Ditulis oleh : M Kamil
TRIPUSAT
PENDIDIKAN
Pada dasarnya, proses pendidikan dapat
terjadi dalam banyak situasi sosial yang menjadi ruang lingkup kehidupan
manusia. Secara garis besar proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan
pendidikan yang terkenal dengan sebutan Trilogi Pendidikan.
Trilogi Pendidikan, yaitu:
- Pendidikan
di dalam Keluarga (Pendidikan Informal)
- Pendidikan
di dalam Sekolah (Pendidikan Formal)
- Pendidikan
di dalam Masyarakat (Pendidikan Non Formal).
Pendidikan di dalam keluarga merupakan
pendidikan kodrati. Apalagi setelah anak lahir, pengenalan diantara orang tua
dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan kedamaian.
Anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan
dengan wajar di dalam lingkungan keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua
orang tuanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena ayah dan ibu
merupakan pendidik dalam kehidupan yang nyata dan pertama sehingga sikap dan
tingkah laku orang tua akan diamati oleh anak baik disengaja maupun tidak
disengaja sebagai pengalaman bagi anak yang akan mempengaruhi pendidikan
selanjutnya. Maka, keluarga yang baik di dalamnya akan terjadi interaksi
diantara para anggotanya.
Sebagaimana dikemukakan oleh St. Vembriarto
(1978:35) Bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar yaitu suatu proses
akomodasi dengan mana individu memohon, menahan, mengubah impuls-impuls dalam
dirinya dan mengambil alih cara hidup atau kebudayaan masyarakat.
5.
Komunikasi orang tua dengan anak memegang
peranan penting dalam membina hubungan keduanya, hal ini dapat dilihat dengan
nyata, misalnya: membimbing, membantu mengarahkan, menyayangi, menasehati,
mengecam, mengomando, mendikte, dan lain sebagainya..
Bicara tentang pendidikan di Indonesia seakan tak ada
habisnya. Mulai dari seminar tingkat nasional sampai seminar tingkat lokal,
dari talk show para akademisi dan praktisi pendidikan sampai obrolan ringan
masyarakat. Mudah-mudahan ini adalah sebuah euphoria yang baik, geliat
pendidikan di tanah air sudah mengarah ke arah yang lebih baik walaupun
sebagian besar masih dalam tataran wacana.
Seperti
anggaran pendidikan yang telah diamanatkan Undang-undang sebesar 20% mulai
dilakukan pemerintah setahap demi setahap walaupun menghadapi berbagai kendala,
kurikulum pendidikan mulai ada perubahan dan perbaikan mulai dari CBSA,
Kurikulum 2004, KBK dan yang terbaru KTSP walaupun banyak yang merasa keberatan
karena merasa nyaman dengan kurikulum yang lama dan dikarenakan sosialisasi
yang kurang efektif .lalu, ada program kompensasi pengurangan subsidi BBM
Bantuan operasional Sekolah sebagai bantuan untuk
operasional sekolah walaupun entah sampai kapan kebijakan ini bisa bertahan.
Kebijakan – kebijakan tersebut dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan. Tetapi Kebijakan – kebijakan pemerintah di atas tidak akan
dapat berjalan dengan baik apabila tidak ada kepedulian dan peran serta
masyarakat
Dalam
dunia pendidikan kita mengenal dengan yang namanya trilogi pendidikan sebuah
skema hubungan antara lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Antara satu dan lainnya saling mendukung dalam upaya mencerdaskan
anak bangsa. Siapa pun pasti mengenal dan mengerti akan konsep ini tapi sedikit
yang bisa mengaplikasikannya karena tidak adanya sinkronisasi di antara ke tiga
faktor tersebut.
6.
1.Lingkungan Keluarga
Lingkungan
keluarga adalah lingkungan pertama dalam dunia pendidikan. pendidikan keluarga
adalah fundamen pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang
diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik
di sekolah maupun di masyarakat.
