil?
Apakah yang menyebabkan
perubahan tiba-tiba itu?
Semuanya disebabkan karena
rahmat dan rezekinya
memang tak pernah
terduga, dan di berikanya
kepada siapa saja
yang dikehendakinya. Betapa
Allah memberi suatu
negeri sumur-sumur minyak
bumi dan tambang-tambang emas,
tembaga dan lain-lain
kekayaan alam, sedangkan
negeri lain tidak
dan tetap miskin.
Rezeki yang
beredar didunia mempunyai
rahasia-rahasia aneh yang
tidak kita ketahui.
Takdir Allah berperan
tanpa kita rasakan
dan ini pantas
untuk di nikmati.
Suatu saat harga
turun tajam, membuat
orang-orang kaya menjadi bangkrut
dan melarat. Begitu
juga sebaliknya, tiba-tiba
harga barang naik,
sehingga orang-orang yang
lemah mendadak jadi
kaya raya. Tatanan kehidupan masyarakat
pun berubah, orang-orang
yang dahulunya berjalan
tanpa alas kaki, tiba-tiba
menjadi pemilik gedung-gedung bertingkat dan
memiliki harta yang
besar.
Disampaikan oleh prof Muhammad
Mutawalli (Ilmu Gaib, tahun 1990 Gema Insani), Semuanya itu
terjadi dan disaksikan
oleh mata kita.
Saya masih ingat
seorang jutawan terkenal
di bursa New York yang
bangkrut karena jatuhnya
harga saham, lalu
dia menembak orang
yang diserahi menangani perdaganganya dan setelah
itu membunuh dirinya.
Semua orang memang
mencari kekayaan dan
harta, tetapi ada yang berhasil dan ada yang
tidak, karena takdir
dalam rezeki Allah
memegang peran utama.
Kita dianjurkan
oleh agama untuk
menempuh jalan ke
arah perolehan rezeki,
tetapi kita juga
harus rela untuk
menerima hasil sebab-sebab
yang kita tempuh
dan menyadari bahwa
itulah takdir Allah
dan itu rezekinya.
Banyak orang mengira
bahwa yang disebut
rezeki ialah apa
saja yang diperoleh
manusia, padahal keyakinan
seperti itu sangat
keliru. Yang di sebut
rezeki itu apa
yang dapat kita
manfaatkan.
Memperhatikan apa
yang telah kita
nikmati tersebut artinya,
apa-apa saja yang
perlu kita syukuri
betul, agar karunia
yang kita peroleh itu
dapat kita manfaatkan,
dalam rumah tangga
agar bersama dengan rukun
dan damai dalam menikmati
hasil jerih payah
yang kita gapai
tersebut, namun harus
juga kita sertai
dengan nilai-nilai ibadah
dalam agama, biasa
memanfaatkan waktu dengan menemui
tokoh-tokoh, mintalah nasehat-nasehat agama
atau ikuti bimbingan
rohani pada untuk
kita.
Siapapun butuh
bahagia, karena itu ketika
mendapat bahagia, nikmatilah
dengan baik dan peliharalah,
dalam keluarga ada
istri dan anak-anak,
satu sama lain saling berhubungan sehingga terbentuk
keluarga yang bahagia.
Mau
mengakui kekurangan diri
dan mau mengakui
kelebihan orang lain,
karena dengan demikian keutuhan
bahagia yang sesungguhnya
itu dapat bertahan.
Sebagai manusia yang
beragama oleh karena itu banyak-banyak
mengingat-ingat tuhan, temui
pembimbing rohani, di masjid atau tempat-tempat ibadah
lainnya, yang akan
menguatkan kepercayaan, memberikan
kekuatan, keimanan, kesucian hati
atau kebersihan jiwa,
karena nantinya jiwa
yang bersih akan melahirkan kebahagiaan
dari diri kita,
bukan bahagia itu
datang begitu saja.
Tentu saja untuk memelihara bahagia kita
harus memiliki waktu,
untuk keluarga, untuk diri
sendiri dengan mengisi ruang-ruang
kalbu, bukan di
isi dengan tertawa-tawa,
berpesta-pesta atau dengan berpoya-poya,
tapi dengan menghadap tuhan,
dipagi hari atau di siang
hari, atau disore hari,
di malam hari, dengan khusu
kita merenungkan semua apa-apa yang telah
kita lalui dalam hari
itu.
Tetapi bukan
itu saja, waktu
itu adalah pada
saat yang tepat,
atau mungkin saja
kita memiliki tempat
khusus.
Meskipun untuk
memelihara bahagia itu dapat
kita lakukan dimana saja,
menjaga hubungan dengan
orang tua, mungkin kita mohon
nasehatnya, mohon bantuan
doanya, terutama sekali adalah
doanya seorang ibu, agar
selalu dapat membayangi
jalan yang kita lalui itu akan
sempurna, sehingga ketenangan
akan bersama kita.
Hati
dan jiwa manusia
itu harus selalu
di isi dengan
keimanan dan nasehat dari
ahli hikmah, juga bimbingan dan doa-doa,
dari orang tua, ibu
dan bapak, saudara, sahabat dan
juga tokoh-tokoh agama,
selalu bersama orang-orang
yang baik. Mereka berada dimana-mana,
yang akan selalu
mengiringi tata kehidupan kita.
Mau atau tidak kita
tetap membutuhkan bimbingan
dalam memelihara kehidupan
agar selalu bahagia
mengiringi setiap langkah
yang kita lalui
setiap saat. Di siang atau
di malam hari, bahkan disaat
tidur sekalipun kita butuh
perlindungan.
Kalau kita
seorang pedagang, jika
kita ingin merasakan
bahagia, maka sertakan
dalam perdagangan kita
ada allah yang
selalu mengawasi di
saat kita melakukan transaksi
perdangan tersebut, bisa
saja bagi umat islam
adalah dengan banyak
berzikir, juga selalu
melakukan intropeksi diri, yaitu
apakah hari ini kita
telah melakukan suatu
kesalah, atau melakukan dosa-dosa,
maka tentu saja cepat
atau lambat kita
akan menerima timbangan
nya.
Bagi
pegawai juga bukan
halangan baginya untuk
melakukan pemagaran jiwanya
agar goodgovermet dapat
terlaksana dengan baik adalah
dengan juga mengingat –ingat maha
pencipta, sehingga dalam
melaksanakan tugas pemerintahan
itu dapat dengan sempurna sesuai
aturan dalam lingkungan kerja.
Dimana kita berada
di tempat kita kerja.
Kalau anak
yang di didik dan
dipelihara dengan baik, maka
ia akan jadi
hasil yang juga
akan baik, dalam keluarga kita
jaga, dengan tetangga kita
jaga, dengan temanya
juga kita jaga,
kalau kita lengah
maka lingkungan akan
merusaknya, akibatnya maka kita
merasakan dampaknya, dengan
berbagai macam masalah,
akibatnya menjadikan pikiran
dan langkah kita
terganggu merusak kebahagiaan
kita.
Sesungguhnya
setiap langkah yang
kita jalani sudah
memiliki waktu-waktunya tersendiri, artinya punyakah kita kemampuan
untuk dapat mengatur
waktu tersebut sehingga
sesuai dengan fungsinya
masing-masing, karena alam
tidak pernah ingkar dengan
waktu, tidak pula ia korupsi
dengan waktu tersebut.
Tanpa akan di
beritahu sekalipun kita
tahu bahwa ini
adalah pukul 12
siang, tidak ia berusaha
untuk menggantikan posisi
pukul 12 malam, karena mereka
memiliki tugas dan tanggungjawab yang
tak dapat di tawar-tawar sedikitpun.
Kalau begitu alam itu
tidak pernah ingkar
dan bohong dengan tugasnya di muka
bumi ini.
Bila
sudah habis tugas
siang ia tak menawar sesaatpun,
segera ia menyerahkan
tugas selanjutnya pada
rekanya yang akan
bertugas dimalam hari.
Bukankah manusia juga
ada yang memiliki
kemauan dan kemampuan untuk
bertugas di malam hari,
tetapi memang manusia
memiliki kemampuan lebih dari
alam yang di muka
bumi ini. Karena
mampu untuk bertugas
malam dan sekaligus
mampu bertugas malam
dan siang sekaligus,
jadi memang manusia
itu selalu ingkar
dengan tanggungjawabnya sendiri,
melalaikan sumpahnya sebagai
manusia yang memiliki tugas pokonya
di muka bumi.
Jadi sudah jelas
bahwa memang manusia di muka bumi
ini di beri
kemampuan untuk dapat
mengendalikan bumi ini
dengan segala isinya. Dan itu di sanggupi oleh manusia
yang di ciptakan dari benuk yang
hina hingga menjadi
mahluk yang paling mulia
di alam ini.
Maka manusia di berikan
keistimewaan dari mahluk-mahluk
lain yang ada di alam
semesa ini. Karena ia memiliki
akal untuk mengatur segala sesuatu yang
di inginkannya. Ia mampu untuk
menggunakan bagi dirinya, juga
mampu untuk membantu
mahluk lain, atau bahkan ia yang
memeliharanya, tetapi kadang ia pula yang
merusaknya.
Jadi sesungguhnya yang
menjadikan bahagia atau kedukaan
itu adalah manusia itu
sendiri, jika ia
mampu untuk memeliharanya
maka terjaga namun cenderung kadang
kala merusak. Sehingga manusia
itu saja yang
memiliki hak untuk
memeliharanya kebahagiaan
itu, meskipun tidak
aturan yang memaksa
bahwa manusia itu
hanya di perbolehkan berkerja
di siang hari, atau
hanya di izinkan pada malam hari,
tetapi manusia itu sendiri
yang dapat mengatur
kehidupan dirinya agar
ia mencapai bahagia
yang di harapkannya, yang
bukan hanya bergantung
pada harta semata.
