Sunday, 25 December 2011

Kependudukan Dan Lingkungan


      KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN
      
       
          



      Nama      : M Kamil
      Fakultas  : Hukum
      N P M     : 11.11.0089
      Semester  : Satu(ganjil)/B
      Matakuliah: Antropologi

           
           Tahun : 2011
     
       UNIVERSITAS TAMAN SISWA

            Palembang.

                  i.



        KATA PENGANTAR
       
     Salam sejahtera saya sampaikan kepada Dosen Antropologi pada khususnya, dan semua rekan mahasiswa yang dapat membaca makalah ini.

     Ini saya ketengahkan merupakan tugas yang telah di berikan oleh Dosen, dalam rangka memenuhi sayrat-syarat untuk mengikuti semester satu atau ganjil di Universitas Taman Siswa, khususnya pada pakultas Hukum, pada bidang Matakuliah Antropologi Budaya.

     Fokus yang menjadi tema ini adalah “KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN” bahan tulisan ini diambil dari(1) pengumpulan pakta, mengenai kejadian  dan gejala masarakat, untuk diolah secara ilmiah.Dalam kenyataan , aktivitas pengumpulan fakta disini terdiri dari metode observasi,mencatat,mengolah, mendisekripsi  fakta-fakta yang terjadi dalam suatu masarakat yang hidup.

     Bahan ini khususnya didata dari keluruhan 7 ulu , yaitu kecamatan seberang ulu I dan sekitarnya.

     Ini saya kerjakan berupaya akan mendapat nilai yang baik, dari dosen Matakuliah Antropologi Budaya, yang kami pelajari pada saat ini.

     Besar harpan saya makalah ini dapat berguna, bagi sesama siswa dan juga dapat di pahami oleh Dosen, serta pembaca lainya.

     Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga Allah meredhoi dan tercapai dengan nilai yang baik.


                             Palembang, 23 Desember 2011

                                  Penulis.

(1)Pengantar Antropologi, Koentjaraningrat,hlm 27(metode ilmiah antropologi dari budaya atau Sosial dan Sosiologi)


                             ii.





                    BAB.I
                PENDAHULUAN
     Syukur Alhamdullilah, bahwa saya dapat menyelsaikan tugas yang diberikan oleh Dosen Matakuliah Antropologi Budaya, sehingga berikut ini adalah hasil yang dapat saya sampaikan.Namun demikianlah usaha yang semaksimal mungkin dapat saya susun berikut ini.

Pada umumnya pengumpulan fakta dalam penulisan ini dengan melakukan penelitian dilapangan, dengan obyek pengamatan, karena ini untuk(2) antropologi budaya atau sosial penelitian dilapangan cara yang terpenting untuk mengumpulkan fakta-fakta, dilakukan dengan cara berhadapan langsung dengan masarakat, untuk mendapatkan keterangan mengenai suatu gejala kehidupan masarakat yang bersangkutan.

Selain dengan cara mengamati obyeknya, sebagian besar bahan keterangan diperoleh dari para warga masarakat yang menjadi informannya. Dilakukan juga dengan mengamati tindakan  dan tingkah laku dalam kelompok kecil, yang dietliti pada masalah pendudukan dan lingkunganya.

Ini diteliti seupaya mungkin kami lakukan, secara khusus dan mendalam  mengenai aspek-aspeknya, dengan pengumpulan fakta yang bersipat wawancara secara langsung dan catatan  hasil wawancara.

Dari Bahan ini dengan “tema kependudukan dan lingkungan”metode yang kami gunakan adalah(3) metode pengumpulan bahan dari  masarakat hidup, sampai dengan bahan ini kami kelola, yang akhirnya dapat kami ketengahkan sehingga dapat dibaca nantinya, ini yang disebut dalam bidang deskriptip dari antropolgi yang disebut etnograpi.
 
   Kami menggunakan bahan berupa fakta-fakta yang berasal dari sebanyak mungkin masarakat dan kebudayaan yang berbeda-beda, karena banyak keaneka ragaman masarakat yang kami hadapi, maka kami hanya menciutkan  sedemikian rupa sehingga hanya beberapa perbedaan pokok saja.

     Pada Bab. II itu kami mengambil judul  asal Muasal tinggal di kota.