Dalam keluargalah akan terbentuk watak anak,
kebiasaan dan sebagainya. Idris dan Jamal (1992) menyatakan bahwa orang tua
harus bisa memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar seperti
pendidikan agama, budi pekerti, etika, sopan santun, kasih sayang, rasa aman,
dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan
kebiasaan-kebiasaan. Selain itu peranan keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai
dan tingkah laku yang sesuai yang diajarkan di sekolah. Dengan kata lain , ada
kontinuitas antara materi yang diajarkan di rumah dan materi yang diajarkan di
sekolah.
Banyak
para ahli yang mengemukakan tentang pentingnya pendidikan di lingkungan
pertama. Seperti Comenius (1592-1670) seorang ahli didaktik dalam bukunya
Didaktica Magna menegaskan bahwa tingkatan permulaan bagi pendidikan anak-anak
dilakukan di dalam keluarga yang disebutnya Scola-Materna atau Sekolah Ibu. J.J
Rousseau (1712 – 1778)
Seorang
pelopor ilmu ahli jiwa anak mengutarakan betapa pentingnya pendidikan keluarga
bahkan ia menjelaskan lebih jauh (dalam bukunya Emile) tentang pendidikan –
pendidikan manakah yang perlu diberikan kepada anak sesuai dengan
perkembangannya. Dan masih banyak lagi ahli yang menyatakan tentang pentingnya
pendidikan keluarga seperti C.G salzmann dan Pestalozzi.
Tapi,
Sangat disayangkan masih ada (kalau tidak mau dikatakan masih banyak) orang tua
yang tidak menyadari peran mereka sebagai sekolah awal bagi anak-anaknya.
7.
2.Lingkungan
Sekolah
Sekolah
adalah sebuah “Wahana” tempat anak bereksplorasi menjelajahi samudra
pengetahuan teori maupun praktek. Sekolah sebagai lingkungan kedua harus bisa
meneruskan, memperbaiki bahkan menambah apa yang telah didapatkan anak di
lingkungan pertamanya.
Sebagai
contoh ketika anak telah belajar bagaimana caranya kasih sayang diungkapkan
maka. Fihak sekolah (Guru, Wali Kelas, BK) bisa meninjau bagaimana anak
berinteraksi dengan teman-temannya untuk kemudian memberikan arahan dan
bimbingan sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.
Kata
sekolah diambil dari kata Scholae yang berarti menyenangkan ini berarti sekolah
harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif atau dalam istilah
pendidikan kita dikenal dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan). Anak dalam hal ini tidak dijadikan sebagai Objek tapi sebagai
Subjek dan fihak sekolah sebagai fasilitator sekaligus sebagai motivator
terhadap perkembangan anak.
Oleh
karena itu, sekolah diharapkan dan diharuskan bukan menjadi tempat yang
menakutkan bagi anak dengan adanya tindakan-tindakan “pemaksaan” dan hukuman
yang berlebihan sehingga anak menjadi fobia dengan yang namanya sekolah
sehingga lahirlah anak-anak yang ketinggalan dalam hal pendidikan atau
mengambil kata M. Joko Susilo sebagai Pembodohan Siswa Tersistematis.
Sekolah
dalam peranannya harus bisa mengejawantahkan apa yang diamanatkan Undang-undang
dalam pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan dalam
menghadapi tantangan global jangan sampai sekolah hanya menjadi tempat untuk
berkumpulnya anak-anak, tempat menulis atau mendengar bahkan hanya sebagai
tempat untuk mengulang hapalan.
8.
Sekolah harus mempunyai nilai lebih apalagi
kalau melihat kondisi masyarakat (orang tua) yang kurang memperhatikan
anak-anaknya dalam hal pendidikan karena mereka beranggapan bahwa sekolahlah
yang mempunyai tugas dalam hal pendidikan.