Sekali lagi tak ada
aturan yang memaksa manusia
untuk melanggar waktu, tetapi agama
mengajarkan manusia untuk
tahu di dalam mengatur
waktu kehidupannya, untuk
dapat memelihara pola
hidupnya. Ada waktu untuk diri
pribadi, ada waktu untuk
ibadah, ada waktu untuk
keluarga, ada waktu untuk berkerja, ada waktu
bergaul dengan masyarakat, perjalanan ini
mau tidak mau
akan berjalan dengan
sendirinya.
Jika manusia
tidak menggunakan aturan
dalam setiap langkah
hidupnya, artinya dia bertindak
semaunya. Maka ia akan menerima
hasil sesuai dengan
keinginanya itu sendiri.
Bahagia tidak
ada waktu tertentu
saja namun ia akan selalu
ada, dari pagi hingga sore
dan malam hari, bukan karena
di paksakan dia datang,
tetapi dengan ketulusan
dan ketenangan yang kita
jalani tersebut, bukan bersenda
gurau kesana kemari,
bernyanyi di berbagai tempat
karaoke, apalagi dengan mengumbar sex pada
tiap perempuan yang butuh
uang, atau tante-tante
yang kesepian dengan rela hati
mengeluarkan uang yang
banyak demi pemuasan
sex.
Bila demikian jalan
yang di mainkan, dan beranggapan
itu adalah suatu
kebahagiaan maka cepat
atau lambat, akan
datangnya nya penderitaan,
bukan kebahagiaan yang akan di peroleh
dari hasil, yang dikatakan itu
adalah suatu bahagia, anda
akan menuai kerja
penderitaan yang berkepanjangan, penyakit
yang akan tumbuh dalam diri
anda, hingga akan selalu
bersama sepanjang hidup
anda.
Kalau hala ini yang
terjadi pada anda, penderitaan batin
ak akan pudar, bahagia dalam rumah
tangga hanyalah tinggal
impian belaka, tetapi
hal ini tetap harus
di lalui, dilawan bukan di
hindari, karena itu peliharalah
ketika bahagia bersama
kita.
Artinya kita
hendaknya selalu waspada, dengan mengikuti
aturan-aturan hidup dalam beragama, karena itu
adalah pagar yang
membatasi gerak dan
langkah dalam kehidupan
kita sehari-hari. Tentu saja
agar tidak masuk
dalam golongan yang
merusak diri sendiri
dengan memaksa kehendak yang
melanggar.
Jika
itu sudah terjadi, tentu tak
dapat di hindari lagi, tapi
jangan lari kenyataan
ini, karena itu harus
kita hadapi.
Kejadian ini
artinya sudah merupakan
kelalaian dari diri
kita, mampukah untuk menghadapi
dari kenyataan ini,
karena kita telah melalaikan
bahagia yang telah
diperoleh dengan susah
payah itu, memang sesungguhnya
apa yang mau
kita lakukan lakukanlah, tetapi
selagi itu dalam
koridor yang positif
adalah baik untuk
kelestarian yang kita
harapkan selama ini. Selama kita
tetap mempertahankan kebahagiaan
yang telah kita
gapai, maka kita akan sangat
berpengaruh bagi keluarga,
kelompok lainnya, artinya
kita adalah bermanfaat
dan berguna bagi
lingkungan di sekitar
kita, itu artinya
kita telah berguna
bagi bangsa ini.
Tidak ada
yang namanya pengorbanan yang baik
akan sia-sia, lilin
meskipun habis terbakar
namun ia telah
menerangi sekitarnya. Kalau
begitu kita manusia
akan selalu ada
timbal balik dari
tiap-tiap perbuatan yang
telah kita lakukan
setiap hari.
Jangan pernah
merasa kebaikan dan
kebahagiaan yang di
capai orang lain
anda merasa ternganggu
apa lagi merasa
iri dan dengki
dengan bahagia yang diperoleh oleh
orang lain, tetapi ikutlah
merasa bahagia, karena
kalau keluarga merasa
berkecukupan dan bahagia,
tentu saja ia
akan tenang dengan
kehidupan pada dirinya.
Jangan pernah
mengeluhkan keadaan diri kita
kepada orang lain,
tapi berupayalah terlebih dahulu
dengan kembali pada
Allah, bahwa ia akan memberikan
petunjuk pada kita jika
persoalan yang di hadapi
disampaikan padanya dengan penuh
harapan serta tiada
lain kecuali Allah
yang dapat membantu
kita, maka cepat atau
lambat akan datang
melalui orang lain
menemui kita.
Bukankah
ketika kita bersahabat
dengan seseorang persahabatan
itu dijaga dengan
baik, agar jangan
sampai menjadi permusuhan
yang membawa pada permusuhan
pada kita dan
orang lain lantaran
dari kita.
Jadi ketika telah
bersahabat dengan seseorang
tentu berusaha dengan
sebaik mungkin menjaga
agar kita dengan
sahabat terjadi jalinan,
hubungan yang baik.
Mulai dari pembicaraan
kita menjaga agar
jangan orang lain
merasa tersinggung dengan
pembicaraan yang telah
kita sampaikan, atau perkataan
kita telah merusak
hubungan tersebut.
Karena dampak
yang telah kita
perbuat akan mengakibat kan orang
lain merasa kecewa
dengan apa yang
telah kita sampaikan
tersebut, sehingga hal
ini memberikan dampak
dan mempengaruhi pikiran,
gerak dan langkah,
mempengaruhi hubungan kadang kala
hubungan itu benar-benar
putus hubungan itu.
Ini
bagian yang menyatakan
bahwa hal ini
adalah telah lalai
dengan hubungan, sehingga
juga merusak hubungan
kita, yang sekarang
atau bahkan selanjutnya,
justru dari rusaknya
hubungan ini, juga
sahabat orang telah
merasa di kecewakan
itu juga akan
ikut memutuskan hubungan
dengan kita.
Sudah
jelas bahwa harta
yang berlimpah itu
tidak menjamin seseorang
itu sudah dinyatakan
ia bahagia, karena tidak
boleh tidak kalau ia
selalu sombong dengan
harta yang dia
miliki, itu suatu
kelemahan, karena kesombongan
adalah salah satu
kelemahan dari sesorang tersebut.
Jadi
bisa saja itu
harta adalah merupakan
beban berat baginya,
mungkin hutang yang
banyak, atau anak-anak yang
berbuat selalu melanggar
etika moral, sehingga
di masyarakat di anggap meresahkan,
karena dimana ia
berada bisa jadi itu
malapetaka.
Mengapa orang
merasa resah bila anda
datang, atau orang
hanya mengharapkan dan
merasakan harta yang
dia miliki saja, karena dengan sikapnya
yang sombong itu telah
berpengaruh dengan segala tingkah laku yang dia lakukan,
karena mungkin ia suka menghina
orang lain, atau
juga kadang kala
meremehkan orang lain.
Mampukah Bila kita
bersikap tenang, sabar,
tidak terburu-buru, mau mendengarkan
pembicaraan orang lain,
menerima pendapat orang
lain, memberikan keterbukaan
untuk orang lain,
tidak memaksakan keinginan
kita pada orang
lain, mau bermusyawarah, tidak
pula rakus, tidak
juga tamak, bersikap
dermawan, berpikir yang
baik-baik, suka menolong
orang lain.
Bukan itu
saja, tetapi kita
bersediakah untuk menjalin hubungan ketika
orang lain telah
memutuskan hubungan pada
kita, juga mau
memaafkan orang lain,
cepat dan mau minta maaf,
serta bersedia memaafkan
orang lain ketika
ia melakukan kesalahan, atau
kita sendiri yang
melakukan kesalahan tersebut.
Sebaliknya bagaimana
kalau kita mengalami
penghinaan yang di
lakukan orang lain
terhadap kita, mampukah
kita untuk tidak
membalasnya dengan penghinaan
pula terhadap orang
yang telah menghina
kita itu. Lalu sanggup
untuk bersikap sabar.
Karena sikap
itu akan selalu
kita jumpai di masyarakat
dalam pergaulan hidup
kita, sehingga juga
bersediakah kita untuk memberikan saran
pada orang lain,
pada saat orang
datang untuk mohon
pendapat dan saran
dari kita, bersabar
diri dalam menyatakan dan memberikan nasehat
pada orang yang
telah melakukan kesalahan
tersebut.
Juga
kita mau membantu
orang lain, ketika
orang datang meminta
pertolongan pada anda, atau
mau berkerjasama dalam
melakukan kebaikan. Sikap ini
yang tetap dan
mampukah kita untuk
ada dalam tindakan
kita sehari-hari, sehingga
hal itu mempengaruhi
dalam jiwa kita.
Belum
cukup sampai di situ,
tetapi mampu untuk
menolak orang lain
yang datang, yaitu
mau mengajak pada
perbuatan yang tidak
baik, atau suatu
perbuatan yang akan
mencelakan orang lain,
mampu menolak orang
yang akan mengajak
pada perbuatan yang
membawa musibah, merusak
hubungan antara dirinya
dan juga orang
lain.
Artinya
bukan kita saja
yang akan menikmati apa-apa
yang kita lakukan
itu, semuanya membawa
dampak bagi kita dan juga
bagi keluarga, tetangga dan
juga sahabat atau masyarakat
yang ada di sekitar kita.
