Harga getah karet di kabupaten OKU Timur sejak satu
tahun terakhir terus bertahan di level Rp 6.000 per kilogram.
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, harga getah
karet hanya mengalami kenaikan sekitar Rp. 200-700 per kilogram.
Kondisi tersebut berimbas pada pendapatan petani karet
yang selama ini menggunakan pola hidup mewah. Trend
penurunan harga getah karet yang ditekan oleh kenaikan harga
BBM tentu saja membuat petani semakin was-was.
Petani berharap harga getah karet naik pasca kenaikan harga BBM.
Namun justru sebaliknya, beberapa kali kenaikan BBM di
Indonesia tidak merubah harga getah karet yang justru semakin
anjlok. “Harga getah karet lebih murah dari harga BBM per liter.
Getah karet hanya Rp. 6.000 per kilogram. Sementara harga
BBM mencapai hingga Rp. 9.000 per liter. Perbandingan
harga tersebut tentu saja sangat menyulitkan petani karena
harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk biaya
operasional,” ungkap Jamus petani karet asal Desa Jayabakti
Kecamatan Madang Suku I. Bahkan bukan hanya BBM yang
mengalami kenaikan lanjut Jamus, sejumlah bahan pokok juga
mengalami kenaikan. Jika sebelumnya satu kilogram getah
karet bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun sejak
anjloknya harga satu kilogram getah karet hanya bisa membeli
setengah liter BBM saja. “Saat ini petani sudah mulai lesu untuk
melakukan penggarapan lahan. Biaya operasional dan hasil
penjualan getah karet jauh dari untung. Bahkan sejumlah petani
memilih untuk membiarkan kebun mereka tidak disadap karena
harga yang tidak menguntungkan,” katanya. Sedangkan Mujiono,
petani karet lainnya mengatakan, harga getah karet dalam satu
bulan terakhir kemungkinan tidak akan mengalami kenaikan.
Hal itu berdasarkan informasi dari masyarakat yang menyatakan
bahwa sejumlah pabrik di Kota Palembang saat ini tidak bisa
menjual getah karet langsung ke luar negeri. Hal
itu menyebabkan terjadi penumpukan getah karet di tingkat pabrik.
tahun terakhir terus bertahan di level Rp 6.000 per kilogram.
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, harga getah
karet hanya mengalami kenaikan sekitar Rp. 200-700 per kilogram.
Kondisi tersebut berimbas pada pendapatan petani karet
yang selama ini menggunakan pola hidup mewah. Trend
penurunan harga getah karet yang ditekan oleh kenaikan harga
BBM tentu saja membuat petani semakin was-was.
Petani berharap harga getah karet naik pasca kenaikan harga BBM.
Namun justru sebaliknya, beberapa kali kenaikan BBM di
Indonesia tidak merubah harga getah karet yang justru semakin
anjlok. “Harga getah karet lebih murah dari harga BBM per liter.
Getah karet hanya Rp. 6.000 per kilogram. Sementara harga
BBM mencapai hingga Rp. 9.000 per liter. Perbandingan
harga tersebut tentu saja sangat menyulitkan petani karena
harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk biaya
operasional,” ungkap Jamus petani karet asal Desa Jayabakti
Kecamatan Madang Suku I. Bahkan bukan hanya BBM yang
mengalami kenaikan lanjut Jamus, sejumlah bahan pokok juga
mengalami kenaikan. Jika sebelumnya satu kilogram getah
karet bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun sejak
anjloknya harga satu kilogram getah karet hanya bisa membeli
setengah liter BBM saja. “Saat ini petani sudah mulai lesu untuk
melakukan penggarapan lahan. Biaya operasional dan hasil
penjualan getah karet jauh dari untung. Bahkan sejumlah petani
memilih untuk membiarkan kebun mereka tidak disadap karena
harga yang tidak menguntungkan,” katanya. Sedangkan Mujiono,
petani karet lainnya mengatakan, harga getah karet dalam satu
bulan terakhir kemungkinan tidak akan mengalami kenaikan.
Hal itu berdasarkan informasi dari masyarakat yang menyatakan
bahwa sejumlah pabrik di Kota Palembang saat ini tidak bisa
menjual getah karet langsung ke luar negeri. Hal
itu menyebabkan terjadi penumpukan getah karet di tingkat pabrik.
No comments:
Post a Comment