Sunday, 30 December 2018

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 PALEMBANG



SKRIPSI
Oleh :
FITROYANSYA
Nomor Pokok Mahasiswa 12610022
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika

 
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TAMANSISWA
PALEMBANG
2015

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................
1.1  Latar Belakang ........................................................................................  
1.2  Masalah Penelitian...................................................................................
1.3  Rumusun Masalah....................................................................................
1.4  Tujuan Penelitian.....................................................................................
1.5  Manfaat Penelitian...................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................
2.1  Pembelajaran Matematika........................................................................
2.2  Kemampuan Berpikir Kritis Matematis...................................................
2.3  Pembelajaran Kooperatif.........................................................................
2.4  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)
2.5  Peranan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dalam Melatih Kemampuan Berpikir Kritis Matematis........................................................................
BAB III PROSEDUR PENELITIAN..........................................................
3.1  Variabel Penelitian...................................................................................
3.2  Definisi Operasional Variabel..................................................................
3.3  Subjek Penelitian.....................................................................................
3.4  Metode Penelitian....................................................................................
3.5  Teknik Pengumpulan Data.......................................................................
3.6  Teknik Uji Coba Intrumen.......................................................................
3.7  Teknik analisis data..................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................
4.1  Hasil Penelitian........................................................................................
4.2  Pembahasan.............................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................
5.1  Kesimpulan..............................................................................................
5.2  Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

 

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 PALEMBANG

ABSTRAK
Oleh  :  Fitroyansya
Kurangnya variasi dan inovasi dalam proses pembelajaran menyebabkan lemahnya perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Variabel penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematis. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.d  di SMP Muhammadiyah 1 Palembang yang berjumlah 30 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes (pretes dan protes). Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik gain ternormalisasi (g). Dari hasil pretes didapat nilai rata-rata siswa adalah 43,4 sementara hasil postes didapat nilai rata-rata siswa 52,5. Berdasarkan analisis statistik gain ternormalisasi (g) didapat bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sebesar 0,255. Data ini dikonversikan ke dalam kriteria menurut Hakke termasuk dalam kriteria rendah.