Tidak ada kehidupan
yang hanya dengan perbuaan
kita sendiri, tetapi
semua alam yang di ciptakan adalah
berkaitan semuanya, memiliki
dampak dan saling berkaitan
apa-apa yang kita lakukan.
Patut disadari
bahwa yang namanya
bahagia tidak selamanya
berada di sisi kita, karena
semunya itu akan
selalu berjalan, layaknya
sebuah roda yang
akan selalu berputar.
Disini yang di butuhkan
suatu modal yang
dapat menjaga agar
selalu mempertahan kebahagiaan
yang telah kita peroleh
dengan susah payah. Karena selalu
saling berhubungan dengan alam. Bila kita telah melakoni
perjalanan hidup dengan
selalu menjaga etika
pada keluarga dan
orang lain.
Sketsa dari sebuah kehidupan itu
sudah jelas bahwa, ibarat
penjual minyak wangi
bila kita mendekatinya
sedikit banyak akan terbau
dengan kita, begitu
juga sebaliknya bila
kita dekat dengan
tukang besi, sedikit banyak juga
akan merasakan percikan apinya
pada kita.
Jadi
pergaulan itu akan membawa
dan menjaga kehidupan kita,
tetapi juga akan
membawa bahagia pada
kita atau akan
merusak tatanan hubungan
pribadi, namun akan
mempengaruhi dalam keluarga, kalau
begitu bila kita
membawa dampak yang
baik bagi orang
maka akan menjadi kenangan
yang baik pula
bagi orang lain,
tetapi bila kita
telah menanam keburukan
tentu saja kita
akan panen keburukan
pula. hukum alam akan
selalu terjadi, dengan
kita sadari atau
tanpa kita sadari.
Orang akan
merasa tenang jika
kita telah menanam
kasih dan sayang
pada semua orang.
Apabila kita berada
orang akan merasa
butuh dan merasa nyaman
bila bertemu dengan kita.
Jika kita sudah
berhasil memelihara kasih
dan sayang, maka orang-orang
yang ada di sekitar kita
juga akan ikut
merasakan kasih dan sayang
itu. Bukankah tumbuh-tumbuhan selalu
berharap dengan turunya
air, sehingga kesuburan
akan selalu mempertahankan hidupnya
tanaman.
Jadi kalau kita
sudah berhasil memelihara
kebhagian dalam diri kita, tentu
kesadaran orang yang
telah mengenal dirinya
dan merasakan nikmat
hasil karyanya dengan penuh
ihklas dan juga tahu
tugasnya di muka
bumi ini. Maka
ingin pula ia akan berbuat
untuk berusaha semaksimal
mungkin untuk membagi
bahagia yang ada pada dirinya
pada orang lain.
Lebih dominan orang
akan menyebutnya adalah
ia seorang yang dermawan.
Memelihara bahagia, di ikuti dengan
niat yang luhur, baik
dalam bentuk yang nyata
atau dalam bentuk
yang tak nyata. Itu maksudnya
adalah, dalam bentuk yang
nyata adalah, mau dan
bersedia untuk menjaga kesuksesan atau
kebahagiaan yang telah
di capai, dengan atau
tanpa paksaan dari
siapapun. Penuh ihklas kita
jalani, dengan cara pribadi
atau keluarga atau
bahkan orang lain.
Memelihara bahagia dengan
cara tidak nyata
adalah, berniat dengan suci, untuk dimanfaatkan pada
hal-hal yang halal, kepada yang positif, menampak
hidup yang sederhana, baik dalam
keadaan kaya atau
juga dalam keadaan msikin. Mampu
mengatasi diri dengan
atau tanpa ada
rasa soombong, angkuh,
takabur dan tidak menghina orang baik dalam pembicaraan
maupun dalam tindakan
nyata.
Jadi Nampak sekali orang
yang telah memelihara
bahagia itu, hidup sehari-harinya adalah
dengan sederhana, baik ia dalam
keadaan kaya atau
dalam keadaan miskin. Bila ini telah
berjalan dengan baik, maka akan tampak
sikap darinya akan
sangat terlihat, apa yang dapat
kita lihat yaitu, ia akan
bersikap adil mau
membela yang benar.
Akan memiliki kekuatan, yaitu mampu
ia menyatakan ya atau
tidak, di dalam ia mengahadapi suatu masalah yang
akan datang kepadanya. Ia tidak akan
membedakan antara menghadapi orang
yang kaya atau
menghadap orang yang miskin. Mengapa demikian? jawabnya adalah
karena manusia memiliki
kedudukan yang sama
di muka bumi ini. Semua
manusia itu berhak
mencapai bahagia tersebut.
Perlu pula di perhatikan bahwa untuk
terpeliharanya bahagia, yang selalu
di identikan dengan harta
itu, atau merasa damai, tenang
dan tenram itu juga
wujud bahagia. Jadi pertanyaan
lagi mengapa bahagia
itu harus di
pelihara?
Singkatnya saja jawabnya, yaitu karena
kita sudah dengan
susah payah mendapatkanya, banyak pengorbana yang telah
di lakukan, untuk memdapatkan
yang namanya bahagia
ittu.
Lalu dengan cara
apa kita harus
memeliharanya, juga tidak berat meskipun terkadang banyak orang
yang tak mampu
untuk melakukanya. Dengan jalan
banyak memberi.
Lho kenapa kita
harus banyak memberi ya? Jawabnya adalah ya, karena dengan
kita banyak memberi, maka harta yang
kita miliki itu akan
terjaga, wujud dari
pemberian itu akan
mengikuti, akan mebayang-bayangi harta
yang telah kita
berikan. Lihat saja dan buktikanlah sendiri, setiap orang
yang telah kita
beri ia akan menjaga harta
kita, ia selalu mengawasi
kita, jika ada orang
lain yang akan
berbuat jahil kepada
kita. Tentu ini sadar atau
tidak sudah kita
saksikan sendiri dan
kita alami sendiri.
Bila hal ini berjalan, maksudnya kita
sudah terbiasa dengan banyak
memberi dan itu menimbulkan sikap
pada kita menjadi
seorang yang tegas, berani
dalam mempertahankan keadilan
dan kebenaran.
Lalu bagaimana kalau
ada orang yang
setelah memperoleh bahagia, itu
melakukan pelanggaran dalam
aturan hidup yang
menurut agama itu
pelanggaran?
Misalnya dengan ia
memperoleh bahagia, atau ia banyak
harta itu dengan ia berpoya-poya,
ia mabuk, ia nikmati
dengan perjudian, dengan narkoba. Yang lebih merusak
lagi adalah menikmati
bahagia dengan mengajak orang
lain dengan cara
yang tidak benar, bersama teman, keluarga. Mereka berpoya-poya
dan mabuk bersama narkotika yang sangat
di larang itu. Ini
merusak.
Tetapi kalau orang
yang memelihara bahagia itu
akan selalu taat pada aturan-aturan agama yang
di anutnya. Sehingga ia
menimbulkan sikap yang
perduli pada orang lain
dan ia mampu melakukan tindakan
tepat untuk dirinya dan
juga orang lain.
Itulah yang namanya
tepat dalam penggunaan
hartanya. Secara nyata memang hidup
manusia itu sangat
tidak terlepas dari
kebutuhan pokok, apa itu kebutuhan
yang sangat pokok
tersbut. Tiada lain adalah
makan dan minum, kebutuhan akan rumah, kebutuhan akan sex, karena itu juga
adalah bagian dari merasakan bahagia.
Dari makan orang akan
tampak sehat, sehingga ia
akan mampu untuk
berbuat, untuk memiliki tindakan, pemikiran, serta tujuan. Karena ia
memiliki kekuatan yang sudah
mengisi pada tubuh
manusia, namun itu kekuatan
yang nyata. Makanan itu tak
selamanya baik bagi tiap-tiap orang, apalagi kalau makanan di isi
dengan makanan yang haram.
Maka itu akan sangat
mempengaruhi dalam gerak hidup
manusia, cenderung ia akan
berpikir negatif, karena
tubuhnya selalu di isi
dengan makanan haram. Ia tak akan perduli dengan
orang lain. Sikapanya akan selalu mau
di agungkan, sikapnya hanya
mau di besar-besarkan,
selalu ingin di sanjung-sanjung,
selalu ingin di
banggakan.
Tempat tinggal, itu adalah
pusat dari pangkalan
untuk melakukan semua
tindakan, karena di sana melahirkan
berbagai anak manusia. Oleh karena
itu rumah adalah
bagian pokok hidup
bagi manusia di
muka dunia ini. Dari rumah
itu pula dapat
memberikan kebahagiaan bagi
setiap orang.
Maka dari itu harta
yang berbentuk rumah itu
pantas untuk di
pelihara, apalagi dari rumah itu
sudah mampu untuk membantu orang
lain, misalnya dengan rumah itu
dapat mengajak anak yatim hidup
dalam rumah kita. Jika anak yatim itu diberikan kehidupan maka ia
juga merasakan bahagia, maka akan menjadi mulai
hidup manusia yang
menyantuni anak yatim. Ini
juga bentuk dari
pemeliharaan kebahagiaan.
Jika anak yatim sampai
di celakai, maka di rumah itu akan mendapat fitnah yang datang, tentu
akan datang musibah
dari akibat rumah yang mengajak anak yatim namun tidak di santuni itu.
Sex adalah salah
satu kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia, tidak mudah untuk di remehkan,
karena kebutuhan ini tak
dapat di gantikan oleh kebutuhan
lainnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan
sex, adalah dengan jalan pernikahan, lalu apa pengaruh
dari sebuah pernikahan?