3.Lingkungan
Masyarakat
Lingkungan
masyarakat sebagai bagian dalam lingkungan pendidikan juga mempunyai andil yang
besar dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang
sisdiknas pasal 8 tentang Hak dan Kewajiban Masyarakat dinyatakan bahwa “Masyarakat berhak berperan serta
dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.”.
Dalam pasal 9 dinyatakan bahwa Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber
daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Yang disebut dengan masyarakat
dalam pasal di atas adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang
mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
Sebagus apapun sistem sebuah
pendidikan kalau masyarakatnya tidak ikut aktif berperan serta maka bisa dipastikan
pendidikan tersebut akan jalan ditempat. Sebagai warga negara yang baik dan
peduli tentu mengharapkan bidang pendidikan ada kemajuan walau sedikit tapi
pasti karena ketika pendidikan kita maju maka, ekonomi dan perkembangan sosial
juga akan ada perubahan.
Masyarakat sebagai bagian dalam
sebuah sistem pendidikan harus memperlihatkan lingkungan yang memberikan
tuntunan yang baik bukan tontonan yang akan merusak tatanan pendidikan yang
sudah diupayakan dengan baik. Jangan sampai peribahasa ”karena nila setitik,
rusak susu sebelanga” menimpa pendidikan anak-anak kita.
9.
4.Hubungan
dan kerja sama
Walaupun
mempunyai kewajiban yang sama dalam hal pendidikan tetapi, tujuannya tidak akan
maksimal tercapai kalau ketiga komponen yang telah disebutkan di atas tidak
menjalin hubungan dan kerja sama yang baik karena, ada hal-hal yang bisa
dilakukan keluarga tidak bisa dilakukan sekolah dan begitu juga sebaliknya.
Oleh karena itu perlu diadakan sebuah kerja
sama dan hubungan yang terorganisir antara sekolah, keluarga dan masyarakat
dalam upaya memperbaiki pendidikan. Drs.M Ngalim Purwanto, MP (2002) menyatakan
bahwa usaha yang dapat dilakukan untuk menjalin kerja sama dan hubungan.
Bisa
dengan cara : mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan murid
baru, mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga, kunjungan sekolah
ke rumah orang tua murid, mengadakan perayaan hari besar dan mendirikan
perkumpulan orang tua murid dan guru. Dengan adanya model kerja sama dan
hubungan seperti itu diharapkan sedikitnya dapat mengatasi persoalan-persoalan
pendidikan yang begitu komplek.
Dunia
pendidikan Indonesia secara perlahan-lahan namun pasti melakukan perubahan dan
pembaruan menuju kepada pendidikan yang lebih baik karena Pendidikan adalah hal
yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan, dengan pendidikan kita
bisa memajukan kebudayaan dan mengangkat martabat bangsa di mata dunia.
Akhirnya kita pun harus menyadari bahwa Pendidikan adalah tanggung jawab
bersama
BAB.3
Pendidikan Karakter menurut KI HAJAR DEWANTARA
Dunia
pendidikan kini telah banyak terbius oleh berbagai ajaran-ajaran maupun
dogma-dogma dari luar negeri yang diajarkan baik dalam pendidikan forma,
non-formal maupun informal.
Kita tidak
menyadari bahwa banyak dogma ataupun ajaran tersebut tidak sesuai dengan budaya
negeri ini. Padahal negeri kita telah memiliki sejumlah tokoh pengajar dan
pendidik yang luar biasa, salah satunya adalah pengajaran bapak pendidikan
kita, Ki Hajar Dewantara.
Bila
dicermati, berbagai persoalan social yang terjadi sekarang adalah akibat
lemahnya sikap toleransi antar sesama masyarakat, menurunnya wibawa pemerintah
karena berbagai kebijakannya yang dianggap tidak pro rakyat.
Melemahnya
peranan norma dalam mengatur ketertiban masyarakat hingga ketidak percayaan
terhadap hokum. Semuanya itu memunculkan berbagai perilaku perilaku anarkis,
sadistis, konfrontatif serta berbagai tingkah laku lain yang bertentangan
dengan norma sosial, susila, dan agama.