     Pada Bab yang ketiga, kami mengambil tema, yaitu lingkungan tempat tinggal.
(2) pengantar Antropologi I, Koentjaraningrat, Hlm 28 dan juga(3) hlm 29, penerbit Rineka Cipta, tahun 2003.
                             4.
     Selanjutnya pada bagian Bab IV kami mengetengahkan masalah mengenai kehidupan sehari-hari warga masarakat  yang ada di 7 ulu dan sekitarnya, sehingga dengan judul, Ligkungan dan Tempat Tinggal.

     Disini, meneliti berbgaai cara hidup manusia dan berbagai tindakan manusia, oleh karena itu ini mengenai kehidupan masarakatnya, maka disini kami memberikan , secara naluri atau tindakan-tindakan, dilakukan suatu proses, dengan ini kami mengambil tema yaitu Mata Pencaharian.

     Mulai dari pola makan, pada waktu-waktu tertentu, sopan santun, yaitu masalah tingkah laku dan pola kelakuan sehari-harinya masarakat yang ada di 7 ulu.

     Maka teori adat norma, dan hukum, yang sudah pada umum sipatnya, tidak lagi menggunakan  norma khusus, secara perumusan dan lainya, perumusanya terlalu kabur, tetapi menggunakan cara induvidu yang tidak saling mengacuhkan antara satu dengan lainya.

     Dalam suatu teori, yang menyatakan dalam (4)dimana tiap masarakat memiliki aturannya sendiri, pemdidikan, ekonomi, kesenian, keagamaan dan sebagainya.peranan yang sesuai dengan norma-norma dalam pranata, yang disesuaikan dengan aturan yang dalam masarakat setempat, yang jelas dan tegas.


     Hal itu saling berkaitan satu sama lainya, sehingga menjadi suatu integral, itu juga sangat berkaitan dengan norma-norma dalam pranata lain yang saling berdekatan, sehingga menjadi sistim yang luas. Yang  akan dibicarakan pada bgian ini.

     Maka juga akan di bahas masalah sistim sosial di masarakat, yaitu (5)sistim sosial terdiri dari aktivitas –aktivitas atau tindakan-tindakan berinteraksi antar induvidu yang dilakukan dalam kehidupan bermasarakat.

Maka pada Bab lima kita bahas masalah Hubungan sosial masarakat, sebagai tindakan –tindakan berpola yang saling berkaitan, sistim sosial lebih konkret dan nyata sipatnya dari pada sistim budaya, sehingga semuanya dapat kita lihat dan diobservasi, Interaksi manusia itu satu pihak ditata dan diataur oleh sistim budaya, tetapi oleh pihak lain dibudayakan menjadi oleh pranata-pranata oleh nilai-nilai dan norma-norma tersebut
(4)Pengantar Antropologi I,Koentjaraningrat,hlm 77
(5)Pengantar Antropologi I, Koentcaraningrat, hlm 95
                             5.
     Selanjutnya adalah mengenai (6)sistim kepribadian, adalah segala hal yang menyangkut  isi serta jiwa, serta watak induvidu dalam interaksinya sebagai warga dari suatu masarakat. Walaupun  kepribadian para induvidu  dalam suatu masarakat berbeda-beda, kepribadian juga terbentuk berkat adanya rangsangan dan pengaruh dari nilai-nilai serta norma-norma yang terdapat dalam sistim budayanya, serta sistim sosial  yang telah dijadikan bagian dari dirinya melalui proses sosialisasi proses pembudayaan sejak masa kanak-kanak.dengan demikian ,sistim kepribadian berfungsi sebagai sumber motivasi bagi berbagai tindakan sosial seseorang, maka kami masukan dalam bagian tahap Bab Enam yaitu dengan tema Tantangan Dalam Kehidupan.

     Pada akhir pengumpulan data dari pakta-pakta yang kami peroleh adalah, merupakan pelengkap bagi seluruh kerangka yang telah kami sampaikan,Jadi apabila kita pikirkan lebih dalam , sitim budaya, sistim sosial, sistim kepribadian, pola tindakan, serta gagasan, yang dicetuskan, yang kadang kala memberikan kehidupan bagi lingkungannya, bahkan itu menjadi tempat bermukim bagi warganya yang lain.

Maka bagian ini kami sampaikan dengan mengambil tema sebagai pembicaraan akhir dari pengumpulan data, yaitu dengan kami sebut sebagai Kesimpulan, pada bagian ini ada usul dan saran yang dapat kami ketengahkan didalamnya.


Demikian hasil dari pendataan yang telah kami laksanakan, kiranya ini dapat dibaca, serta dipahami oleh rekan mahasiswa, serta paling utama Dosen kami bidang Matakuliah Antropologi Budaya. Harapan kami mendapat ridho dari Allah.