Kata kunci : Model Kooperatif Tipe TGT, Kemampuan Berpikir Kritis Matematis, Statistik gain Ternormalisasi.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan merupakan kehidupan bagi setiap manusia. Pendidikan menjadi penting sebab tanpa pendidikan manusia akan menjadi terbelakang dan sulit berkembang. Dengan demikian pendidikan harus menjadi usaha untuk menghasilkan manusia yang baik, berkualitas dan mampu nbersaing dalam rangka menyongsong era globalisasi dimana manusia dihadapkan pada perubahan yang tidak menentu. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistic. Hal ini dapat dilihat dari filosofi pendidikan yang intinya untuk mengaktualisasikan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer, yakni : (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan dan ketaqwaan, etika dan estetika, serta akhlak mulia dan budi pekerti luhur; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali ilmu pengetahuandan mengembangkan serta menguasai teknologi, dn (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan keterampilan teknis dan kecakapan praktis (Depdiknas, 2005)
Disamping permasalahan tersebut diatas, dalam proses pembelajaran matematika, kebiasaan membaca sambil berpikir dan bekerja sampai dapat memahami informasi belum menjadi kebiasaan siswa. Dalam hal ini muatan mekanistik masih terlampaui besar dan muatan penalaran masih terlampau kecil. Matematika belum menjadi "sekolah berpikir" bagi siswa kita, karena pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan pembelajaran konvensional yang banyak menerima suatu informasi tanpa kepedulian dan langsung dilupakan.
Dalam kegiatan pembelajaran konvemsional, proses pembelajaran biasanya dimulai dengan menjelaskan konsep secara informatif, memberikan contoh soal kemudian diakhiri dengan pemberian latihan soal-soal. Akibatnya dalam belajar matematika lebih diarahkan pada proses menghapal dari pada memahami konsep. Menurut Mukhayat (Soemakim, 2013: 43) " belajar dengan menghapal tidak terlalu banyak menuntut aktivitas berpikir anak dan mengandung akibat buruk pada perkembangan memtal anak. Anak akan cenderung suka mencari gampangnya saja dalam belajar. Anak akan terbiasa menerima begitu saja apa adanya mengakibatkan anak tidak terbiasa untuk berpikir kritis."
Menurut Polla (Kesumawati, 2009) " Pendidikan matematika di Indonesia, tampaknya perlu reformasi terutama dari segi pembelajarannya. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini begitu banyak siswa mengeluh dan beranggapan bahwa matematika itu sangat sulit dan merupakan momok, akibatnya mereka tidk mnyenangi bahkan benci pada pelajaran matematika."
Siswa memandang matematika adalah pelajaran yang sulit. Oleh karena itu, guru matematika perlu merancang model pembelajaran yang dapat mengubah gaya belajar siswa yang belajar pasif menjadi aktif, menyenangkan dan menantang. Maka diperlukan model pembelajaran kooperatif, yaitu suatu cara pendekatan yang khusus dirancang untuk memberi motivasi atau dorongan kepada peserta didik agar belerja samaselama berlangsungnya proses pembelajaran. Salah satunya adalah melalui model pembelajaran tipe Team Games Tournaments (TGT).
TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya sama seperti mereka. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan penelitin " Kecakapan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team game tournament (TGT)" dan hasilnya bbaik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMP Muhammadiyah 1 Palembang diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa masih belum mampu memaksimalkan daya pikir mereka ketika dihadapkan masalah. Hal ini menjadi indikator bahwa kecakapan berpikir kritis matematissiswa masih rendh. Kemudin dalam proses pembelajaran guru masih relatif menggunakan pembelajaran konvensional.
Bedasarkan uraian diatas maka peneliti mencoba menggunakan pembwlajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) untuk melatih kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui penelitian berjudul "model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) untuk melatih kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP Muhammmadiyah 1 Palembang".
1.2  Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, namun masalah dalam penelitian ini adalah " bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT)?"
1.3  Penbatasan masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Kemampuan berpikir matwmatis dilihat dari hasil tes siswa yang disesuaikn dengan indikator kemampuan berpikir kritis yang muncul pada hasil tes siswa.
2.      Indikator kemampuan berpikir kritis yanga akan dinilai
a.       Memfokuskan pertanyaan
b.      Menganalisa argument
c.       Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil
3.      Materi yang akan diajarkan dan diambil tesnya adalah bangun rung limas pokok bahasan unsur dan luas permukaan limas.
4.      Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII.d semester genap tahun Ajaran 2014-2015 di SMP Muhammadiyah Palembang.