Jadi pengaruh dari
sebuah pernikahan adalah, suatu
upaya manusia untuk
memnuhi kebutuhan hidup
alias kebahagiaan hidup. Sehingga hubungan
sex, akan terjalinya kasih dan
sayang yang dapat
menciptakan bahagia, dari
sebuah pernikahan anak
manusia tersebut.
Hubungan keluarga itu
sangat penting untuk di
pelihara, karena dari hubungan keluarga atau
dari pernikahan, kebutuhan sex
dapat di penuhi. Meskipun kebutuhan
sex itu dapat di beli. Tetapi
itu bukan bentuk
bahagia yang benar, itu suatu pelanggaran
dalam hidup manusia yang
ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, ia merasa itu
bahagia, tapi itu suatu budak
nafsu yang terdapat
dalam diri manusia.
Lalu apa akibatnya jika
dalam suatu pernikahan di langgar? Maka akan terjadi keretakan dalam
rumah tangga tersebut, dimulai
dari pertengkaran, perselingkuhan, suami
atau istri, karena melakukan kebutuhan
sex dengan sembarangan, jajan sex secara
liar tanpa memnuhi aturan
yang dari sebuah
pernikahan tersebut.
Lalu bagaimana jika, pelanggaran tidak juga
dihentikan alias tak
perduli dengan aturan? Maka
dalam rumah tangga akan
terjadi kehancuran, akan muncul
rusak rumah tangga, dari tubuh
orang yang melakukan
sex liar, atau melakukan sex bukan secara benar yaitu melalui sebuah
pernikahan, akan timbul berbagai
penyakit kelamin, hiv, aids
yang sangat berbahaya
bagi dirinya juga
keluarganya. Ini Dampak
pelanggaran kebahagiaan yang tak
dipelihara dengan baik.
Jadi sangatlah penting pernikahan
yang sah itu, itu memiliki cara dan pola yang dimiliki oleh agama
yang mereka ikuti
sendiri. Karena masing-masing agama
memiliki aturan-aturan tersendiri
untuk memenuhi kebutuhan
akan pernikahan, yang tidak ada lain ini
juga jalan untuk
bahagia tersebut.
Jadi jelas sekali
bahwa pernikahan adalah
upaya untuk menjalankan aturan dalam agama, untuk menuju
bahagia yang benar, sebagai amanat
untuk memelihara diri pribadi, yang telah
mendapatkan rasa bahgia
itu.
Mengapa dari sebuah
pernikahan adalah kebutuhan
yang sangat pokok
dari kebahagiaan? Jawabnya adalah
di sini
pula akan berkembang
biaknya, dari sebuah pernikahan,
akan lahir garis
keturunan, meskipun banyak
pula keluarga yang tidak
merasakan bahagia tersebut, alias keluarga broken home.
Dari pernikahan akan terbentuk dari keluarga yang
tak saling kenal
akan menyatu dalam ikatan persaudaraan, sehingga terbentuk
keluaraga yang bahagia, ada ayah,
ada ibu dan anak.
Dari sebab ini pula
munculah aturan-aturan dalam
kehidupan manusia, di dunia ini, hingga
terbentuknya kelompok, terbentuknya kampung, bangsa dan
Negara. Sehingga ini telah
menjalin hubungan yang
luas. Dari itu pula terbentuk
peraturan dalam Negara. Hal
itu tiada lain
karena untuk mejalin
kerukunan antar keluarga, antara kampung , antar Negara. Maka ini tiada lain
dalah salah wujud
untuk memenuhi kebutuhan
pokok bagi manusia. Itu
adalah Bahagia.
Kita tinjau saja
dalam sebuah perusahaan
misalnya, jika dipelihara hubungan yang
baik, yaitu sesuai dengan
aturan dalam perusahaan, maka karyawan
dan atasan, serta aturan kerja
berjalan baik. Maka perusahaan
itu juga akan
berjalan baik.
Jika terjadi ketimpangan dalam
perusahaan itu, maka karyawan tidak merasa betah, untuk berkerja
di tempat itu, sehingga
berupaya untuk keluar atau
bahkan membawa perusahaan
itu pada kehancuran, tidak
ada lagi
rasa damai, tidak ada rasa
aman, karena risau dan bingung
dengan keadaan yang terjadi. Maka bukan tidak akan terjadi
suatu aksi yang merusak semuanya.
Dalam suatu Negara yang pemimpinya sudah tidak
melaksanakan aturan dan
undang-undang yang berlaku. Alias hukum tajam bagai pisau, maka
lambat laun Negara itu
akan terjadi pemebrontakan,
terjadi perlawanan dari
rakyatnya. Itu semua akibat
dari pelanggaran yang
di lakukan oleh segelintir
orang saja, namun berakibat merusak
banyak orang.
Artinya dalam hal ini
sangat di butuhkan
saling pengertian, saling hormat
menghormati, maka timbulnya kasih
dan sayang. Keluarga yang di
liputi oleh kasih
sayang, maka akan merasa bahagia, kasih adalah
juga wujud dari pemeliharaan bahagia. Dari
tindakan kasih sayang
terjalin hubungan yang
baik dalam rumah tangga, dalam hubungan sahabat, kampung dan bangsa.
Jika sudah mampu menjalin
hubungan yang baik, mampu
untuk memelihara bahagia itu
dengan baik, maka kasih sayang
menjadi kebutuhan pokok
dari bentuk kasih dan
sayang tersebut.
Jika mampu memberi kasih
dan sayang, maka akan mampu
pula untuk menerimanya, jika sudah
mampu memberi dan
juga mampu menerima
kasih dan sayang, dalam keluarga, sahabat atau bangsa. Maka
kita juga akan
tampak hilangnya penyakit yang
akan menggerogoti diri
kita, yaitu sikap iri, dengki, hasut dan takabur
tersebut.
Inilah wujud dari
sebuah ikatan satu sama
lain, dari bentuk pernikahan tersebut. Yang mampu menciptakan
bahagia bagi diri kita
juga bagi orang
lain, sehingga melahirkan bentuk
kasih dan sayang, akan
tampak secara nyata
dan tuntas.
Muncul dorongan-dorongan dalam
diri manusia, untuk berpikir jernih
untuk kreatif untuk
kepentingan dirinya,
keluarga dan bangsanya, karena mampu
bersama orang lain
untuk menciptakan bahagia, juga
mampu untuk memeliharanya.
Dari kasih sayang itulah menjadikan wujudnya
bahagia, jadi alat bahagia
itu juga dapat melalui
sebuah pernikahan, adri pernikahan
akan tampil kasih
sayang, dari aksih dan
sayang ini akan
tampil bahagia tersebut.
Perlu kembali di
ingat bahwa bahagia
itu akan juga sangat
penting pada hala-hal yang akan dilakukan, akibat sebuah
kesalahan, lalu kesalahan itu jangan di
lihat dari besar atau
kecilnya kesalahan. Tapi perhatikan
karena kesalahan yang kecil akan
menjadi besar.
Karena betapa sulit dan susahnya
untuk mendapatkan bahagia
itu, kalau tidak di pelihara, maka akan
mengalami kehancuran dan
kerusakan, jadi jangan pula di
nilai sedikit atau
banyak harta yang
kita miliki. Tapi jagalah
mana yang saat
ini telah kita
miliki. Peliharalah dengan baik keberhasilan yang
telah kita peroleh
dengan susah payah
itu.
Memang tidak semua
orang dapat mencapai
sukses, oleh karena itu mari
bersama-sama untuk memeliharanya. Karena itu pula
kesuksesan jangan di jadikan kesombongan diri karena
itu akan berakibat membuat iri
orang lain.
Sebaliknya jika kita gagal
jangan mudah putus
asa, perjuangkan kembali,
bangkitlah, intropeksi diri, karena kegagalan
itu adalah sebuah kesuksesan yang tertunda. Karena amsih
ada kesempatan lain
yang menunggumu. Susun
kembali rencana baru, renungkan dengan
baik sesuai aturan dalam
menggapai keinginan itu.
Bahagia bukan dalam bentuk
materi semata, suatu
pertolongan dan mau
membagi kepada orang
lain, ketika kau mampu menyelamatkan
orang lain dari kesengsaraan maka itu adalah bahagia yang
paling utama.
Sekedar memperjelas saja, agar lebih mudah untuk memahaminya arti dari
memelihara bahagia yang yang pantas untuk
kita pelihara dengan
baik dan benar. Seperti berikut ini.
Pertama kita contohkan pada sebuah
rumah tangga, setelah kita melamar kalau di ingat betapa
sulitnya, kita untuk mendapatkan
seorang gadis yang
selama ini kita inginkan. Kemudian berhasil kita
lamar dan menjadi istri, maka sudah sepantasnya untuk memelihara
keutuhan rumah tangga
tersebut.
Setelah itu sah
kita untuk membina
rumah tangga dengan keinginan kita. Ini mungkin suatu kebahagiaan yang
selama ini kita
harapkan. Untuk membina rumah
tangga sungguh kita harapkan
adalah rumah tangga
yang bahagia.
Untuk bahagia
tentu kita perlu
pelihara, mengapa demikian?
Karena rumah tangga yang bahagia itu
harapan bagi setiap
rumah tangga. Untuk itu pertama kali
adalah Beragama, karena dengan
agama akan memberikan aturan
dan bimbingan yang benar
untuk mengatur di
dalam rumah tangga tersebut. Menurut aturan agama
yang kita yakini, juga menurut
hukum Negara yang
berlaku di neagara
Indonesia tentunya.
Peran suami yang
lebih berwenang untuk
memberikan bimbingan, itu tetap di sesuaikan dengan aturan agama. Juga
berkewajiban untuk memberikan
nafkah secara materi atau
secara bathin. Itu sangat
penting sekali bagi sebuah
rumah tangga kita sehingga terjalin hubungan rumah tangga
bahagia.
