Friday 3 February 2012

Kutukan Harta Warisan

Kutukan Harta Warisan
ditulis oleh M kamil

Kini dia makin terpuruk, tenggelam dalam kesengsaraan sehingga  ia tak dapat lagi untuk hidup yang sempurna , hidupnya selalu ditimpa musibah yang tak henti-hentinya.
Sebut saja ia namanya Matcik, waktu itu sekitar lima puluh tahun yang lalu, ia telah manikah dengan seorang wanita yang cantik sekali. hingga perkawinan itu mencapai lima lima tahun tapi tampaknya, tak juga datang harapan untuk mendapatkan anak yang mereka harapkan selama ini.sehingga dalam hasil kesepakatan keluarga dari matcik dan juga keluarga dari istrinya,paka diambil persetujuan bersama. persetujuan itu adalah untuk mengambil anak asuh, sehingga anak asuh itu diambil dari keluarga istrinya.
"ia adalah anak kita ,jangan kau bedakan kelak jika kita telah mempunyai anak",pinta istrinya disuatu hari.
"tentu takkan dibedakan kehidupannya kelak," jawab suaminya tenang.
Dari hari kehari berhasillah anak itu, yang diberi nama Ahmad, ia disekolah kan oleh Matcik dengan kasih sanyang sekali.
Pada usia Ahmad dikelas satu SMP barulah lahir anak dari erkawinan Matcik dengan istrinya itu di beri nama Rahmat.
Perjalanan hidup terus berjalan, anaknya yang bernama ahmad terus berjalan sesuai dengan apa yang telah mereka janjikan sebelumnya, yaitu jangan sampai dibedakan apapun dan dalam kaadaan bagaimanapun.
Sehingga saat tamat sekolah menengah atas ternyata Ahmad sudah menikah dengan seorang wanita idamannya.
Saat itu Rahmad masih kelas satu SMP, tuhan selau lebih tahu akan apa-apa yang ada dalam hidup manusia.
ditahun pertama Rahmad kelas satu SMP,orang tuanya telah meninggal, waktu itu betapa sangat sedihnya betapa sangat sedihnya ibu Rahmad menghadapi masalah ini.
sedangkan anak pertamanya yang bernama Ahmad masih saja serumah dengannya, sedang kan kematian belum lama betul.
saat ini kaluarga sedang berkumpul, Ahmad dengan tidak sengaja membuka sebuah kalender yang tertulis di dindingrumahnya.
 Di balik kalender itu ternyata telah tertulis sebuah wasiat yang berbunyi,"Kepada anakku yang bernama Ahmad ,untuk harta warisan agar kau jaga nanti sudah pada saatnya,kau berikanlah semua warisan yang ada kepada saudaramu Rahmad."
Yancik sebagai sumber sumber cerita mengatakan itu, masih dalam keluarganya , sehingga pada waktu itu ia juga masih kecil, dengan mata sebdiri ia membaca bacaan itu, juga ia melihat jelas tulisan menyatakan bahwa warisan itu adalah diberikan kepada rahmat.
Ternyata pesan-pesan itu tak pernah digubris oleh Ahmad, bahkan pesan itu segera dirobeknya begitu saja, dengan segera pula ia bakar hinggga hanguslah isi yang ada dalam pesan itu.
Tahun berjalan, ibi dari Rahmad juga meninggal dunia.
bertamba tidak kepedulianya kepada saudaranya itu, sehingga ia mulai menjual sedikit demi sedikit beberapa bidang tanah yang ada.
perbuatannya ini seakan-akan ia tak perna peduli dengan saudaranya itu, makin hari berkurang juga harta yang ia miliki.
Menjelang Rahmad dewasa ia keluar dari rumah itu, ia kawin dengan seorang wanita idamannya.
Keluarga Ahmad makin hari makit berkurang harta yang ada didalam rumahnya itu, karena selalu ia gerogoti, terjualah pula rumah yang sedang di tunggu itu.
kini ia tingga disebuah rumah sewaan anak-anaknya tak henti-henti di serang penyakit,ia sendiri juga dari hari ke harimulai sakit-sakitan.
Dalam keluarga itu hanya terdengar ribut-ribut saja, pertengkaran itu dibiarkan saja oleh masyarakat sekitarnya.
rumah panggung yang kini ia yang kini ia diami itu , seakan-akan ia juga tak betah , bagaikan neraka saja layaknya.
ia sudah tak dapat melakukan kejaiban untuk mencari nafkanya secara murni lagi, dengn alasan inilah selalu terjadi pertengkaran.
Suatu malam terdengar pertengkaran yang sangat seru hingga hingga pertengkaran  itu seperti biasanya, para tetangga tak lagi perduli dengan kejadian itu.
"Kusudah katakan itu itu dulu, lebih baik kita tinggalkan rumah itu, kita lebih baik mencari jalan lain untuk hidup, jangan kau makan harta warisan yang bukan milikmu, tapi  kau tetap saja tak perduli, ini yang kau alami kini, ini kutukan bagimu."
Inilah suara teriakan  yang terdengar  dari kemarahan istrinya, tapi Ahmad cuma diam , ketika mengahadapi ini suatu kenyataan.
ia juga tak lagi dapat menerima kenyataan dengan tenang, dari hari kehari ia hanya merenungi ini semuanya, tapi ia hanya menerimanya. 
dalam peragulan ia tak lagi sering muncul, ia hanya lebih banyak diam di rumah saja, ia juga tak banyak mengikuti apa-apa, ia juga tak banyak mengikuti apa-apa yang ada dikampungnya.
Pernah ia kemukan pada sesorang tetangganya,"aku cuma berharappada Tuhan, masikah akau memiliki kesempatan untuk dapat bertobat, jika aku telah melakukan kesalahan, aku hanya bermohon agar aku dapat ampunan."
Tetangga itu hanya menjawab, semua apa yang kita sampaikan itu, Allah yang akan menentukanya, akan kau melakukan mohon maaf pada orang yang telah kau nista."

No comments:

Post a Comment

Sorga atau neraka

 Sorga itu sudah ada di dunia Hanya sedikit yang mau Banyak manusia lebih memilih dunia Jika dalam gembira kau gelisah Jika dalam susah kau ...