1.4  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).
1.5  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
a)      Bagi siswa, dapat memperoleh pengalaman dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) untuk melatih kecakapan berpikir mereka dalam melakukan pemecahan masalah.
b)      Bagi guru, sebagi mahan masukan dalam proses pembelajaran dengan lenih baik.
c)      Bagi peneliti, sebgai tambahan infoormasi yang berharga dalam mengabdikan ilmu yang diperoleh.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1  Pembelajaran Matematika
Menurut Slamento (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Bahri (2006:10) belajar adlah prosesperubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tinngkah laku, baik yang menyangkut pengertahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya dari tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika berada disekolah maupun dirumah dan keluarganya sendiri.
Belajar merupakan bagian dari pembelajaran. Pembelajaran matematika terdiri dari dua kata yaitu pembelajaran dan matematika. Menurut Surya (Fatonah, 2010:6) pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan diswa dengan siswa,, dalam rangka perubahan sikap dan pola piker yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. (Tim MKPBM, 2001:9)
Sedangkan matematika berasal dari perkataan Yunani, mathematike serupa dengan kata mathanein  yang memiliki arti belajar (berpikir). Berdasarkan etimologis perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Menurut Johnson dan Rising dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola pembuktian yang logic  dan bahasa yang digunakan memiliki makna cermat, jelas, dan akurat (Tim MKPM, 2001:18)
Soedjadi (Sidauruk, 2014) menyajikan beberapa definisi matematika yang menjadikannya penting untuk dipelajari, yakni:
1.      Cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik
2.      Pengetahuan tentang bilangan ddan kalkulasi
3.      Pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan
4.      Pengetahuan fakta-fajta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk
5.      Pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Definisi diatas menunjukkan bahwa dalam mempelajari matematika dapat membentuk seseorang dengan pengetahuan fakta-fakta kuantitatif. Selain berkaitandengan eksak, matematika juga berkaitan dengan penalaran logika, seseoang meenjaddi bertanggung jawab tentang keputusan yang diambilnya. Siswa mampu menghitunng dan menyusus angka-angka, membentuk siswa mampu berpikir dan mernalar dalam mencari penyelesaian suatu masalah yang diberikan kepadanya.
Mata pelajaran matematika disekolah perlu diberikan kepada peseta didik mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta dapat bekerja sama.
2.2  Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Tujuan berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang dikehendaki (Purwanto, 2004: 43). Menurut Reason, berpikir adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Menurutnya mengingat dan memahami lebih bersifat pasif dari kegiatan berpikir. (Palupi, 2010:7)
Menurut Robbins (Eman, 2008) Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Dengan demikian kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu.
Kemampuan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir. Salah satu contoh kemampuan berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk berbagai petunjuk dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan.
Berpikir kritis merupakan bagian dari keterampilan atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (Alvino, 1990), karena meliputi proses analisis, sintesis dan evaluasi. Keterampilan berpikir merupakan proses mental yang terjadi ketika berpikir. Ennis (Kurniasih, 2012:114) menyatakan konsep berpikir kritis trutama berdasarkan keterampilan khusus seperti mengamati, menduga, menggeneralisasi penalaran dan mengevaluasi penalaran.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh semua orang. Siswa juga perlu memiliki kemampuan berpikir kritis ini agar dapat digunakan dalam mengambil keputusan dikehidupan sehari-hari.
Sudut pandang berpikir kritis disampaikan oleg Eggen dan Kauchak (Palupi,2010) bahwa berpikir kritis adalah
1. Sebuah keinginan untuk mendapatkan informasi
2. Sebuah kecenderungan untuk mencari bukti
3. Keinginan untuk mengetahui kedua sisi seluruh permasalahan
4. Sikap dari keterbukaan pikiran
5. Kecenderungan untuk tidak mengeluarkan pendapat
6. Menghargai pendapat orang lain
7. Toleran terhadap keambiguan
Sedangkan menurut mason (2008) menyatakan ada 3 aspek penting berpikir kritis,yaitu
1. Keterampilan bernalar kritis
2. Karakter
3. Pengatahuan substansial dalam bidang tertentu
(Kurnasih,2012)
Kemudian  Eniis  (Palupi,2012) mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis,yang dikelompokkan dalam lima besar aktivitas sebagai berikut :
a. Memberikan penjelasan sederhana
b. Membangun keterampilan dasar
c. Menyimpulkan
d. Memberikan penjelasan lanjut
e. Mengatur strategi dan teknik