(6)Pengantar AntropologiI , Koentjaraningrat, hlm 95, penerbit
Rineka Cipta,tahun 2003.




                             6.


 





                          BAB.2
         Asal Muasal Tinggal Di Kota
     (7) Menurut para ahli biologi manusia adalah salah satu diantara hampir sejuta jenis mahluk lain yang hidup di alam dunia ini, yang terdiri dari mahluk-mahluk yang sangat  sederhana. Namun diantara semua mahluk itu  manusia memiliki keunggulan, yaitu kebudayaan, yang memungkinkan hidup pada segala macam lingkungan alam sehingga ia menjadi mahluk yang paling berkuasa dimanapun ia berada.

     Walaupun demikian , segala kemampuan manusia itu tidak merupakan  bawaan dari alam, yang dinamakan naluri, tetapi semuanya  harus dengan jalan usaha atau  belajar Juga ingin selalu tahu dan berkembang menjadi lebih baik, dari awal dia berada hingga pada tempat yang akan ia tempati yang akan datang. Itu artinya ia memerlukan tempat bermukim yang baru.

     Asal mula ditinggal di kota ini merupakan tema awal yang kami kemukakan, ini adalah awal dari suatu terjadinya pemidahan penduduk, yaitu dari desa yang menuju ke kota, sehingga hal di jadikan  suatu program, atau tidak misalnya itu adalah trasmigrasi, atau pindah secara pribadi, atau sendiri-sendiri dari desa kekota yaitu Urbanisasi.

     Misalnya kita dapat mengambil contoh warga yang berada di lorong Garuda 7 ulu, tepatnya kini berada di sekitar belakang kantor lurah 7 ulu, dimana masarakat disini pada mulanya.

     Mereka adalah tidak langsung menetap pada suatu tempat,tetapi pada awalnya mereka hanya masuk kota pada waktu libur, atau pada saat ada undangan persedekahan, perkawinan yang ada di kota.

     Tujuan pertama mereka adalah kunjungan atau datang pada undangan itu, sehingga mereka bermalam di tempat kerabat, sanak keluarga, kakak, paman, atau saudara ayah atau saudara ibu yang berada di kota.

     Pada saat mereka sudah berada di kota, yaitu menghadiri undangan, atau sedang berlibur itu, maka waktu yang kosong itu mereka mampaatkan untuk dapat berjalan-jalan melihat pasar-pasar, atau bahkan mereka belanja yang menurut mereka itu tidak ada di desa.

(7) Pengantar Antropologi I, Koentjaraningrat,hlm 72,tahu 2003
                         7.

Mereka mulai membeli pakaian, serta juga mereka membeli perabot rumah tangga, termasuk keperluan-kperluan lainya. Yaitu barang yang mereka inginkan untuk dbawa kedesa, yaitu ketika mereka pulang nantinya.
                          
Setelah itu mereka mulai berpikir, menurut perhatian mereka, senang dapat tinggal di kota, lalu perkiraan mereka dapat tinggal dikota adalah mudah, juga menurut perkiraan mereka banyak lowongan pekerjaan yang ada di kota, banyak bidang pekerjaan yang ada di kota.

     Sehingga hampir semua (8)tindakan manusia  dalam masarakat kota itu mereka  perhatikan, bagaimana cara bermasarakat, maka mereka belajar secara alam saja, atau secara naluri, reflek, atau tindakan-tindakn melalui proses, itu terbatas.

     Setelah mereka pulang dan pergi dari desa kekota dan sebaliknya, setelah menurut mereka uang mereka cukup, atau sudah terkumpul, berbgaai cara yang mereka lakukan untuk dapat tinggal di kota.

      Misalnya, mereka berusaha untuk sementara tinggal di tempat saudara, sanak pamili atau juga mereka mengontrak, dengan itu menreka sambil mencacri pekerjaan.

     Tiada lama mereka tinggal di kota, atau juga lama mereka tinggal dikota, mereka menjadi pedagang, sebagai pegawai, sebagai pelajar, baik pegawai swasta atau pegawai pemerintah.

     Untuk di 7 ulu pedagang 1046 orang, BUMN 81 orang, Buruh 2319 orang, pensiunan 311 orang, pegawai pemerintah (PNS) 335 orang. Mereka itu menetap untuk tinggal di kota Palembang pada umumnya. Bahkan mereka berkeluarga di Palembang.

