Etnis Tionghoa Mulai Masuk ke Palembang.
Komunitas Cina Palembang yang secara historis telah
melakukan hubungan dagang sejak awal abad Masehi tentunya juga mempunyai
sejarah yang panjang tentang pemukimannya. Meskipun demikian, keterbatasan data
tidak memungkinkan untuk merekonstruksi pola pemukimannya sejak awal kehadiran
mereka di Palembang. Oleh karena itu, dalam tulisan sejarah pemukiman
masyarakat Cina di Palembang dimulai sejak runtuhnya kerajaan Sriwijaya sampai
masa kolonial. Dari data keramik dapat diperkirakan sekurang-kurang sejak abad
ke –7 Masehi, sudah terjalin hubungan dagang anatara Cina dengan Palembang,
meskipun sumber tertulis menyebutkan bahwa puncak hubungan perdagangan terjadi
pada abad ke 10-16. Hubungan dagang ini diperkuat dengan kehadiran
utusan-utusan dari Palembangsejak abad ke -7 sampai dengan abad ke-13 ke negeri
Cina. Dari sumber berita Cina sendiri hanya dapat diketahui bahwa sejak abad ke
–7, tidak hanya hubungan dagang saja yang terjalin di anatara kedua wilayah
ini, melainkan juga hubungan agama. Hal ini terbukti dari kehadiran I-t’sing,
seorang pendeta Budha dari Cina yang belajar Sansekerta di Sriwijaya pada tahun
671 sebelum ke Nalanda, India.
Berdasarkan data sejarah dapat diketahui bahwa kelompok
etnis Cina sudah mulai mengadakan kontak dagang sejak abad ke-7 Masehi, saat
daerah ini masih dikuasai oleh Sriwijaya. Pada masa kemudian kedatangan
orang-orang Cina yang menetap di Palembang justru melahirkan kepemimpinan
kelompok etnis Cina di wilayah ini. Bahkan, setelah Islam memasuki daerah ini
peran merekapun tidak surut, terbukti dengan munculnya imam kerajaan dari
kelompok mereka. Dari sumber berita Cina (Ying Yai Sheng Lan) dapat diketahui
bahwa etnis Cina yang ada di Palembang berasal dari Canton, Chang-chou dan Ch’uan-chou.
Hanya saja dari sumber tersebut tidak disebutkan etnisnya. Pemukiman masyarakat
Cina terdapat di wilayah 7 Ulu yang secara administratif termasuk wilayah
Kelurahan 7 Ulu, kecamatan Seberang Ulu I, Palembang.
Masyarakat Cina yang merupakan bagian dari penduduk
Palembang tentunya pola pemukimannya tidak jauh berbeda. Awalnya kelompok etnis
Cina, seperti halnya masyarakat asing lainnya yang bermukim di wilayah
Palembang, atas kebijakan sultan Palembang ditempatkan di seberang Ulu.
Pembagian tata letak pemukiman yang berdasarkan status sosial, pekerjaan dan
etnis telah terjadi di Palembang sejak kratonnya masih di Kuta Gawang. Etnis
Cina ditempatkan di luar kraton. Bahkan, seperti halnya penduduk lainnya mereka
bermukim di atas rakit. Rumah-rumah rakit yang berada langsung di atas air
tetap mempunyai pola linear hanya sari segi kuantitas jumlahnya berkurang, hal
ini terjadi karena perkembangan jaman (perubahan pemerintahan). Mereka lambat
laun membentuk pemukiman rumah panggung. Keadaan ini juga berlaku untuk
kelompok etnis Cina, sehingga kemudian munculah pemukiman Cina di 7 Ulu dengan
segala sarana dan prasarananya. Pemukiman etnis Cina ini ditandai dengan adanya
rumah Kapitan Cina, kelenteng dan pemakaman di Bukit Mahameru. Langgam
arsitektur di kawasan Pecinan tersebut dipengaruhi oleh arsitektur lokal
(Palembang), Cina dan Belanda. Sampai akhir pemerintahan kolonial Belanda pola
pemukiman mereka tidak berubah, baik yang bermukim di atas rumah panggung
maupun di atas rakit, yaitu berpola linear.