Banyak
kalangan yang akhirnya bertanya ”Apa yang salah dengan pendidikan nasional
sehingga belum berhasil membangun karakter bangsa sebagaimana yang diamanatkan
Pancasila, UUD 1945, dan UU NO. 20 Tahun 2003?”.
Membuat orang berkarakter adalah tugas pendidikan. Esensi pendidikan adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik dan berkarakter.
Membuat orang berkarakter adalah tugas pendidikan. Esensi pendidikan adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik dan berkarakter.
11.
Pengertian
baik dan berkarakter mengacu pada norma yang dianut, yaitu nilai-nilai luhur
Pancasila yang sepenuhnya terintegrasi ke dalam harkat dan martabat manusia
(HMM). HMM yang mengandung nilai-nilai luhur Pancasila inilah yang menjadi
basis pendidikan. Dalam hal ini, paradigma pendidikan yang dikembangkan dan diimplementasikan
adalah memuliakan kemanusiaan manusia, yang mana kemanusiaan manusia adalah HMM
itu sendiri.
Pendidikan
terwujud melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini terjadi tidak
hanya sekedar pada tahap transfer pengetahuan (knowledge) semata, melainkan
juga pada tahap transfer keterampilan (skill) hingga pada tahap transfer
nilai-nilai (values) yaitu nilai-nilai kehidupan pada umumnya dan nilai-nilai
spiritual keagamaan. Tahap inilah yang pada akhirnya mengarah kepada
pembentukan karakter (character). Pendidikan pada akhirnya adalah pembangunan
karakter.
Proses
pembelajaran yang bermuatan pendidikan karakter itu dapat kita implementasikan
dari ajaran pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara melalui Trilogi
Pendidikan yang diajarkannya, yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani.
Arti dari
semboyan Trilogi pendidikan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang
seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa
(di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan
ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau
contoh tindakan yang baik).
Sudah
waktunya guru-guru meninggalkan metode lama mengajar yang hanya sekadar melaksanakan
tuntutan tugas dan mengejar target kurikulum semata, sehingga tidak
memiliki idealisme menjadi seorang pendidik. Tinggalkan mengajar tanpa
dilandasi hakikat dari mengajar itu sendiri.
12.
Guru dituntut
untuk kembali seperti yang Ki Hajar Dewantara katakan yakni seorang yang ing
ngarso sing tulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani. Guru yang
bukan hanya mengajar, tapi juga mendidik.
Aktualisasi
ajaran Ki Hajar Dewantara di era globalisasi ini untuk membangun karakter
bangsa, sudah sangat mendesak diterapkan.
Kalau itu
dilakukan, Indonesia akan bebas dari predikat negara terkorup, birokrasi
terburuk, dan lainnya, yang kesemuanya itu disebabkan lemahnya system
pendidikan yang berkarakter budaya Indonesia. Perlu langkah bersama untuk
mewujudkannya, sehingga Indonesia berubah jadi bangsa berkarakter tinggi.
.
13.
KESIMPULAN
Saran.
1..
Pendidikan dalam keluarga memang sangat menentukan untuk
Dapat dilihat dan dibuktikan pada masa-masa yang akan
Datangnya, itu paling
tidak sepuluh dan dua puluh tahun yang akan
Datang.
2. Dari pendidikan dalam keluarga akan lebih perlu
diwaspadai dan
di perhatikan secara seksama lagi, adalah
itu lingkungan
masarakat, karena itu akan sangat besar
dapat mempengaruhi
watak seorang anak dimasa yang akan
datangnya nanti.
3. Pendidikan itu disekolah adalah sangat sedikit
waktunya, tetapi
Hal
itu lebih banyak waktunya adalah diluar
rumah dan di rumah, kerjasama memang
sangat diperlukan antara orang tua, guru,
Anak
dan masarakat.