     Kalau mereka berhasil pada umumnya mereka, yaitu yang sudah tinggal dikota, itu mereka mengajak keluarganya yang ada di desa, mulai dari saudara, paman, atau saudara ayah atau saudara ibu, mereka di tawari untuk tinggal dikota.

     Masalah nilai-nilai budaya yang ada di masarakat, ada yang berpungsi(9) sebagai pedoman hidup, warga masarakat, yang menurut mereka itu adalah umum, sehingga kadang itu sulit untuk dijelaskan secara rasional dan nyata.
(8) Pengantar Antropologi I,Koentjaraningrat, penerbit Reneka Cipta.
(9) Pengatar Antropologi I, koentjaraningrat,hlm 76,penerbit Reneka Cipta, tahun 2003
                             8.
                       BAB.3

               Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal

     Keadaan lingkungan (10)memiliki ruang lingkup yang sangat luas,sehingga sulit untuk dijelaskan secara rasional dan nyata.Namun, justru karena itulah ia berada dalam daerah  emosional dari alam jiwa seseorang, sehingga tumbuhnya berbagai ragam budaya yang ada, yang tumbuh dimasarakat, sehingga kadang kala itu sulit untuk mengganti nilai-nilai budaya yang sudah ada, kalaupun dapat itu memerlukan waktu yang lama.

     Dalam setiap masarakat , baik yang komplek maupun  yang sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang saling berkaitan dan bahkan telah merupakan suatu sistim.Sebagai pedoman dan kosnsep-konsep ideal, sistim itu menjadi suatu pendorong yang kuat untuk mengarahkan kehidupan warga masyarakat.

     Diamati secara teliti, warga yang tinggal di lorong garuda,  yang tinggal di lorong kencana,  yang tinggal di lorong Famili Setia,  sebagian besar sangat menyedihkan, keadaan lingkungan yang kacau, yang serba tidak teratur, yaitu di kelurahan 7 ulu dan sekitarnya, dengan jumlah penduduk yang ada di 7 ulu pada saat ini adalah 18.333 orang, islam 18.238 orang, keristen 31 orang, kristen katolik 15 orang, hindu 104 orang.  Rt 61 , rw 16.

     Keadaan lingkungan, di 7 Ulu sebagian besar adalah serba kacau itu, juga tidak teratur, yang  berada di lorong Pamili Setia, lorong Kencana, lorong Garuda, lorong selecta, atau juga loorng Kangkung, Lorong Gading, lorong Pulau, ukuran WC dan sumur tidak diperdulikan tentu saja ini akan menimbulkan penyakit.

     Mengenai batas –batas lingkungan, boleh dikatakan kotor dan tidak teratur, becek-becek penuh dibawah rumah, didepan rumah sehingga untuk mengaturnya sangat sulit, mereka buat rumah hak mereka sendiri dan kurangnya persatuan.

     Kemampuan hidup yang sangat terbatas, banyaknya kridit uang yang beredar di kampung-kampung ini, misal dilorong kapitan, rumah disekitarnya sangat kotor dan juga jorok. Mereka saling membiarkan atau mereka tidak ada kepedulian, walaupun itu termasuk jalan umum.Seperti di lorong kencana atau di lorong pulau itu jembatan yang digunakan sebagai tempat jalan umum.
(10) pengantar Antropologi, Koentjaraningrat, terbitan buku tahun 2003, oleh Penerbit RenekeCipta.
                            9.
     Seperti di lorong kankung dan juga di lorong kencana atau juga di lorong pulau, itu banyak tumbuhnya rumput-rumput yang tidak burguna bagi masarakat, atau banyaknya rawa-rawa, tumpukan sampah dimana-mana, kurangnya rasa gotong royong, padahal itu merupakan dari ciri-ciri bangsa Indonesia.

     Mereka berkelompok misalnya, untuk di lorong garuda itu sebagian besar adalah kelompok suku pedamaran, kemudian di lorong kapitan sebagian besar adalah suku dari jawa, dari lorong Pulau itu adalah sebagian besar suku burai,suku meranjat, kalau di lorong kenduruan dan juga tangga raja, kampung arab, yang khusus mereka berkelompok, mereka berbicara menggunakan bahasa mereka masing-masing, itu menurut suku mereka bila mereka sedang bertemu sesama suku mereka.