Melalui pernikahan yang sah, seorang
manusia dapat memenuhi kebutuhan
bilogisnya dengan dengan cara yang berbeda dengan binatang. Penyaluran kebutuhan
seks secara bebas adalah perilaku yang
bermoral. Manusia adalah makhluk yang mulia. Karena itu, pernikahan merupakan upaya memelihara kemuliaan manusia sebagai pemegang amanat Allah di muka bumi.
Selalu sempatkan waktu untuk selalu beribadah bersama-sama dengan
keluarga, orangtua sebagai imam, anak sebagai makmum, sehingga terjalin hubungan yang bahagia yang di ridhoi
Allah.
Terhadap istri,
sebagai pasangan suami dalam
suatu pernikahan, juga berarti memelihara garis keturunan dalam proses regenerasi manusia. Ini wujud
Bahagia Dalam rumah tangga. Dengan pernikahan, kekerabatan dan status-status orang menjadi jelas. Istilah dan fungsi
suami, istri ayah, ibu, saudara dan sebagainya dapat di tetapkan dengan jelas.
Dari sini akan lahirnya aturan-aturan yang menentukan hubungan-hubungan kemanusiaan, seperti aturan
kekerabatan, pernikahan, pewarisan, dan sebagainya. Jika pernikahan tidak di atur, garis keturunan manusia akan
kacau. Dengan demikian bukan
bahagia yang dicapai, tapi kehancuran yang
akan di peroleh.
Selanjutnya adanya
kasih dan sayang. Oleh karena itu, kasih sayang
merupakan kebutuhan dasar manusia, baik untuk menerima maupun memberikanya
kepada orang lain. Melalui pernikahan, rasa kasih sayang itu akan dapat diterima dan berikan secara
nyata dan tuntas. Hubungan manusia dengan manusia laninya diberikan kebebasan untuk
berinteraksi dan juga berkreasi.
Kasih sayang adalah hal yang paling asasi bagi manusia
dan pernikahan merupakan tempat yang
baik bagi pertumbuhan kasih sayang tersebut, dengan tanpa merusak nilai-nilai kemanusian yang
suci.
Jangan sampai bertindak kasar
terhadap, istri , anak dan
keluarga. Jangan keluarkan bahasa kasar dalam rumah tangga. Karena itu akan
menurunkan kekasaran pula pada
anak-anak kita. Tetapi berikan pengertian
yang sopan, sehingga apa yang
kita sampaikan itu dapat di terima dan pahami oleh istri, anak dan keluarga.
Saling mendengarkan pendapat dalam keluarga, berikan kesempatan untuk
istri berbicara mengenai suatu pendapat,
begitu juga dengan anak berikan ia untuk
berpendapat, kalau tidak sesuai
dengan keinginan kita, maka
berikan pengertian yang dapat dia mengerti
dengan mudah.
Bila dalam rumah tangga terjadi masalah, mohon pada Allah dengan penuh khusu, sesuai dengan
keyakinan yang kita miliki, jangan sampai datang
ke tempat dukun atau paranormal, atau juga dokter psikologi. Kalau sampai ke dukun akan
menjadi bertambahnya masalah.
Datanglah menemui para ulama, dokter, dan juga orangtua mohon nasehat, bukan menuduh
atas kesalahan yang di lakukan istri,
atau yang dilakukan suami. Karena itu bukan justru selesainya persoalan tetapi
akan menambah persoalan yang baru lagi.
Bila anak berbuat kesalahan, panggil dengan sopan, berikan
pengertian yang dapat ia pahami, yang mudah di mengerti oleh anak. Dengarkan keluhanya, jangan sampai mengeluarkan
kata-kata kasar pada anak, apalagi kalau
sampai memukul. Jangan buat anak menolak pengertian yang
kita sampaikan.
Keluahan yang di sampaikan oleh
anak, tanggapi dengan sopan, jangan hina anak di depan teman-temanya, jangan pula
kita remehkan dia di depan teman-temanya. Dengarkan anak bila sedang berbicara, supaya dia merasa
sangat di hargai.
Terhadap tetangga berikan
hormat padanya, bila ia kurang
mengahargai kita, tidak sopan
pada kita. Maka bersabarlah,
karena hal itu merupakan ujian
bagi kita dan keluarga.
Bila ada keluarga yang kurang mampu,
berikan santunan kepadanya, kalau ada
keluarga yang mohon bantuan kepada kita berikan
bantuan itu walaupun sedikit. Di saat kita memberikan sesuatu,
apakah itu sedekah , jangan sampai mengeluarkan kata-kata yang kasar kepadanya,
karena itu akan sangat menyakitkan hatinya.
Santuni anak yatim dan piatu, bila
mampu sertakan dia dalam rumah
tangga kita, bombing dia sehingga besar. Jangan di makan hartanya, bila
ia ada warisan untuknya, berikan padanya
atur penggunaanya, sehingga ia
dapat menggunakanya hingga ia dewasa dan
dapat hidup dengan mandiri.
Bila ada tersandung perasaan yang kurang
baik, atau datangnya masalah dari luar, yang mengganggu dalam rumah
tangga. Atau ada persoalan
yang menyangkut tindakan keluar, baiknya
di musyawarahkan, keluarkan
hasil dari kemufakatan bersama. Kalau
tindakan sudah merupakan hasil dari musywarah, maka jika terjadi juga
kesalahan, maka itu adalah sudah
merupakan hasil persetujuan bersama, tidak ada lagi orang yang akan di salahkan.
Bila ada ada tamu yang
datang dalam rumah tangga kita.
Hormati mereka, hargai mereka,
terima dengan sopan dan santun. Sehingga
ia merasa sangat di terima, kehadiranya
di dalam rumah kita. Jangan buat kecewa tamu
yang datang ke rumah
kita.
Setahun sekali bersama keluarga pergi tamasya, ke kampung halaman, atau ke tempat tujuan wisata, dalam negeri atau luar negeri.
Sehingga keluarga merasakan keharmonisan . Di sanalah akan terdapat keceriaan, sehingga makin membuat semangat hidup
dalam keluarga. Saling
keterbukaan diantara
keluarga di saat tamasya
tersebut.
Bagian IX
MEMBAGI KEBAHAGIAAN
Manusia yang paling
bahagia ialah orang yang
memiliki hati, bahwa Allah
selalu bersamanya, memiliki jiwa
yang sabar dan
rela atas apa yang ia
miliki.
Timbul pertanyaan yang
mejadi gejolak dalam jiwa, Bagaimana sih sesungguhnya orang yang telah
merasakan bahagia itu ?
Kembali suatu rumusan
yaitu untuk merasakan
atau seseorang yang
telah menikmati bahagia
itu ada tanda-tandanya.
Yang
pertama adalah suka
megingat-ingat dosa yang
telah lalu, dengan
selalu ia mengingat-ingat dosanya, ia
tak ingin melakukan
dosa itu lagi,
berusaha untuk menghindarinya dari perbuatan tersebut.
Kedua adalah ia melupakan
kebaikan yang telah lalu, karena
dengan ia melupakan kebaikan
yang telah ia perbuat ia tidak
menjadi sombong, angkuh,
merasa selalu berjasa, sehingga selanjutnya ia tak pernah
henti untuk selalu
berbuat kebaikan pada sesama
umat manusia yang
lainnya.
Ketiga adalah
dalam urusan agama
melihat kepada orang
yang lebih tinggi,
maksudnya ia selalu menghormati
siapapun pada lebih
tua darinya, tanpa ia
melihat status orang
tersebut, menghargai guru, ulama dan tokoh agama. Meskipun ia
lebih muda darinya .
Karena ilmu
dapat diperoleh dari
siapa saja, meskipun
terkadang muncul ilmu
dari seorang anak
kecil, kemana ia melangkah
tak pernah meremehkan
orang lain. Marilah berpikir bahwa, orang yang lebih tua,
lebih banyak ilmunya, orang yang sebaya ia lebih berilmu darinya, hormat dan
kasih sayanglah kepada yang lebih muda,
karena orang yang lebih muda, belum memiliki
noda dan dosa, sehingga selalu memnadang orang
lain itu dengan posistip.
Keempat,
Dalam urusan dunia suka
melihat kepada orang
yang lebih rendah,
ia selalu memberikan kesempatan
pada orang lain tanpa
ia memaksakan keinginanya
pada orang lain, karena
dibalik perbuatan orang itu
kadang tersembunyi makna
untuk diri kita
namun kita saja
terkadang tidak dapat
memahaminya. Meskipun sesungguhnya
apa yang telah
disampaikan orang tersebut
tidak begitu begitu benar, terkadang
jauh apa yang telah
disampaikanya kepada kita.
Itu
adalah kebahagiaan orang-orang yang beriman , yaitu orang-orang
yang bertaqwa pada Allah, pada sang maha pencipta.
Kalau demikian tentu saja ada kebahgian yang menurut orang-orang awam,
yaitu kebahagiaan yang dirasakan oleh banyak orang, atau kebahagiaan yang di rasakan
pada umunya.
Menjadi pertanyaan adalah, mengapa
orang-orang yang beriman itu akan selalu mengingat –ingat dosa yang telah lalu?
Karena itu baginya jalan untuk mereka mendekatkan diri pada Allah adalah yang paling utama dari
segala-galanya.
Jadi kalau selama ini ia senang
dengan judi, maka ia akan total behenti dari judi, kalau ia senang dengan maksiat, maka ia dengan total berhenti
dari maksiat, kalau ia selama ini senang dengan hasil yang haram-haram maka ia
hentikan itu pekerjaan haram tersebut.