2.3  Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Menurut Artzt dan Newman (Trianto,2009) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa bejalar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Johnson dan Johnson (trianto,2009) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok.
Ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1.      Belajar dari teman
2.      Tatap muka antar teman
3.      Mendengarkan antar anggota
4.      Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
5.      Belajar dari kelompok kecil
6.      Mengemukakan pendapat
7.      Siswa membuat keputusan
8.      Siswa aktif
Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individu. Di samping ini belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa.
Menurut Lie (Valensia,2007:9) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam kelompok, tetapi tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Ada lima dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
1. Saling ketergantungan positif
2. Tanggung jawab perseorangan
3. Adanya tatap muka
4. Komunikasi antar anggota
5. Evaluasi proses kelompok
(Valensia, 2009: 10)
Secara teoritis, langkah-langkah umum pembelajaran kooperatif diruang kelas adalah sebagai berikut: (a) memilih metode, teknik, dan struktur pembelajaran kooperatif; (b) menata ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif; (c) merangking siswa; (d) menentukan jumlah kelompok; (e) membentuk kelompok-kelompok; (f) merancang team building untuk setiap kelompok; (g) mempresentasikan materi pembelajaran; (h) membagikan LKS; (i) menugaskan siswa mengerjakan kuis secara mandiri; (j) menilai dan menskor kuis siswa; (k) memberi penghargaan pada kelompok; (l) mengevaluasi perilaku kelompok (Huda, 2011:163)
Menciptakan lingkungan belajar yang positif adlah tugas guru sebgai pengella kelas. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang positif akan menumbuhkan motivasi dan minat siswa mengikuti pembelajaran. Apalagi dalam pembelajaran kooperatif lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar.
Manfaat pembelajaran kooperatif dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level tertentu. Terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif, setidaknya terdapat enam pendekatan yaitu STAD, JIGSAW, Team Games Tournaments (TGT), Think Pair Share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT).

2.4  Model pembelajaran koperatif Team Games Tournaments (TGT)
Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan kerja kelompok. Kelompok yang dimaksud disini bukanlah semata-mata sekumpulan orang, namun kelompok yang berinteraksi, memiliki tujuan, dan berstruktur. Model pembelajaran Team Games Tournaments (TGT) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Model ini dikembangkan oleh David De Vries dan Keath Edward pada tahun 1995 (Trianto, 2009). Pada model inj siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
Model TGT terdiri atas lima komponrn utama, yaitu:
(1) Persentasi dikelas yang dipimpin oleh guru.
(2) Tim atau kelompok.
(3) Permainan(Game). Pertanyaan dalam game dirancang dari materi yang relevan dangan materi yang disampaikan oleh guru pada presentasi kelas.
(4) Turnamen, yaitu susunan beberapa game yang dipertandingkan di meja turnamen dan dilakukan setelah presentasi kelas dan kelompok melaksanakan kelmpok.
(5) Rekognisi Tim.
(Slavin, 2005: 166)
Menurut Trianto (2010: 84) langkah-langkah pembelajaran TGT secara runtut, yaitu:
a. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.
b. Guru menyiapkan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
c. Seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.
Langkah-langkah pembeljaran Team Games Tournaments (TGT) terdiri dari lma tahapan, yaitu: (1) Persiapan; (2) Presentasi; (3) Kemlompok belajar; (4) Tes; dan (5) Penghargaan.

2.5  Peranan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dalam melatih Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Dalam kurikulum KTSP 2006 salah satu tujuan pendidikan matematika adalah melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi yang sangat erat kaitannya dengan kemampuan memecahkan masalah dengan berpikir secara kretif dan kritis (Fariha, 2013).
Dalam kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran matematika, menuntut siswa untuk aktif dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaaan kepada teman satu tim atau kepada guru. Menurut Rejeki dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa lebih belajar berani untuk tampil ke depan dan mengemukakan pendapat, belajar bersaing secara sehat pada turnamen berlangsung, belajar bekerjasama dan yang paling penting siswa merasa senang dan rileks (Valensia, 2007: 14).
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)  terdiri dari lima tahap yaitu tahap persiapan, presentasi kelas, kegiatan kelompok, tes, penghargaan kelompok. Pada saat kegiatan belajar siswa diharuskan memahami materi karena siswa akan berlatih mengerjakan soal-soal di LKS sekaligus mempresentasikan hasil jawabannya.
Pada saat kelompok, siswa harus memastikan setiap anggotanya memahami materi tersebut karena mereka harus mempersiapkan diri menghadapi turnamen (Pertandingan). Jika siswa hanya berdiam diri dalam kegiatan turnamen maka skor yang didapat tidak akan maksimal. Dengan demikian secara tidak langsung model pembelajaran tipe Team Games Tournament (TGT)  menuntut siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis mulai dari perencaan kelompok, presentasi sampai ke games  yang berbentuk turnamen.




BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

3.1  Variabel Penelitian
“Variabel adalah objek penelitan, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian” (Arikunto, 2013:161)
Variabel dalam penelitian ini adalah Kemampuan Berpikir Kritis Matematis.
3.2  Definisi Operasional Variabel
Kemampuan berpikir kritis matematis adlah kemampuan dalam memutuskan suatu melalui pertimbangan-pertimbangan dengan menggunakan akal untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dipercayai, yang dapat dilihat dari hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal tipe berpikir kritis.
3.3  Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Muhammmadiyah 1 Palembang kelas VIII.d dengan jumlah siswa 30 orang.
3.4  Metode Penelitian
“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitinya” (Arikkunto, 2013:203). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. “Penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengeanai apa yang ingin kita ketahui” (Margono,, 2009:105).
Penelitian inni merupakan penelitian deskriptif kuatitatif yang bertujuan untuk melihatbserta menggambrkan tingkat berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe TGT. Adapun desain eksperimennya adalah desain kelompok pretest-postest.
Selanjutnya langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Tahap awal
a.       Membuat RPP.
b.      Menyiapkan Sumber Pelajaran.
c.       Menyiapkan kisi-kisi Penulisan instrument dan kunci jawaban instrument.
2.      Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT di sattu kelas. Pelaksanaannya sebanyak 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama menggunakan tes awal untuk meliahat kemampuan berpikir kritis siswa, dan dipertemuan ketiga diakhir pembelajaran siswa diberikan tes kembali dengan soal yang sama pada pertemuan pertama.
3.      Tahap Laporan
Setelah dilakukan 3 kali pertemua diberikan tes akhir. Soal-soal tes mengacu pada indicator berpikir kritis. Selanjutnya peneliti mengnalisis data yang didapat melalui tes, kemudian diinterpretasiakn hasil analisis tersebut dalam pembahasan untuk mencari kesimpulan dari hasil penelitian.
3.5  Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengkur kemampuan berpikir kritis objek yang diteliti digunakan tes. “tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didallamnya terdapat berbagai jenis pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus dijawab oleh peserta didik” (Arifin, 2009:118).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes. Tes yang diberikan adalah tes tertulis dalam bentuk uraian. Tes didgunakan untuk melihat tingkat kemampuan berpikir kritis matematis setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
3.6  Teknik Uji Coba Intrumen
3.6.1        Validitas Intrumen Butir Tes
Dalam analisis validitas ini akan digunakan rumus korelasi produk momen memakai angka kasar rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan :          = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
                                  = Bnyaknya peserta tes
                                  = Nilai hasil uji coba
                                  = Total nilai
3.6.2        Reabilitas
Untuk menentukan koefifien reabilitas tes peneliti menggunakan Cronbach Alpha (Suherman, 2003:154) sebagai berikut:
 
Keterangan :            = Koefisien Reliabilitas
                                  =Banyak Butir soal
                            = JUmlah Varian skor tiap item
                               = Varian skor total
Setelah didapat harga koefisien reliabilitas  maka harga tersebut dinterpretasikan terhadap kriteria dengan menggunakan toolak ukur yang dibuat Guilford (Suherman, 2003:113).
3.6.3        Daya Pembeda
Anaisis iini diadakan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal. Rumusnya adalah :
Keterangan :                       =Daya Pembeda
                                            = Rata-rata  skor kelompok atas tiap butir soal
                                            = Rata-rata  skor kelompok bawah tiap butir soal
                                         =skor Maksimum Ideal
3.6.4        Tingkat kesukaran
Indeks kesukaran menunjuk apakah suatu butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menghitung indeks kesukaran soal bentuk uraian dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
        = Indeks Kesukaran
          = Rata-rata Skor
     = skor Maksimum Ideal
Adapun klasifikasi indeks kesukaran berdasarkan (Suherman, 2003:170) dapat dilihat pada table berikut :
Indeks Kesukaran
Interpretasi
IK = 0,00
0,00 < IK0,30
0,30 < IK0,70
0,70 < IK1,00
IK =1,00
Soal terlalu sulit
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
Soal terlalu mudah