     Jika itu mereka adalah suku komering, maka mereka berbahasa komering, kalau mereka suku burai maka bahasa burai, kalau suku pedamaran mereka bahasa pedamaran, kalau suku jawa mereka bahasa jawa, kalau yang ada di kampung arab mereka bahasa arab.

     Tidak ada upaya pihak pemerintah yang mengadakan, secara teratur melakukan penyuluhan atau penjeasan atau sosialisasi mengenai pentingnya suatu persatuan dan gotong roryong yang harus di galakan di daerah ini, sehingga tidak tertanam sipat acuh tak acuh tersebut.


     Banyaknya anak sungai yang diatasnya dijadikan rumah, sehingga buat rumah di atas anak sungai yang berada di kampung tersebut, misalnya yang berada di Lorong Garuda, juga anak sungai yang berada di Lorong Kencana diatasnya di buat rumah, sehingga anak sungai itu tertutup oleh rumah yang berada di atasnya.

     Anak sungai yang kotor dan penuh dengan tumpukan sampah itu, karena misalnya  penduduk yang berada di lorong Garuda mereka buang sampah di anak sungai, juga di lorong Kencana mereka membuang sampah di anak sungai, sehingga anak sungai penuh dengan sampah, mereka amsih membuat WC di anak sungai tersebut, juga di antara lorong Kencana dan lorong Pulau itu ada anak sungai yang dijadikan tempat tumpukan sampah, sehingga kalau terjadi hujan dan air tergenang maka akan banyak mengundang penyakit menular di lokasi ini.



                        10. 

                        BAB.4
           Matapencaharian

     Matapencaharian penduduk yang berada di kelurahan 7 ulu ini bereneka ragam, sehingga kualitas hidup mereka juga beraeneka ragam pula.

Bidang pekerjaan mereka mulai dari dagang, guru, pegawai pemerintah, buruh dan pekerja harian, dan lain-lain. Sehingga mereka sibuk dengan bidang pekerjaan mereka masing-masing.

Salah satu untuk membentuk kwalitas hidup mereka maka di lokasi ini berdiri PAUD ada 4, TK 2 ,yaitu SDN 82 dan SDN 83, SD swasta 3, Perguruan Tinggi Kader Bangsa dan perguruan tinggi Amik Srwijaya.

Dilorong Selecta itu masih banyak rawa-rawa, juga di lorong garuda, dan juga di Lorong Pulau. Sekolah yang berdirinya dilingkungan ini sangat berpengaruh dengan kehidupan yang ada di lingkungan ini.

Di Belakang kantor PDAM misalnya penduduk dilingkungan ini sebagian besar adalah para buruh, juga yang berada di lorong Kapitan sebagain besar suku Jawa, adalah pekerjaan mereka buruh, untuk dilorong garuda sebagian besar mereka adalah para pedagang. Jumlah pedagang 1046 orang, pegawai negeri sipil 335 orang, BUMN 81 orang buruh 2319 orang, pensiunan 311 orang.

Dsini berdirinya pasar yaitu pasar 7 ulu atau yang lebih dikenal dengan nama pasar klinik, karena dilingkungan ini ada berdirinya puskesamas 7 ulu.

Disini banyak berdirinya warung-warung hampir sepanjang daerah  jalan Sukarjo Harjo wardoyo, berdirinya warung-warung dan juga toko-toko, juga berdirinya penginapan Surya dan penginapan Kencana, tentu saja hal itu juga memberikan tenaga kerja bagi lingkungan ini.

Disini juga telah berdirinya SPBU dan juga supermarket mini,  juga memberikan pekerjaan bagi lingkungan yang ada di 7 ulu,hal ini tentu saja akan membantu keuangan penduduk yang berada di wilayah 7 ulu.

Sehingga dengan berdirinya berbagai usaha, tentu saja ini untuk dapat menambah pemasukan keuangan keluarga, juga dapat membantu kwalitas hidup masarakat yang ada di sekitar ini.
                      11.
Karena banyak tenaga buruh dan pekerja kasar yang berada di lorong kapitan, kampung jawa misalnya, yang berada di pinggir anak sungai  sangat tampak kwalitas hidup mereka, dengan rumah yang kecil dan tidak ada jaminan kesehatan itu,ligkungan yang sangat kumuh, banyak pekerjaan yang tidak tetap selain buruh harian kasar.

Hampir ditiap lorong yang berada di wilayah 7 ulu, itu berdirinya warung-warung kecil, mulai dari lorong terusan 2, lorong damai, lorong masjid 1 dan masjid dua, lorong gading, lorong pulau, lorong selecta, lorong garuda, juga lorong kapitan.

