oleh : M Kamil
Kalau orang datang ke Palembang dan hanya melihat di dalam kota saja
maka akan tampak bahwa Palembang ini kaya, Gedung pencakar langit
banyak berdiri dimana-mana.
Para pemimpin di daerah ini banyak yang perkaya diri mereka sendiri,
mereka beli tanah dimana-mana, jika ada kesempatan tanah yang
dapat di beli maka itu mereka beli.
Pejabat sumsel itu punya simpanan perawan dimana-mana ia suka,
tentu tanpa di ketahui istrinya , atau atau istrinya pura-pura tidak tahu.
karena dia juga punya jejaka simpanan yang ia suka,
karena suaminya selalu sibuk dengan pekerjaan dan mengumpulkan
harta dimana-mana.
Jadi yang kaya itu sesungguhnya pejabatnya saja, bukan rakyat sumsel
sadar atau tidak rakyat Sumsel telah dan sangat di bodohi oleh para
pemipinya.
Mau tahu, dimana-mana tanah yang luas dan lahan yang luas adalah
milik para pejabat, pernahakan ia tahu dalam kota Palembang ini,
masih banyak kamung kumuh, kampung keluarga m,iskin.
Kan lebih jelas lagi kalau langganan setiap bulan di kampung
kampung, akan sel;alu habis dengan beras raskin.
Para pejabat menyebutnya itu adalah kelompok raskin,
yaitu kelompok rasnya orang-orang msikin.
Sesungguhnya Sumsel itu adalah miskin
karena yang kaya itu hanya paara pejabat dan orang-orang
yang miliki perusahaan, dan mau bernegoisasi dengan orang
pemerintah.
Proyek di ciptakan hanya untuk perkaya orang -orang kaya
saja, kita lihat kalau disana ada pembangunan jalan, maka kalau anggaranya
adalah seratus juta, maka yang akan di bangun sudah nasib baik itu
proyek kalau di bangun sebesar lima puluh persen.
Belum satu tahun proyek itu jalan sudah hancur, sudah banyak lobangnya,
jadi jelas yang untung lebih dulu adalah para pejabat,
rakyat kita hanya cukup berkata, untung...jalan kita sudah di bangun.
kalau tidak bagaimana kita?
Pejabat hanya berebut bagaimana caranya agar menjadi kaya,
anggota DPRD hanya berpikir bagaiaman caranya kita jadi kaya,
punya tanah yang banyak, mobil yang sejumlah keluaraga,
punya istri simpanan.
Tak perduli rakyat mau apa,
mereka hanya berkata, kalau mereka yang menjabat
semuanya sama saja, tak akan beda.
Sudahlah jangan kita sok alim,
mau bela hak rakyat,
apa rakyat juga tahu kebutuhan kita.
tentunya tidak.
Selagi punya jabatan, hantam saja
lagi punya kesempatan sikat saja.
Kriminal terjadi dimana-mana,
hukum hanya sebagai si,mbul untuk mencari uang,
petuygas pilih-pilih kasus, pengacara menjadi calo hukum
untuk memperkaya diri.
Inilah sesungguhnya Sumsel itu miskin.
Ulama hanya mau bicara yang baik-baik saja,
tak mau ia nasehati atau bicara lantang
pada pejabat yang jelas-jelas ia kuruptor,
orang kaya berani ia marah-marah pada ulama,
karena ia banyar mahal itu ulama.
kalau rakyat tidak bangkit
dan lawan merekja yang koruptor,
maka selamanya harta ini akan di buat mainan oleh pejabat.
rakyat sebagai pencari uang untuk pejabat,
sadar atau tidak rakyat di perbudak oleh pejabat.
Kalau orang datang ke Palembang dan hanya melihat di dalam kota saja
maka akan tampak bahwa Palembang ini kaya, Gedung pencakar langit
banyak berdiri dimana-mana.
Para pemimpin di daerah ini banyak yang perkaya diri mereka sendiri,
mereka beli tanah dimana-mana, jika ada kesempatan tanah yang
dapat di beli maka itu mereka beli.
Pejabat sumsel itu punya simpanan perawan dimana-mana ia suka,
tentu tanpa di ketahui istrinya , atau atau istrinya pura-pura tidak tahu.
karena dia juga punya jejaka simpanan yang ia suka,
karena suaminya selalu sibuk dengan pekerjaan dan mengumpulkan
harta dimana-mana.
Jadi yang kaya itu sesungguhnya pejabatnya saja, bukan rakyat sumsel
sadar atau tidak rakyat Sumsel telah dan sangat di bodohi oleh para
pemipinya.
Mau tahu, dimana-mana tanah yang luas dan lahan yang luas adalah
milik para pejabat, pernahakan ia tahu dalam kota Palembang ini,
masih banyak kamung kumuh, kampung keluarga m,iskin.
Kan lebih jelas lagi kalau langganan setiap bulan di kampung
kampung, akan sel;alu habis dengan beras raskin.
Para pejabat menyebutnya itu adalah kelompok raskin,
yaitu kelompok rasnya orang-orang msikin.
Sesungguhnya Sumsel itu adalah miskin
karena yang kaya itu hanya paara pejabat dan orang-orang
yang miliki perusahaan, dan mau bernegoisasi dengan orang
pemerintah.
Proyek di ciptakan hanya untuk perkaya orang -orang kaya
saja, kita lihat kalau disana ada pembangunan jalan, maka kalau anggaranya
adalah seratus juta, maka yang akan di bangun sudah nasib baik itu
proyek kalau di bangun sebesar lima puluh persen.
Belum satu tahun proyek itu jalan sudah hancur, sudah banyak lobangnya,
jadi jelas yang untung lebih dulu adalah para pejabat,
rakyat kita hanya cukup berkata, untung...jalan kita sudah di bangun.
kalau tidak bagaimana kita?
Pejabat hanya berebut bagaimana caranya agar menjadi kaya,
anggota DPRD hanya berpikir bagaiaman caranya kita jadi kaya,
punya tanah yang banyak, mobil yang sejumlah keluaraga,
punya istri simpanan.
Tak perduli rakyat mau apa,
mereka hanya berkata, kalau mereka yang menjabat
semuanya sama saja, tak akan beda.
Sudahlah jangan kita sok alim,
mau bela hak rakyat,
apa rakyat juga tahu kebutuhan kita.
tentunya tidak.
Selagi punya jabatan, hantam saja
lagi punya kesempatan sikat saja.
Kriminal terjadi dimana-mana,
hukum hanya sebagai si,mbul untuk mencari uang,
petuygas pilih-pilih kasus, pengacara menjadi calo hukum
untuk memperkaya diri.
Inilah sesungguhnya Sumsel itu miskin.
Ulama hanya mau bicara yang baik-baik saja,
tak mau ia nasehati atau bicara lantang
pada pejabat yang jelas-jelas ia kuruptor,
orang kaya berani ia marah-marah pada ulama,
karena ia banyar mahal itu ulama.
kalau rakyat tidak bangkit
dan lawan merekja yang koruptor,
maka selamanya harta ini akan di buat mainan oleh pejabat.
rakyat sebagai pencari uang untuk pejabat,
sadar atau tidak rakyat di perbudak oleh pejabat.
No comments:
Post a Comment