3.7  Teknik analisis data
Data berasal dari hasil pretes dan postes. Dalam melakukan penskoran hasil pretes dan postes, jawaban diperiksa berdasarkan strategi penyelesaian soal. Langkah-langkah jawaban, serta alasan-alasannya. Analisis data menggunakan statistic gain ternormalisasi.
3.7.1        Data Tes (Pretes dan Postes)
Data hasil tes diperoleh dengan menganalisis lembar jawaban siswa. Selanjutnya nilai akhir tes akan dihitung dengan rumus:
3.7.2        Statistik Gain Ternormalisasi
Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa, maka dilakukan analisis terhadap hasil pretes dan postes. Analisis dilakukan dengan menggunakan gain ternormalisasi. Gain ternormalisasi (g) untuk memberikan gambaran umum peningkatan hasil belajar antara sebelum dan sesudah pembelajaran. Adapun rumus untuk gain ternormlisasi yang dikembangkan oleh hake (1999) sebagai berikut:
Tabel
Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi
Indeks Kesukaran
Interpretasi
g > 0,70
0,30 < g0,70
0,00 < IK0,30
g =0,00
Tinggi
Sedang
Rendah
Tidak terjadi peningkatan
                                                           (Sundayana, 2014:151)

 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Penelitian
4.1.1        Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Palembang yang beralamatkan di Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 23B Kel. Talang Semut Kecamatan Bukit Kecil Palembang. Penelitian ini dilaksanakandari tanggal 8 Mei s.d. 15 Mei 2015. Kelas yang digunakan untuk penelitian ini adalah kelas VIII.d dengan jumlah siswa yang akan diteliti sebanyak 30 siswa. Sebelumnya peneliti telah dilakukan uji coba soal intrumen dahulu untuk mendapatkan soal instrument penelitian.
4.1.2        Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Palembang sebanyak tiga kali pertemuan dengan subjek kelas VIII.d yang berjumlah 30 orang.
4.1.2.1  Petemuan Pertama
Pertemuan dialaksanakan pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2015 selam dua jam pelajaran (2 x 40’). Sebelum memulai pelajaran peneliti melakukan perkenalan serta menjelaskan maksud dan tujuan peneliti. Selanjutnya peneliti memberikan soal pretes kepada siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan jumlah soal sebanyak empat buah bersifat uraian.
Setelah waktu mengerjakan soal postes habis, peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawaban soal pretes yang telah dikerjakan. Selanjutnya peneliti mempresentasikan materi tentang unsur-unsur limas, membuat jarring-jaring limas dan menghitung luas limas. Peneliti memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, bagi yang belum jelas tentang penjelasan materi tersebut. Selanjutnya peneliti meminta siswa unntuk duduk pada kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengelompokan siswa ditentukan berdasarkan peringkat rapot mid sebelumnya dan sifatnya heterogen. Peneliti membagaikan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk didiskusikan serta dikerjakan secara kelompok. Peneliti membantu siswa dalam diskusi kelompok dan mnginstruksikan kepada setiap anggota kelompk untuk dapat memahami materi pada diskusi kelompok. Selanjutnya beberapa perwakilan kelompok mempresesntasikan jawaban didepan kelas. Pada pertemuan pertama turnamen belum dilakukan mengingat waktu yang tinggal sedikit.