Sedikit banyak memberikan suatu peluang pekerjaan untuk berdagang adanya jalan dan pasar dijalan  Sukarjo Harjo Wardoyo, ini mmeberikan kwalitas dan menambah pemasukan ekonomi warga yang khususnya yang berada di diwilayah 7 ulu, khususnya yang berada di jalan Sukarjo Harjo Wardoyo.

Oleh karena itulah ini sangat mempengaruhi untuk datang dan memberikan kesempatan kerja bagi warga luar yaitu dari desa, sehingga mereka berminat, dan ingin mencoba-coba untuk mengaduh nasib mereka di kota, salah satunya adalah dengan berdagang di pasar 7 ulu ini.

Meskipun pedagang yang ada di pasar 7 ulu ini tidak semuanya bertempat tinggal disini, memang mereka juga ada yang berdagang dengan tidak menetap  di daerah ini, namun ini suatu kesempatan atau peluang bagi mereka untuk menginap di tempat keluarga atau sanak pamili mereka yang ada di sekitar daerah ini, kalau tidak mereka sanggup untuk mengontrak di daerah ini.
 
Oleh karena itu berdirinya pasar yang ada di sekitar 7 ulu, itu sangat memberikan peluang bagi mereka untuk datang kekota ini, artinya ini alternatip atau pilihan bagi mereka untuk dapat hidup menetap di kota.


Hal ini memberikan kepuasaan bagi warganya, yaitu dengan adanya pasar yang ada di 7 ulu ini, apalagi berdirinya penginapan yang ada di 7ulu khusus di jalan Sukarjo Harjo Wardoyo, itu memberikan penambahan ekonomi keluarga.lowongan pekerjaan  itu sangat mempengaruhi adanya pembangunan yang ada di sekitar ini apakah itu besar atau kecil.



                      12.
              BAB .5
              Hubungan Sosial Masarakat

     (11)Sistim Sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas atau tindakan-tindakan berinteraksi antar induvidu yang dilakukan  dalam kehidupan bermasarakat. Sebagai tindakan-tindakan berpola yang saling berkaitan, sistim sosial  budaya, sehingga dapat di lihat dan di observasi.

     Hubungan sosial masarakat , dengan (12)Sistim kepribadian  adalah segala hal yang menyangkut isi jiwa serta watak induvidu dalam interaksi sebagai warga dari suatu masarakat . walaupun kepribadian para induvidu dalam suatu masarakat berbeda-beda. Kepribadian itu terbentuk berkat adanya rangsangan  dan pengaruh nilai –nilai serta norma-norma, yang terdapat dalam sistim budayanya, dan adanya pola-pola bertindak  dalam sistim sosial yang telah di jadikan nya bagian dari dirinya melalui proses sosialisasi dan proses pembudayaan sejak masa kanak-kanak, sehingga sistim kepribadian  berfungsi sebagai sumber motivasi  bagi berbagai tindakan sosial seseorang.
  

     Alat sebagai penghubung bagi masarakat yang berada di 7 ulu ini hampir dikatakan tidak ada, mereka sudah jarang untuk saling berjumpa, hanya saja pada lorong-loorng kalau di malam hari untuk sebagai alat hubungan mereka adalah permainan Gaplek, itu hampir ada di tiap-tiap lorong, bukan bentuk olah raga misalnya kelompok bulutangkis, atu olah raga lainya atau sejenis kelompok pengajian bapak-bapak, sehingga itu dapat memberikan atau lebih menyatukan rasa persatuan, disamping itu dapat menanamkan rasa keimanan bagi umat beragama.

     Meskipun demikian menurut(13) WJS Poerwadarminta,dalam bukunya manusia Indonesia, Induvidu  keluarga dan Masarakat,balai Pusata tahun 1982, hlm, 63 mneyebutkan, masarakat adalah pergaulan hidup manusia sehimpunan hidup manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan yang tertentu.

