Tuesday, 27 December 2011

Palembang Dan Wajahnya Yang Dipoles

ditulis oleh M Kamil

Palembang jika orang hanya melihat wajahnya yang dipoles , yaitu yang hanya melihat di Jalan Sudirman, atau di jalan Kapten aripai, dan melihat komplek-kompleknya yang besar dan mewah-mewah itu.

Sepertinya enam puluh persen  penduduk kota Palembang ini adalah kaya, padahal pernahakn kita melihat salah satu contoh saja, yaitu kelurhaan 7 ulu.

Mari kita masuki lorong itu, mulai dari lorng Garuda, dari lorong Selekta, lorong kangkung, lorong Gading, loorng Kecana, lorong Famili Setia, lorong pulau dan juga loorng duren, ini adalah salah satu contoh wajah Palembang yang sesungguhnya.

sekarang apa  yang ingin kita tampilkan dalam hal ini, kita lihat penghidupan mereka, mulai dari buruh, pekerja kasar, pedagang kakiki lima, para kuli, para penarik bebcak.

mereka hidup hanyalah untuk makan hari ini, untuk hidup hari ini, bukan mereka cari penghiduan itu untuk makan dan menabung dimasa yuang akan datang.

Kesehatan dan lingkungan mereka akan sangat menyedihkan sekali, pakah pernah para pejabat yang mau datang, atau berkunjung pada lokasi ini, mau melihat bagaimana lingkungan ini yang sesungguhnya, apakah pernah mereka tahu bahwa inilah gambaran penduduk Palembang yang ada itu.

hidup seperti para pejabat itu hanya segelintir saja, kalau tempat tinggalnya hanyalah lebar lebih dan kurang hanya tiga meter, distu tempat makan makan, distu tempat mereka minum, distu mereka menerima tamau, distu untuk mereka segala kegitaan.

masalah kesehatan mereka akan sangat menyedihkan seklai terutama masalah penyakit kulit, teriutama penyakit menular korengan itu tak yang tak pernah henti.

untuk berobat mereka hanya paling kuat sebatas puskesmas saja, kadang juga mereka tak mampu dan tak bisa menggunakan namanya kartu kesehatan jaminaan kesehatan itu, sama sekali mereka tidak akan hal itu.

inilah yang menjadi pertanyaan bagi kita, adakah kita yang mau perduli akan hal ini, ternyata tidak sama seklai, atauakah kita memnag sudah memmag tuli akan hal ini, akankah kita memmang sudah buta akan hal ini.

sepertinya kita cukup pandai kalau hanya untuk memebuat suatu kepalsuan, memoles yang jelek-jelek menjadi cantik, mengetengahkan kecantikan semu, tetapi dinelakangnya rusak berat.

lalu kenapa manuis itu yang disalahkan, kenapa mereka hanya tinggal ditkota, kenapa mereka tak mau tinggalk disdesa saja, itu yang jadi pertanyaan bagi mereka yang merasa mereka adalah orang-orang pejabat itu.

ternyata di Palembang yang ditampilakn itu adalajh kepalsuan demi kepalsuan, sehingga polesan itu benar-benar dapat dikagumi, kemiskinan itu, menbaw nikmat yang bahagia itu.

yang ditampilkan itu adalah itu dalah hanya sebuah kepalsuan saja, , coba kalau di lihat wajahnya ini yang akan menampilkan para penduduk Palembang yang sebenarnya itu.

jika kita kembali keawal mengapa mereka datang kePalembang itu sebuah argumen yang tak pernah akan seellesai begitu saja tetapi akan tersu berlanjut.

mereka pada awlnya adalah datang dengan tanpa sengaja, tetapi dengan rasa nya yang menurut mereka itu adalah nikmat, oleh karena itu mereka ingin merasakan kenikmatan itu, oleh karena itu mereka ingin tinggal di Paelembang, mereka ingin menetap untuk tinggal di Palembang ini saja.

langkah mereka berikutnya, adalah untuk tetap tinggal di kota, itu keptusan yang mereka ambil, entah itu akan berhasil untuk berjuang apakah itu tidak bukan masalah, oleh karena itu mereka tinggal sembarangnan saja yang penting mereka dapat tinggal dimana saja.

inilah sebuah potert wajah Palembang yang patut di perhatikan oileh tiap pendatang itu, jangan hanya di tunjukan yang cantinya saja, apa yang ahrusnya mereka lihat adalah sudah waktunya untuk mereka perhatikan.

hentikan membuat kepalsuan yang ditampilaknpada dunia itu, tapi kenpa tidak buktikan wajah kita yang sesungguhnya, hentikan menggnakan topeng yang ssungguhnya itu adalah yang harus di tampilkan buka wajah-wajah yang dipoles itu, eakyat akan akan tahu bahwa kau beriukan kepalsuan pada dunia itu.(kamil)

No comments:

Post a Comment

Sorga atau neraka

 Sorga itu sudah ada di dunia Hanya sedikit yang mau Banyak manusia lebih memilih dunia Jika dalam gembira kau gelisah Jika dalam susah kau ...