4.1.2.2  Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 12 Mei 2015 selama dua jam pelajaran (2x40’). Pada pertemuan kedua ini peneliti memberikan informasi tentang pembagian siswa pada meja turnamen sekaligus memberikan penjelasan tentang aturan main dalam turnamen. Selanjutnya peneliti membagikan map yang terdiri dari lima buah amplop berisi lembar soal, lembar jawaban dan lembar skor pada tiap meja turnamen.
Peneliti meminta siswa untuk memulai turnamen. Selama turnamen berlangsung peneliti mengontrol tiap meja turnamen. Setelah waktu turnamen habis, peneliti menghentikan turnamen dan masing-masing siswa untuk kembali pada kelompoknya masing-masing. Selanjutnya peneliti menghitung skor pada tiap kelompok. Setelah dihitung peneliti mengumumkan kelompo mana yang mendapat nilai terbaik.
Kelompok terbaik turnamen pada hari itu adalah kelompok fatimah dengan nilai rata-rata 68. Kelompok yang terendah diperoleh Hasan, hali ini disebabkan karena salah satu anggota kelompok tidak hadir sehingga tidak dapat membantu nilai kelompok. Pada akhir pembelajaran peneliti menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan postes. Untuk itu diharapkan kepada siswa agar melakukan persiapan yang lebih baik.
4.1.2.3  Peretemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari jumat tanggal 5 Mei 2015. Pada pertemuan ketiga peneliti tidak melakukan turnamen kepada siswa. Peneliti hanya mengulang materi dan memberikan kesempatan bertanya kepada sisw bagi yang belum jelas tenttang materi unsur limas, jarring-jaring limas serta menghitung luas limas. Setelah siswa siap, peneliti membagikan soal postes kepada siswa. Setelah waktu mengerjakan soal postes habis, peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawaban postes. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi siwa agar dapat belajar lebih giat serta membanggakan orangtua mereka. Peneliti mengucpkan terima kasih kepada siswa dalam partisipasinyaselama peneliti melaksanakan penelitian.
4.1.3        Deskripsi Data Hasil Penelitian
Pengunpulan data hasil penelitin dilakukan dengan menggunakan instrument berupa tes tertulis dalam bentuk soal esai. Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan hasil pretest, data hasil posttest dan data peningkatan prestasi (gain).
4.1.3.1  Hasil Pretes
Data skor pretes diperoleh dari hasil tes siswa sebelum diberikan pembelajaran. Data skor pretes dapat dilihat pada lampiran, dibawah ini disajikan statistic hasil pretes siswa.