     Masarakat 7 ulu memiliki identitas sendiri-sendiri, yang membedakan dengan kelompok lain dan dalam kehidupan bermasarakat, namun mereka masih memiliki ,menunjukan rasa persatuan diantara kelompok mereka, rasa persatuan mereka masih kuat, karena adanya saling membantu diantara mereka, misal adanya masalah persedekahan, pernikahan, atau juga gotongroyong  mereka dalam melakukan dan menyelsaikan suatu musibah yang diderita diantara kelompok masarkat disini.
                        13. 
     Masalah pendidikan mereka lebih banyak dari SD, dalam masa umur 7 tahun mereka pada umumnya, masih dalam asuhan orang tuanya, namun di atas usia 7 tahun pada umunya pada daerah ini dipengaruhi oleh lingkungan pasar yang ada di sekitar mereka, pasar 7 ulu, pasar 10 ulu sebelah utara, dan sebelah selatan berbatasan dengan keluarahan 5 ulu, sebelah barat dengan Sungai Musi, sebelah timu dengan kelurahan 8 ulu.

     Khususnya yang berada di lorong kenduruan dan tangga raja itu masarakat disebut kampung Arab, karena di sini mereka membentuk kelompok sendiri, yaitu kampung sendiri yang semuanya adalah para keturunan Arab, meskipun disekitar merka adalah suku yang berbeda-beda.

     Warga kampung arab ini agak sulit mereka menyatu dengan warga lainya, didudkung pula mereka memiliki pola kehidupan yang sebagian besar adalah pedagang, juga mereka memiliki masjid sendiri, sekolah yang juga sebagain besar adalah warga arab sendiri.

     Kelompok masarakat keturunan arab ini, tepatnya berada di wilayah lorong tangga raja dan Kenduruan, mereka menyatu dalam kesatuan mereka sendiri, sehingga mereka terpisah dengan kelompok warga lainya, perkawinan dengan warga lainya mereka agak sedikit jarang, karena mereka cenderung menutup diri pada pihak luar yang bukan keturunan arab.

     Memang kehidupan manusia itu sudah dapat ketentuan masing-masing, sehingga(14) sebagai masalah sosial masarakat terwujud, kadang itu munculnya masalah sosial, perkembangan itu menjadi komplek,sehingga terdiri berbagai golongan yang memunculkan budaya mereka masing-masing,sehingga kerangka sandaran yang ada itu tidaklah seragam, karena beda itu tadi.

(11) Pengantar Antropologi I, Koentjarningrat, terbitan Reneke Cipta, hlm 95, terbitan 2003 tahun   

(12)Pengantar Antropologi I, Koentjaraningrat, terbitan RenekeCipta, hlm 95,tahun terbitan 2003.

(13)Manusia Indonesia,induvidu ,keluarga dan Masarakat,WJS Poerdaminta,balai Pustaka, tahun 1982.

(14)Manusia Indonesia ,Induvidu,keluarga dan masarakat,drs AW Widjaya,hlm 68.


                             14. 


              BAB.6
 
             Tantangan Dalam Kehidupan

(15)Masalah –masalah sosial telah menghantui manusia sejak adanya peradaban  manusia karena dianggap sebagai mengganggu dan kesejahteraan hidup mereka. Sehingga merangsang warga masarakat untuk menindentifikasi,menganalisa,memahami, dan memikirkan cara-cara untuk mengatasinya. Dimasa lampau, pada waktubelum ada ahli-ahli, ilmu-ilmu sosial, para warga masarakat yang biasanya peka terhadap masalah sosial.

     Masarakat yang berada di kelurahan 7 ulu adalah kumpulan suku –suku yang ada di Sumatera Selatan Pada khsusnya, dan juga warga keturunan Cina, dan juga warga keturunan yang ada di Indoensia, pada umumnya.

     Dimasarakat lorong garuda, misalnya ini adalah kampung yang sudah sangat majemuk kebudayaanya, karena berkumpulnya budaya yang ada di daerah ini. Mulai dari keturunan  Cina, suku Pedamaran, suku Komering, suku meranjat, serta berbagai suku lainya yang ada pada wilayah ini.

     Karena lingkungan yang ada di daerah ini bukan daerah yang di atur, tetapi mereka berada pada tempat tinggalnya yang sudah didirikan atas kehendak mereka masing-masing, sehingga tidak teratur, oleh karena itu berakibat padatnya penduduk, yang kadang kala itu membuat pertentangan yang mereka jalani sehari-harinya.

     Meskipun derah ini terlihat padat, namun penduduk makin bertambah yang tinggal diderah ini, alasan mereka daerah ini berada di tengah-tengah kota, sehingga benar apa kata pepatah, ada gula ada semut, begitu juga hidup manusia, dimana ada tempat usaha untuk tempat tinggal maka akan berebut untuk memilikinya.