Jika ia seorang serakah maka ia akan
hentikan perbuatan yang serakah itu, bukan bahkan bertambah jadi perbuatanya.
Saya mulai banyak sedekah, perduli dengan kaum sesamanya.
Jika ia selama ini tidak belajar
ilmu agama, maka ia akan belajar, untuk mengetahui apa makna dari perbuatan dirinya
tersebut, agar tahu manfaat dari semua
harta yang sedang dia miliki saat
ini.
Ingin ia berusaha
untuk membantu atau membagi agar harta ia miliki sesuai dengan aturan
yang ada dalam hukum agama atau hukum Negara, baru ia tahu bahwa kebahagiaan bagi
dirinya itu adalah
juga kebahagiaan bagi orang lain yang ada di
sekitarnya.
Ada suatu pertanyaan, Siapakah
orang-orang yang bahagia itu? Orang yang
bahagia itu adalah orang –orang yang mau melupakan kebaikanya yang telah lalu.
Berlaku sopan pada siapa saja, dan
juga santun, baik pada orang yang
miskin, atau juga dengan orang yang kaya.
Tidak akan ia berkata,”Ah…sianu itu berhasil
karena aku….” Tidak akan ia meningat-ingat jasa-jasanya, ia tak akan
mengingatnya.
Jadi jangan pernah, ingat lagi kalau
kita telah menolong orang lain itu, hendaknya kebaikan yang telah di buat itu
lupakanlah, biarlah itu hanya rahasia
kita dengan orang-orang yang telah bantu atau yang telah di tolong itu.
Mengapa demikian, agar kita
selanjutnya mau kembali menolong orang
lagi, kalau itu kita ingat, maka akan mengalami
kekecewaan pada diri kita,
karena orang yang telah kita bantu, akan belum tentu mau juga
membalas kebaikan yang telah
lakukan padanya, atau bahkan
mungkin ia akan memfitnah kita, dengan cara apa saja.
Mau kita meluangkan waktu untuk hal-hal yang di gunakan oleh orang
lain, Mau menyelamatkan orang lain,
karena kita mampu untuk melakukanya.
Jika ia seorang yang tak
memiliki suatu pekerjaan, kita mampu
untuk memberikan jalan bagi pada suatu pekerjaan, atau kita beri jalan
baginya untuk suatu pendidikan, sehingga ia memiliki
keterampilan yang mampu
akan memberikan untuk kehidupan dirinya
dan bahkan berguna bagi orang itu
hingga pada masa depanya.
Seorang yang tak memiliki modal usaha kita bantu mereka dengan modal, atau kita bantu ia
pada sebuah rekan yang dapat memberikan pekerjaan baginya.
Di dalam melakukan kebaikan itu, penuh dengan
keihklasan, ras kerelaan, dengan tanpa mengingat-ingat jika itu
telah kita lakukan. Biarlah
kebaikan itu, berlalu bersama
dengan hembusan yang berlalu, tanpa kita
sesali jika itu pertolongan akan membawa dampak yang mengecewakan kita.
Bantulah
orang yang tidak
mampu untuk berobat, sehingga ia
selamat dari penyakit yang dia derita, itulah pembagian
pertolongan yang kita berikan, tutup pertolongan ini hanya sampai pada kita, orang tahu apa yang telah kita bantukan itu, itulah nilal dari suatu
pembagian kebahagiaan itu.
Datanglah ke tempat dimana, di
ajarkan dengan aturan tuntunan beretika,
terhadap manusia sesama manusia, sesama mahluk lainnya ciptaan Allah , juga
tahu kasih sayang pada hewan, karena hewan juga ciptaan Allah, ia juga tahu
akan kasih sayang pada alam yang ada di sekitarnya, betapa persahabatan mahluk
ini yang
ada di muka bumi.
Buat komunitas keluarga, arisan
keluarga, dalam rumah tangga, antara
tetangga, antara rukun tetangga. Berkumpul untuk membicarakan bantuan sosial,
yaitu berusaha bagaimana agar dapat
memberikan atau membagi kebahagiaan itu pada
orang lain, yang sangat
membutuhkan bantuan itu.
Datangi orang yang sedang dalam keadaan
di timpa oleh musibah, apa saja itu bentuknya, secara harta, secara tenaga, atau juga saran dan
usulan agar oarng itu keluar dari penderitaanya.
Jadi
bukan musyawarah yang akan
mencelakai orang lain, atau hanya untuk
kepentingan diri saja, tapi marilah bicara secara pribadi tapi untuk kepentingan orang lain
yang sangat membutuhkanya. Bicaralah dengan kelompok,
untuk kepentingan diri dan juga untuk orang lain.
Mengajak
masyarakat untuk selalu saling
membantu, saling membagi, untuk kepentingan orang
lain, jangan memberikan peluang
pada orang lain untuk saling
tidak perduli, tapi marilah untuk
segera memasyarakatkan saling perduli
pada manusia.
Jangan sampai kita
membiarkan kemiskinan yang ada di sekitar kita, karena itu akan membawa dampak pada
kita, lalu mengapa kita
berpikir untuk mmberikan kebahagiaan itu sedikit
pada orang lain.
Sehingga ia
tidak merasakan bahwa mereka itu, tidak tinggal sendiri berada
di muka bumi ini, bahwa
masih ada orang
lain yang bearada di dekatnya, orang yang masih dan mau
membantu mereka.
Jika demikian berjalan, maka akan munculnya kehidupan
yang normal, tidak manusia tanpa suatu
derita, namun akan terkubur dalam jika
kita saling membagi kebahagiaan itu. Masyarakat
akan berjalan dengan normal, kalau saja
kita biarkan, maka akan muncul
kehidupan yang abnormal, adanya saling
curiga mencurigai.
Jika terjadi ketidak perdulian, maka akan muncul ketidak amanan, disana
akan muncul kriminalitas, keamanan masyarakat akan
segera terganggu, saling rampok,
saling tuding dalam bentuk nyata ataupun
tidak nyata.
Ketenangan
tidak akan terasa di tempat yang demikian, karena masyarakat
akan tertanam saling tidak percaya, lahirnya perasaan yang was-was, curiga pada siapa saja, apalagi jika orang yang baru
di kenal.
Saling fitnah akan
muncul dimana-mana di daerah ini, masyarakat akan saling mementingkan diri sendiri, masyarakat akan
selalu tidak betah pada
daerah itu. Hukum agama tak berguna
lagi, masyarakat hanya
percaya pada orang-orang
yang saling berhubungan dengan mereka saja.
Artinya hanya agama
yang dapat memberikan
tuntunan pada kita, sehingga juga akan
terbuka untuk mengikuti atauran
pada hukum Negara. Di sinilah fungsi
dari para tokoh
agama, untuk selalu menyerukan
agama seringnya mengikuti
atauran dalam agama msing-masing.
Ulama dan para tokoh
agama, tak pilih kasih dalam
menyampaikan tuntunan agama,
sehingga semua masyarakat
dapat menerima, bagaimana tuntunan
yang dapat di
ikutinya adalah benar dan
juga adil.
Setelah kita
belajar dan memahami
apa-apa yang pantas dan
sesuai aturan dalam agama yang
kita ikuti, untuk tetap saling membagi diri kita, untuk menikmati kebahagiaan, itu
setelah kita masuk dalam komunitas ajaran agama, yang
telah membimbing kita untuk tepatnya dalam membagi kebahagiaan
itu pada
orang lain.
Menjadi pertanyaan sekarang kepada
siapa kita belajar tentang aturan hidup? aturan agar kita
hidup di muka
bumi ini dengan tuntunan yang benar
dan kita akan dapat bertindak adil.
Jangan sampai kita
belajar pada orang-orang
yang bersekutu dengan
iblis, kalau ini terjadi maka akan timbul, sipat serakah, kejam, tak akan pernah perduli pada
orang lain. Jangan sampai
kita bertanya pada dukun-dukun atau
pada para normal, kalau ini yang terjadi. Maka akan
kita rasakan, perbuatan kejahatan yang akan terulang lagi, hingga
berkali-kali.
Berdialoglah pada
ulama-ulama, agar mereka dapat
menyampaikan jalan yang terbaik, menurut aturan agama
juga menurut aturan hukum
Negara yang berlaku
dalam negera kita.
Para ulama adalah memiliki tanggungjawab secara
dunia, yaitu hukum Negara, juga memiliki hukum agama
secara dunia dan juga
secara akhirat. Miliki waktu yang
tepat untuk kita selalu berdialok, karena jangan sampai
kita akan menjadi sia-sia di
atas bumi ini.
Jangan pula hanya tertuju
pada agama saja, sehingga tak
lagi peduli pada
orang lain, sehingga hidup hanya
berpikir untuk ibadah, tak lagi perduli pada keluarga dan orang
lain, tapi pekerjaan dan
peragulan adalah penghubung
dalam hidup kita
selanjutnya.
Jika berjalan sesuai
aturan dengan agama, sesuai
dengan aturan etika,
dan rumah tangga, juga
sesuai dengan hukum Negara.
Maka hidup ini akan
berjalan dengan baik serta
normal, kerukunan di kampung
itu akan berjalan baik, ketenangan akan
tercipta dengan sendirinya.
Para pendatang akan
tenang bila berkunjung di tempat
itu, karena etika dan sopan santun yang
datang mereka rasakan begitu nyaman.
Maka kebahagiaan akan berjalan baik, akan terbagi dengan sendiri, penuh ihklas dan kesadaran
pada sesama manusia yang
ada itu sendiri. Kan tercipta saling
membagi, saling perduli, terjalin
kerukunan yang sejahtera dan
bahagia, menuju masyarakat yang makmur dan
damai.