Tidak berbeda dengan literatur yang dikemukakan oleh
Budayawan Palembang Djohan Hanafiah dalam sebuah bukunya Perang Palembang
Melawan VOC (1996) diceriterakan bahwa Sriwjaya merupakan kerajaan yang lebih
menguasai wilayah perairan di Asia Tenggara. Lalu, berdasarkan catatan
sebagaimana dituturkan almarhum Djohan Hanafiah waktu lalu, Raja Palembang yang
bernama Ma-na-ha, Pau –In –Pang (Maharaja Palembang) mengirim dutanya menghadap
Kaisar Tiongkok pada tahun 1374. Maharaja ini disebut sebagai Raja Palembang
terakhir pada saat penguasaan Sriwijaya, sebelum Palembang dihancurkan oleh
Majapahit pada 1377.
Konflik Etnis Tionghoa yang terjadi di Palembang.
1. Masalah DPK (Dana Pihak Ketiga) dan Kredit BNI.
Potensi penyaluran kredit dan penghimpunan dana dari etnis
Tionghoa sangat tinggi, sehingga wajar mayoritas perbankan membidik segmen ini.
Bahkan bagi BNI, pangsa pasar ini bukan hanya mengenjot DPK (dana pihak
ketiga), tapi juga berkontribusi besar terhadap pertumbuhan kreditnya.
”Sebetulnya kami tak membeda-bedakan nasabah. Seluruh segmen
yang mau menjadi nasabah maupun debitur BNI sama dan kami gabung. Tapi tidak
bisa kami pungkiri etnis Tionghoa juga kontribusinya tinggi. Banyak nasabah
prioritas kami yang berasal dari etnis ini,” ujar Pemimpin Kanwil BNI Palembang
Jefry AM Dendeng, di sela acara Malam Spektakuler Gala Dinner di Selebriti
Cafe, akhir pekan lalu.
Kata Jefry, mayoritas etnis Tionghoa menjadi nasabah Emerald
BNI. Untuk menjadi nasabah priority ini, harus mempunyai saldo minimal Rp1
miliar. ”Sesuai dengan benefit yang kami berikan, diantaranya travelling
nasabah yang kami urus, mulai dari tiket, hotel, hingga emergency (sakit),”
ungkapnya.
Dia mengatakan, walaupun etnis Tionghoa menguasai Emerald,
namun penyokong dana mayoritas BNI tetap masyarakat pribumi. Sedangkan kredit,
etnis Tionghoa hanya mengambil kredit investasi pertanian, industri,
perdagangan, modal kerja sektor perdagangan, ekspedisi, dan angkutan. ”Tapi
data pastinya belum bisa kami umumkan. Kami sedang right issue, mungkin setelah
itulah atau akhir tahun baru bisa diketahui,” tuturnya.
Nah, sebagai bentuk apresiasi kepada nasabah dan debitur
etnis Tionghoa, BNI menggelar Malam Spektakuler Gala Dinner di Selebriti Cafe,
akhir pekan lalu. ”Sebetulnya salah satu nasabah kami yang menyelenggarakan
acara ini, BNI hanya berpartisipasi,” tukasnya. Sekitar 500 tamu dari nasabah
dan undangan hadir pada malam Gala Diner tersebut. Jefry berharap, acara ini
mampu menumbuhkan keloyalan nasabah untuk terus menabung di BNI. Begitu juga
bagi para debitur.
”Terselenggaranya acara ini juga karena disupport BNI. Kami
laksanakan di dua kota. Pertama di Palembang, dan Januari 2011 nanti di
Jakarta. Acara ini sebagai ajang silahturahmi antara etnis Tionghoa yang ada di
Palembang. Sekaligus juga malam amal untuk membantu para korban letusan Gunung
Merapi,” ungkap Panitia Malam Spektakuler Gala Dinner Farida Salim .(Martinus
blog)
No comments:
Post a Comment