     Disini atau ditempat lain adalah sama, karena dimanapun itu , tantangan itu akan selalu ada baik dari luar maupun dari dalam, misalnya, warga desa yang anaknya akan berangkat menuju kota itu kadangkala di halangi oleh orang tuanya, meskipun itu untuk meningkatkan kwalitas hidup manusia itu sendiri.

     Disebabkan suatu dorongan yang kuat, sehingga itu memberikan  keyakinan mereka untuk melawan rintangan dan


                        15.
tantangan, agar mereka dapat hidup dikota, meskipun kadangkala mereka di kota banyak rintangan dan tantangan hidup, tetapi mereka pada umumnya bersikeras untuk merantau tinggal di kota, misalnya mereka membentuk kelompok, di Lorong Garuda, itu terbentuk diawali dengan hanya beberapa orang saja, namun selanjutnya mereka menawarkan keluaraga dan kerabat agar mau tinggal di kota.

     Walapun mereka sudah tahu untuk dapat tinggal dikota memerlukan banyak keberanian, sangat beda dengan lingkungan yang ada di desa, dimana awal mereka tinggal dulu.

     Memang untuk kerja di kota itu, memerlukan suatu keberanian, oleh karena itu mereka juga memerlukan adanya bimbingan agama, itu diperlukan untuk memberikan batasan yang terarah bagi kehidupan mereka, sehingga ada 4 mesjid dan 18 musolah, meskipun semua ini dibutuhkan perjuangan –perjuangan.


    
(15) Manusia Indonesia, Induvidu ,keluarga dan Masarakat, drs AW Wijaya 






















                   16.







          KESIMPULAN



1. Saran.

.setelah saya melakukan pendataan di kelurahan 7 ulu makan dari itu saya mengambil kesimpulan dengan tema”Kependudukan Dan Lingkungan”.Dengan tumbuhnya keanekagaman penduduk yang ada di keluarahan 7 ulu, melahirkan banyak budaya didaerah ini, namun untuk itu dibutuhkan suatu penggalangan kembali persatuan dan rasa kesatuan diantara warga, di daerah ini hendaknya dilakukan suatu dorongan atau motivasi tentang pentingnya rasa solidaritas dan kebersihan.

Penertiban pasar yang selalu sangat menganggu transpotasi masarakat yang ada di lingkungan jalan ini.
    
     2.Usul.
        .khususnya untuk wilayah kelurahan 7 ulu masalah
         Peningkatan ekonomi, hendaknya pemerintah turun
         Tangan, terutama pada warga miskin yang ada di di
         keluarahan ini, karena mudah dipengaruhi dengan
         pemberian sedikit uang, untuk melakukan apa yang
         dinginkan oleh sipemberi uang tersebut.

        .segera hendaknya dilakukan suatu penyuluhan tentang
         Guna dan pungsinya suatu kebersihan, galakan
         Kembali gotong royong kebersihan, kalau perlu
         berikan hadiah pada lingkungan yang bersih dan
         sehat, sehingga tidak mudah lagi berjangkitnya
         suatu penyakit.
        .berikan penerangan rohani yang mengkaitkan masalah
         Gerakan kesatuan di sekitar kelurahan 7 ulu.
         








                        17.

       DAFTAR PUSTAKA

1.Sumber dari kelurahan 7 ulu, warga masarakat 7 ulu
 dan sekitarnya, tokoh masarkat, ulama.


2.Pengatar Antropologi I, Koentjaraningrat, terbitan
 tahun 2003

3.Antropolgi Sosial ,Koentjaraningrat, terbitan tahun
  1974

4.Manusia Indonesia, Induvidu, keluarga dan
  Masarakat,drs A W Wijaya.












    















     
                           18.   







                   DAFTAR   ISI

                                                Hlm.
Kata Pengantar..............................    ii.

Daftar isi..................................

Pendahuluan.................................  5- 6


BAB.2.

ASAL MUASAL TINGGAL DI KOTA.................  7- 8


BAB.3.

KEADAAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL...........  9-10.


BAB.4.

MATAPENCAHARIAN............................. 11-12.


BAB.5.

HUBUNGAN SOSIAL MASARAKAT................... 13-14.


BAB.6.

TANTANGAN   DAN KEHIDUPAN................... 15-16


KESIMPULAN..................................    17



DAFTAR PUSTAKA..............................    18







                     iv.


     

No comments:

Post a Comment

Sorga atau neraka

 Sorga itu sudah ada di dunia Hanya sedikit yang mau Banyak manusia lebih memilih dunia Jika dalam gembira kau gelisah Jika dalam susah kau ...