Jika yang terjadi, maka itu akan
dapat menopang manusia itu, agar bahagia dan sekaligus mampu untuk membaginya. Bahwa urusan dunia itu
adalah juga utama, karena akan
membawa pada urusan lainnya.
Jadi pilihan dalam hidup
itu harus dan
tetap ada, apakah itu baik ataukah
itu buruk, tapi itulah
pilihan kita sebagai
manusia yang bertanggungjawab di
muka bumi ini.
Tempatkan posisimu, agar tidak salah dalam menempatkan
diri, karena ada juga merasa bahagia padahal ia bahagia dalam hal
yang menyimpang, sehingga karena
kemiskinan ia pada akhirnya mengagungkan orang yang
telah memberikan sedikit uang
padanya.
Boleh kita bersyukur pada orang yang
memberikan sesuatu tapi
jangan sampai kita bahkan melupakan
bahwa ada yang lebih memiliki kekuatan dari itu semua, yaitu Sang Maha Pencipta bumi dan langit berserta dengan isinya.
Manusia itu mulia meskipun ia
mencari nafkah dengan cara mencari barang bekas, untuk mendapatkan uang bagi
kehidupanya, di banding ia mencari nafkah dengan hanya sebagai seorang
pengemis, yang mengharapkan belas kasih sayang orang. Namun hina dalam kodratnya
sebagai manusia, yang patut
untuk saling harga mengahargai,
dal;am segal bentuk kehidupan yang ada
di muka bumi
ini.
Berikan penghormatan pada yang lebih tua, atau pada yang
lebih muda adalah kasih dan sayang, itu juga
membagi bahagia.
Kalau kaya tapi pelit, itu artinya kehdiupan hanya di
isi hanya untuk kepentingan diri saja
dan serahkah, mengapa kita tak sedikit berbagi
pada orang lain, dari hasil jerih
payah yang kita miliki
itu?
Bila kita telah memberikan barang yang berharga pada orang yang sangat
membutuhkan itu, maka hal ini akan adanya komunikasi, sehingga terjalin hubungan yang
harmonis.
Pernahkah kita
dengan rasa ihklas, untuk mendengarkan
keluhan yang ada dari orang-orang
yang tidak mampu, sehingga dengan mendengarkan keluhan
itu, kita akan terasa bahagia dalam jiwa
kita. Bahwa sesungguhnya
kita ini sangat
di butuhkan oleh
orang lain.
Kebahagiaan ini yang sangat
jarang di rasakan oleh orang lain, walaupun ia kaya, tapi
nilai nya yang sangat tinggi, karena bila kita mampu
mendengarkan keluahan orang-orang
miskin maka beberapa penyakit yang
ada dalam diri kita akan
secara perlahan –lahan lenyap. Penyakit
ini tak dapat di obati dengan medis sekalipun, atau dengan
tradisional sekalipun, hanya dengan
silahturahmi dengan orang miskinlah obatnya.
Masihkah kita
bertanya-tanya, mengapa harta yang aku
peroleh dengan susah payah, lalu harus aku bagi pada orang lain?
Jawabanya, adalah karena harta yang
kita miliki dan kita peroleh dengan itu, adalah ada bagian milik orang lain.
Nah, kalau itu tak kita berikan maka hak itu akan diambil dengan paksa, yaitu
oleh yang telah memberikan harta itu pada kita, dengan caranya tersendiri.
Hidup akan bahagia kalau kita terasa
senang bila kita mampu menolong orang lain. Bergabunglah bersama-sama orang yang
mau dan saling nasehati,
saling bantu dalam kebaikan.
Bersama orang yang mau bergabung, dengan dapat saling bantu menuju semangat hidup yang mulia, bersama dalam menjalini hidup yang
berguna, pada langkah-langkah, adanya kesabaran dan lahirnya derajat
yang mulia di hadapan sesama manusia, juga akan mulia di hadapan
Allah, sehingga selalu tenang dalam melangkah.
Jadi wujud dari
membagi itu adalah
suatu penjabaran dari
sebuah perintah,kita simak sebuah
kisah haru yang tak
pernah terlupakan, suatu history
lama yang sangat
melegenda di dunia
ini. Itulah kisah nabi Adam
dan Hawa. Betapa sedih
hati Adam, karena menyendiri
di dalam surga, tetapi
ia tak juga
bahagia padahal sudah tinggal di
dalam sorga.
Maka
nabi Adam memohon
pada Allah, “Ya tuhan jangan
engkau biarkan aku
sendiri, sepi rasanya di surga ini
tanpa ada yang
menemaniku.
Lalu
Tuhan menyeru, ”hai Adam, jika
kau ingin merasakan bahagia, dalam
hidupmu di surga
ini, kau harus mau
membagi agar kau
tercapai kebahagiaan yang
kau inginkan.”
Sehingga Nabi Adam
rela untuk memberikan
tulang rusuknya, sehingga terciptanya
Hawa, sebagai pendamping kehidupanya
di alam sorga, yang ia rasakan sangat sunyi
dan sepi itu.
Ini
wujud dan bentuk
kebahagiaan, yang sudah jelas bahwa
kebahagiaan itu adalah wujud
atau perkembagan dari
membagi, lalu membagi itu
sangat butuh pengorbanan. Ini kembali pada
keinginan dari suatu kebahagiaan
tersebut.
Artinya bahagia
itu akan berjalan
dengan baik, dengan kita
mau membaginya pada
orang lain. Tidak berguna
uang banyak bila
kita hanya berada
di atas gurun yang beribu-ribu kilo meter
jaraknya. Tapi kita butuh
air yang meskipun hanya dalam setetes air
yang kita butuhkan
itu.
Tak berguna harta
yang berlimpah jika
kita tinggal di sebuah pulau yang di
penuhi dengan emas, tapi
kita hanya hidup
sendiri tiada orang
lain di tempat
itu. Bukankah orang itu
di sebut kaya
karena ada orang
miskin di sekitarnya. Dan sebaliknya ia
di sebut miskin
karena ada orang
yang lebih berharta dari
dirinya.
Jadi bahagia itu
ada karena ada
orang lain yang tak
pernah merasakan bahagia, yaitu dalam
bentuk wujud materi. Meskipun tetap tidak
kita bantah, bahwa wujud
bahagia juga ada
dalam bentuk tersembunyi. Yaitu aman, tenang
dan tentram.
Kesuksesan itu
perlu di penuhi
dengan usaha yang keras, dengan doa dan ikhtiar
yang yakin akan
tercapai. Karena tidak sukses
yang hanya di tunggu
dengan cita-cita yang tanpa di
dasari dengan usaha. Tetapi
tidak ada usaha
yang akan tenang
jika usaha itu tanpa
di dasari dengan
doa-doa.
Kalau berusaha
maka dengan tanpa
doa-doa, akan di khawatirkan, terjadinya
kekecewaan jika usaha
yang di inginkan
itu gagal, untuk mencapai suatu
usaha adalah sangat
di butuhkan orang
lain hadir bersama
kita.
Kehadiran orang
lain adalah, dengan berbagai bentuk
ragamnya, mulai ikut dalam usaha, ia ikut
berdoa, atau bahkan ikut
kerja keras memberikan modal
dalam usaha kita, tapi
kita juga harus
di bekali siap menerima
apa yang akan
terjadi.
Kalau sudah tercapai
apa yang telah di
rencanakan selama ini, maka itu wujud bahagia pantas
di bagikan pada
orang lain. Dengan atau
aturan yang sudah
berlaku dalam pekerjaan,
atau dalam sedekah.
Maka
juga perlu selalu
di ingat, bahwa tidak
semua usaha itu
akan tercapai, sesuai apa
yang kita harapakan
sebelumnya. Jika gagal maka
dari itu kita
berikhtiar, mulai mengkoreksi diri, apa yang
sesungguhnya telah terjadi. Jangan sampai
kegagalan itu akan
menuduh orang lain
yang berbuat. Tetapi pelajari
kembali, lalu ambilah langkah-langkah baru
yang lebih baik
untuk dapat kita
jalani.
Sebaliknya kalau
itu berhasil, bawa serta
keluarga, sahabat atau karyawan dengan mengungakap rasa
terima kasih kita. Maka
itu wujud membagi
akan terasa oleh
kita, juga ikut di
rasakan oleh orang
lain.
Bila
rasa syukur sudah
kita ungkapkan pada sesama
sahabat dan keluarga
serat kepada Tuhan, Maka
wujud bahagia pada
kita akan bertambah. Itu terus
bertambah sehingga akan
memberikan energi baru
kita untuk melangkah
selanjutnya.
Bila
kita mau membagi, maka
orang tunduk kepadamu, ia
menghormatimu, ia akan
selalu mengenangmu dengan penuh
hormat. Maka akan timbul
kasih dan sayang
kepadamu.
Kesuksesan yang
dibagi akan membentuk
kekuatan dan keamanan, ketentraman serta kedamaian, baik dalam
kelurga, serta bangsa.
Negara yang mau
memperhatikan pada rakyat, mau
membagi hartanya pada
rakyatnya dengan cara
kasih dan sayang, maka
bangsa itu akan
damai dan aman.
Terwujudlah kasih
sayang antar keluarga, sehingga akan
memberikan kemampuan yang kita
untuk akan selalu
memberi, dengan harta, akal
pikiran, saran, serta perbuatan,
ini yang
perlu dan sangat
di harapakan oleh
masyarakat bangsa.