TABEL IV.I
Hasil Pretes
Nilai Tertinggi
72,5
Nilai Terendah
25
Rata-Rata
43,5
Simpangan Baku
11,06
Median
43,5
Modus
42,5

4.1.3.2  Hasil Postes
Hasil postes didapat pada pertemuan ketiga setelah siswa mempelajari dan memahami materi pembelajaran. Adapun secara rinci hasil postes dapat dilihat pada lampiran, berikut disajikan statistic hasil postes siswa.

TABEL IV.II
Hasil Postes
Nilai Tertinggi
85
Nilai Terendah
32,5
Rata-Rata
52,5
Simpangan Baku
14,62
Median
53,75
Modus
55



4.1.3.3  Statistik Gain Ternormalisasi
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang didapat dari nilai pretes dan postes akan disajikan dengan metode gain termotivasi, adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel IV.3
Statistik Gain Ternormalisasi Hasil Pretes dan Postes siswa

Hasil Pretes
Hasil Postes
Gain Ternormalisasi (g)
Nilai Tertinggi
72,5
85

Nilai Terendah
25
32,5
0,255
Nilai Rata-Rata
43,4
52,5


Nilai gain yang diperoleh menunukkaan kemampuan berpikir kritis siswa tergolong rendah.
4.2  Pembahasan
Penelitian ini telah dilakukan selama tiga pertemuan digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).
Penelitian ini menggunakan pretes dan postes. Hasil pretes menunjukan bahwa siswa yang mampu melewati nilai KKM sebanyak tiga orang atau 10% dari jumlah siswa yang ada. Nilai rata-rata pretes sebesar 43,4 dan termasuk kriteria kurang. Salah satu factor yang menyebabkan rendahnya nilai siswa kurang antusias dan ketertarikan dalam proses belajar mengajar. Untuk itulah peneliti setelah melakukan pretes melakukan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif TGT.
Proses pembelajaran pada pertemuan pertama sudah dibentuk kelompok. Dalam kelompok siswa saling membantu, sehingga siswa lain yang belum mengerti dapat diberikan bantuan oleh siswa lain. Setelah mereka mengerjakan soal secara kelompok dilanjutkan dengan turnamen pada pertemuan selanjutnya.
Kegiatan turnamen dilaksanakan pada pertemuan kedua. Dalam turnamen ini siswa berlomba agar dapat mendapatkan nilai yang baik, agar bisa membantu kelompoknya untuk menjadi kelompok terbaik. Kelompok terbaik akan mendapat hadiah.
Pertemuan ketiga peneliti mengambil nilai postes siswa untuk mengetahui kemampuan siswa setelah dilakukan proses pembelajaran. Setelah dilaksanakan postes diperoleh siswa yang mendapat nilai melewati KKM sebanyak Sembilan orang atau 30% dari jumlah siswa yang ada. Nilai rata-rata pada postes ini ada peningkatan menjadi 52,5 yang sebelumnya 43,4, nilai rata-rata postes ini termasuk dalam kategori cukup.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada dasarnya baik dalam pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Namun dalam hasil penelitian ini model ini belum dapat memberikan hasil yang baik. Factor penyebabnya antara lain : (1) waktu dan jumlah yang sangat sedikit: (2) kemampuan dan komunikasi siswa dalam belajar kelompok masih sangat kurang; (3) siswa jarang menerjakan latihan soal berbentuk esai atau uraian. (4) perencanaan pembelajaaran menggunakan model ini masih belum baik.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dilhat dari nilai pretes, nilai postes kemudian dianalisa dengan menggunakan statistic gain ternormalisasi didapat nilai peningkatan sebesar 0,255 nilai ini termasuk kedalam kriteria rendah. Jadi, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa di SMP Muhammadiyah 1 Palembang tergolong rendah.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP Muhammadiyah 1 Palembang pada hasil pretes diperoleh nilai rata-rata 43,4. Hasil postes diperoleh nilai rata-rata 52,5. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa masih tergolong kurang. Terdapat peningatan nilai dari data hasil pretes dengan data hasil postes. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMP Muhammadiyah 1 Palembang dari hasil pretes dan postes tergolong rendah.
5.2  Saran
Ada beberapa saran yang penulis berikan, yaitu:
1.      Siswa disekolah swasta hendaknya mau melatih kemampuan berpikir  kritis dalm pembelajaran matematika.
2.      Guru disekolah hendaknya mau ngembangkan model-model pebelajaran kooperatif terutama TGT agar  siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran matematika.
3.      Sekolah perlu melatih kemampuan berpikir kritis siswa dengan banyak diadakan atau mengikuti perlombanan di bidang pelajaran



 
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Depdiknas. 2003 Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas
Fatonah, Mila. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI untuk Melatih Kecakapan Berpikir Siswa di Kelas VII SBI SMP Negeri 1 Palembang.Skrikpsi : FKIP Matematika UNSRI
Kemendikbud, 2012. Dokumen Kurikulum 2013. http://kangmartho.com. Diakses tanggal 20 Agustus 2013
MKPBM, Tim. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sundayana, Rostina. 2014. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Turmudi. 2008. Filosofi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Grasindo
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Valensia, Lydia. 2007. Kecakapan Komunikasi Siswa dalam Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) di kelas VII.4 Koalisi SMP Negeri 1 Palembang. Skripsi: FKIP Matematika Unsri


No comments:

Post a Comment

Sorga atau neraka

 Sorga itu sudah ada di dunia Hanya sedikit yang mau Banyak manusia lebih memilih dunia Jika dalam gembira kau gelisah Jika dalam susah kau ...