USUL
4. Pendidikan dalam keluarga tidak selamanya menentukan
baik atau
Buruk
nya anak dimasa yang akan datang, karena banyak anak yang dilahirkan dan di
besarkan di sebuah panti asuhan menjadi
Baik
dan sangat berguna bagi masarakat dan bangsa..
5. Hendaknya Pelajaran tentang pancasila untuk kini
seharusnya
Kembali
dibuatkan program khusus tentang apa dan bagaimana
Pungsi
sesungguhnya itu pancasila, karena sudah banyak
Masarakat
negeri yang sekarang tidak mengenal lagi itu yang
Namanya
Pancasila.
14.
TRIPUSAT PENDIDIKAN
Nama : M K A M I L
NPM : 11.11.0089
Fakultas : HUKUM
Jurusan : ILMU HUKUM
Matakuliah
: Ketamansiswaan
UNIVERSITAS TAMAN
SISWA
Tahun Ajaran 2011/2012
PALEMBANG
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kami panjatkan kehadirat tuhan
yang maha esa,
Bahwa kami dapat menyelsaikan tugas yang diberikan
pada kami.
Untuk ini kami menarik kesimpulan , mengambil
tema “ TRIPUSAT
PENDIKAN”. Yang kami peroleh tulisan ini dari berbagai
sumber, sehingga
Dapat kami simpulkan dengan tulisan yang telah kami
susun.
Tulisan ini kami buat telah kami upayakan
dengan segala upaya
Dan batas
kemampuan yang telah kami miliki,
sehingga dapat tersusun
Sebagaimana yang dapat kami sampaikan ini.
Kiranya ini dapat di pahami oleh Bapak Dosen
Ketamansiswaan
Yang telah memberikan tugas kepada kami untuk mengerjakan
tugas ini,
Tetapi inilah yang dapat kami sampaikan.
Besar harapan kami ini dapat diterima,
sehingga mendapatkan nilai
Yang baik bagi kami, dan itu kami sangat hargai, kami
sampaikan terima
Kasih.
Semoga Allah meredhoi kita semua. Amin.
Palembang, 27 Desember 2011,
Penyusun,
M Kamil
ii.
DAFTAR
ISI
hlm
Kata
Pengantar...................................... ii
Daftar
ISI........................................................ iii.
BAB.I
PENDAHULUAN........................................... iv
BAB. 2.
-Tripusat
Pendidikan.............................. 5-10
BAB. 3.
-Pendidikan Karakter Menurut
Kihajar Dewantara............................ 11- 13
KESIMPULAN
-USUL dan SARAN.......................... 14.
Daftar
Pustaka............................................... 15.
iii..
DAFTAR PUSTAKA
.
Sumber diperoleh dari Internet.........
15.
BAB.I
PENDAHULUAN
Kami
berterima kasih pada rekan-rekan
yang telah dapat
Membantu
saya untuk menyusun tulisan ini, berikut yang telah saya
Rangkai dalam bentuk.
Untuk pada bagian Kedua, saya mendapat kesimpulan dengan
Dengan mengambil tema “ Trilogi Pendidikan.” Dengan kami
sajikan
Penjelasan .dan dengan beberapa bagian lainnya.
Selanjutnya, untuk bagian ketiga , yaitu kami
berusaha untuk
Mengetengahkan dengan tema, “
Pendidikan Karakter Menurut
Kihajar Dewantara.” Ini kami buat dengan satu pembahasan.
Pada bagian lainya, juga kami sampaikan
pembahasan akhir, yaitu
Kesimpulan dari permasalahn yang telah kami sajikan, dan
hal ini tentu
Saja kami buat dengan segala batas kemampuan yang kami miliki.
Demikian yang dapat kami tuliskan, kiranya
ini semua dapat dipahami
Dan di mengerti,
oleh rekan-rekan sesama mahasiswa dan
dosen yang
Bersangkutan dalam hal ini dosen Ketamansiswaan.
iv.