Jika
demikian adalah, sukses itu
adalah bagian dari sikap yang mau
memberi, karena dari sikap mau
membagi itu akan
mengahapus permusuhan antar keluarga, antara tetangga, antara kampung
dengan kampung lainnya, antara suku dengan
suku lainnya, antara bangsa
dengan bangsa lainnya.
Disamping itu juga
manusia harus mampu
menerima, tapi juga harus
menolaknya. Karena tak
merasa bahagia jika
kita hanya mampu menerima
tapi tidak mampu
untuk menolaknya. Karena kalau
kita tak mampu
menolak, maka banyak hak
orang lain yang di
gunakan bukan pada
tempatnya.
Jika ini yang terjadi, maka
wujud bahagia tidak
akan tercapai, rumah tangga akan
saling curigai, akan saling
iri, sehingga selalu berniat
akan mencelakai orang lain. Itu
karena untuk kepentingan
dirinya saja, yang tak
memperdulikan kalau itu
hak orang lain. Bangsa
akan terjadi aksi-aksi, karena telah
mengambil hak orang
lain dengan cara
paksa, terjadi korupsi di
mana-mana, penindasan
terjadi di segala
usaha, penguasaan hanya oleh
satu orang saja.
Jika kita sudah
membiasakan untuk memberi, maka
kelurga akan ikut sipat ituyang juga suka memberi, misalnya, kepada masyarakat,
pada bangsa sehingga kerukunan bangsa
akan terlaksana dengan baik, aturan
akan jalan, keadilan akan
di tegakan.
Jika
kita senang membagi, maka harta yang
kita miliki akan terjaga, kesuksesan yang
telah kita capai
akan menjadi berkah. Akan memberikan
nikmat yang benar-benar
dapat kita rasakan, oleh
diri pribadi atau
juga oleh orang
lain.
Diberikan padanya
energi baru, yang akan
selalu memberikan kekuatan,
pemikiran untuk selalu
membangun kembali bahagia
yang baru, untuk dirinya
dan juga orang
lain. Bahkan orang lain
akan ikut berjuang
bersamanya, untuk dapat mensukseskan
apa yang di cita-citakanya.
Tidakah kita
tahu bahwa, untuk sebuah perusahaan
itu di dukung oleh
banyak orang. Karena orang
lain juga ikut
untuk merasakan kesuksesan
itu, tapi kita harus
adil dalam membagi
yang sesuai dengan
aturan dalam usaha tersebut.
Suksesnya suatu
Negara karena para
menterinya sangat mendukung
presidennya, gubernurnya
mejalankan aturan pembangunan
yang sudah terencana sesuai
dengan program yang benar.
Tidak ada pelanggaran
hukum yang membuat rakyat
rasa di tipu, tidak
terjadi korupsi dalam
negera itu.
Pemerintahan yang
selalu memperhatikan pembangunan
yang untuk lebih memakmurkan
bangsanya, untuk kepentingan rakyatnya, tidak bertindak semena-mena pada
rakyatnya.
Membagi itu
banyak hal, bisa saja
dalam bentuk harta, dalam
bentuk ilmu, dalam bentuk
nasehat, dalam bentuk tenaga. Bantuan dalam
bentuk harta dari
pribadi sudah di
wujudkan dalam agama, dengan
kekayaan harta dua setengah
persen, dengan bentuk uang, sedekah
hewan juga ada
aturanya. Yang sudah di tetapkan
jika kita mau
mengikutinya.
Mereka yang
di tunjuk oleh Negara
untuk memberikan ilmu, itu
secara sah adalah sering disebut sebagai seorang
guru yang baik,
sebagai seorang dosen
yang baik, atau sebagai
ulama yang baik. Semua
itu adalah wujud
pembagian yang sudah
di jalan oleh
pemerintah.
Dalam bentuk
lain di Indonesia
ada wujud membagi
ini kita perhatiakan
dengan baik-baik. Itu mulai dari
sekolah gratis dari
tingkat sekolah dasar
hingga Sekolah menengah
atas, ada juga beasiswa
untuk murid sekolah,
mulai dari sekolah dasar
hingga sekolak menengah
atas, bahkan beasiswa juga di
berikan di tingkat
universitas.
Lalu
pemerintah sudah memiliki
program khsusus untuk,
memberikan nasehat kepada
rakyatnya, yaitu melalui
ulama, dimana-mana ulama di tugaskan, baik secara
pribadi atau tugas Negara.
Kalau para ulama
tak ada maka
akan rusak negeri
ini, karena tidak tahu
lagi aturan moral, tingkah laku
dalam keluarga atau juga dalam lingkungan masyarakat di sekitanya.
Melalui tenaga pemerintah memberikan, para pegawai
Negara, mulai dari
mentri hingga sampai
dengan RTnya, yang siap
melayani rakyatnya dengan segala
upaya dan program
yang sudah di tentukan
oleh Negara.
Jadi
wujud dari membagi itu
adalah memberikan kelapangan dadanya, maka lebih baik memberi daripada
kita menerima, karena
mulia kita bila memberi. Maka
kehormatan akan datang dari Allah.
Memberi ilmu
bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga
kewajiban bagi sebagai umat
manusia. Wujud membagi akan terbentuk tindakan
yang akan selalu
bermanfaat bagi dirinya
juga bagi orang
lain.
Seorang ahli hikmah berkata,
barangsiapa sedekah, namun ia telah meremehkan dengan sedekahnya itu, maka
batal pahalanya, nanti akan dilempar kewajahnya
sedekahnya itu. Itu dapat kita maknai bahwa sedekah
itu harus ihklas, membagi itu harus
ihklas, dengan harapan akan
mendapat pahala dari Allah, jangan meremehkan orang yang menerima sedekah itu, tapi hormatilah mereka, jangan menyinggung perasaanya.
Suatu contoh, bahwa sedekah itu
dapat juga kita
makan dari sedekah kita sendiri, misalnya, kita membawa air minum ke dalam masjid, tetapi kita
juga ikut minum, karena kita juga
merasa haus. Sedekah itu, atau membagi
itu bukan di nilai banyak atau
sedikit, tapi ihklas. Karena sedekah yang ihklas meskipun sedikit Allah pasti akan membalasnya.
Membagi atau memberi, atau sedekah,
berbagi pendapat, ada yang mengatakan memberi itu lebih baik tidak terlihat, ada pula memberi itu lebih baik Nampak, agar ada orang
lain yang juga mau
memberi, dengan melihat kita telah
memberi maka harapan ada orang lain juga
ikut suka memberi. Untuk membuka
kesadaran pada manusia lainnya agar terbuka hatinya perduli dengan orang
lain. Terpenting adalah mau memberi dengan ihklas.
Sikap yang selalu
mau memberi akan
memberikan ketenangan bagi
dirnya, juga akan selalu
tenang di mana
saja kita berada, akan
terjaga oleh keadaan yang
karena banyak orang senang dengan
kita, karena kita senang
memberi kepada orang
lain. Kita akan terjaga
dimana saja kita
berada.
Sungguh indah
jika kesuksesan dalam keadaan
tenang, aman dan damai, sehingga terpancar
dalam keluarga yang
bahagia, kampung yang aman
dan damai, suatu kerukunan
tetangga akan tercipta. Jika tergabung
dalam keluarga yang
bahagia tersebut, di dalam lingkungan kita.
Sumber Tulisan:
- Kitab Ahya Ulumudin di tulis oleh Imam Al Gazali
- Kitab Shaihul Ibad di tulis oleh Ibnu
Hajar Asqalani
- Al Quran
- Al Hadist
- Kompas, 2014(21-6) Sabtu.
- Ilmu Gaib Ditulis oleh Prof. Dr Muhammad
Mutawalli Sharowi
- Pendidikan Agama Islam
–Drs. A.Toto Suryana Mpd
- Dari Meja Tanri Abeng, Gagasan,
Wawasan, Terapan, dan Renungan (Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1997)
- Pendidikan Pribadi-karya Dr Fritz Kunkel dan Ruth Kunkel (Balai Pustaka)
-
Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku - Martin Handoko
Sekilas Riwayat Penulis
Nama :
M Kamil
Nama orangtua Pria :
Sidik
Nama orangtua wanita: Nurholilah
Tempat tanggal lahir :
Palembang, 21 November 1965.
Almat : Jl.Kha.Wahid Hasyim
7 ulu rt.13 Lr.Terusan II. No. 510 Palembang. 30253
Telepon : 0819-7888802
Pendidikan.
-Sekolah dasar Negeri di Palembang tamat tahun 1979
-Sekolah Menengah Pertama di Palembang tamat tahun 1983
-Sekolah Menengah Atas di Palembang tamat tahun 1986
-Sekolah Jurnalistik di Jakarta tamat tahun 1987
-Sekolah di Universtas Terbuka tahun 1998 tidak tamat di
Palembang
-Sekolah di Universitas Taman Siswa dua tahun Fakultas hukum
tidak tamat tahun 2010 di Palembang
Pengalaman pekerjaan.
-di tahun 1986 pemenang satu menulis di LIPI
-di tahun 1987 Tenaga Kerja Sukarela Butsi di Belitung
-di tahun 1988-1996 penulis lepas di media local Palembang.
-Wartawan Media Guru tahun 1997 di Palembang
-Wartawan Gema Pancasila tahun 1998 di Palembang
-Wartawan Majalah Fakta tahun 1999 di Palembang
-Wartawan Media Sumatera tahun 2000 di Palembang
-Menerbitkan buku Novel local di Palembang, tahun 2001
-Wartawan Patroli tahun 2001-2012 di Palembang
-Menulis buku Biografi ”Ramli Sutanegara” tahun 2010
-Menulis buku cerita Rakyat Sumatera Selatan tahun 2013
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan
sebenar-benarnya. Terima kasih.