Meskipun
di Hina
tetap Jalan
Untuk memberdayakan
masyarakat adalah bukan
suatu
pekerjaan yang
gampang, tetapi terkadang
lebih banyak
yang
menghina daripada yang
menghargai usaha yang
kita lakukan itu.
Mulanya demikian,
di sekitar kampungku,
banyak anak-anak yang
tidak sekolah,
bahkan mereka
umur di bawah
lima tahun itu
tidak sekolah, nah
atas dasar ini
aku berniat
mengumpulkan
mereka sehingga biar
hanya sepatah
atau dua
kata yang kita
sampaikan yang penting
mereka
memiliki perubahan
menuju kepada kemajuan.
Di tahun 2001
aku dirikan Lembaga
swadaya Masyarakat
dengan
nama TERAS, lembaga
ini aku kumpulkan
anak-anak untuk belajar
yang paling sederhana,
yaitu belajar membaca.
Sejak
itu kumpulah mereka di
tempatklu,
mulai dari
membaca hingga di ajarkan
cara dan etika
terhadap orang tuanya.
Mereka kadang di sebut dengan
anak jalanan,
karena
memang mereka lebih
senang tinggal di jalanan.
Aku hanya ingin
mereka dapat berdaya sendiri,
sehingga dapat berkarya
sendiri,
sehingga mereka
dapat hidup mandiri,
aku mereka dapat
memberikan hidup
bagi
mereka sendiri, dengan cara
yang baik,
tidak
melanggar hukum dirinya,
tidak melanggar hukum
Negara.
Tiap hari
mereka datang ke tempat
tinggalku,
sehingga hari
demi hari mereka
mulai ada perubahan,
sebelumnya mereka sangat
senang menghisap aibon
(lem untuk karet)
itu sering mereka hisap.
Namun setelah
mereka di berikan bimbingan
pada akhirnya, mereka mulai
berubah, mereka
tidak
mau menghisap aibon
tersebut. Bahkan
mereka
mau merubah hidup
mereka dengan mau berkerja.
Mereka ada
yang bberkerja di
rumah makan,
mereka
ada yang berkerja
di took-toko, bahkan
mereka ada
yang mau melanjutkan sekolahnya.
Karena mereka
sudah mulai merubah
hidup mereka sendiri,
pada akhirnya di
tempatku, berubah pula pemberdayaan
yang kita lakukan,
yaitu dengan menerima
anak-anak
di bawah umur
lima tahun, untuk belajar
di tempat kita.
Mereka
mulai dari umur
tiga tahun hingga
umur lima tahun,
belajar anak usia dini, atau yang lebih
sering
di sebut dengan
pendidikan anak usia dini.
Belajar di
tempat ini mereka
tidak di paksa,
tapi mereka menerima dan
memberi dengan
sukarela
mereka, yaitu sebatas
daya
kemampuan mereka
untuk belajar.
Meskipun tempat
belajar mereka yang
sangat sederhana,
oleh
karena tempat yang
sangat sederhana itulah
selalu
di hina
oleh orang-orang yang
tidak senang dengan
hal ini.
Mereka kadang
di ejek dengan
di katakana,
”itu hanyalah
tempat bermain, tapi
bukan tempat belajar,
kata-kata itulah yang
sangat sering muncul,
tapi hinaan seperti
bukan jadi hambatan,
pelaksanaan pendidikan ini
tetap jalan hingga
dengan sekarang.
Yang jadi
persoalannya sekarang adalah,
bukan susah untuk
yang mau belajar di
tempat ini,
tapi yang
menjadi kendala adalah
lokasi mereka belajar,
tempat mereka
belajar, ruang mereka
belajar,
gedung untuk
mereka belajar, sudah
sesuai lagi.
Yaitu
butuh dana yang besar
untuk membangun gedungnya.
Hingga kini
inilah yang menjadi
hambatan bagi Pendidikan
di lembaga TERAS
ini, untuk butuh
dana membangun gedung
ini,
mereka butuh
bantuan agar gedung
untuk anak-anak
sekolah
ini yang sesuai
jangan rumah tempat
tinggal
di jadikan untuk
anak-anak belajar. Ketika
siang
untuk anak
-anak belajar tapi
ketika malam menjadi
tempat tinggal.
Sungguh menyedihkan
tapi demi untuk
memberdayakan masyarakat, demi
untuk kemajuan
masyarakat
hal ini bukan
menjadi rintangan,
meskipun
tidak ada keuntungan yang
di peroleh
dari ini, meskipun
tidak dapat memperkaya
diri,
tapi program ini
sudah 14 tahun
berjalan.
Bagaimana dengan
pemerintah? Inilah yang
menjadi
pertanyaan yang tak terjawabkan, sudah
berulang-ulang
di laporkan
pada pemerintah , pada departemen terkait,
tapi apa yang mereka
upayakan, tidak ada, hanya
propaganda di media
saja yang mereka
sampaikan,
hingga detik ini
program pendidikan untuk
membantu
pemerintah ini, tidak
juga jadi perhatian, di
biarkan
hidup merangkak
seperti kura-kura yang
merayap.
Tapi inilah
yang disebut perjuangan
di zaman kini,
meskipun kita tak
juga di bantu
oleh pemerintah,
meskipun
hanya sekedar perhatian saja, sungguh
hal
ini bukan
cara yang pantas
di lakukan oleh
pemerintah.
Empat belas
tahun perjuangan untuk
pendidikan ini,
Indonesia
yang tidak ada
perhatian, tapi
Allah
akan memberikan bantuan
pada kita di
aherat kelak.
Sudah berbagai
permohonan yang kami
ajukan,
kepada Gubernur tapi
tak juga di
bantu, ke berbagai
Departemen milik pemerintah, seperti Pertamina, PUSRI,
Pabrik Semen Baturaja,
dan Bank Indonesia,
atau bank Mandiri atau berbagai
departemen lain,
tak juga
ada yang mau
membantu kita.
Padahal 14
tahun berjuang untuk
pendidikan ini
bukan
waktu yang singkat, tak
juga di bantu. Hingga
berbagai
pertayaan yang kami
sampaikan dalam diri
kita,
yang bagaimana yang
mau dibantu oleh
pemerintah Indonesia,
baik oleh
gubernur atau oleh walikota.
Mereka semua
tak perduli dengan
ini, mungkin
yang
mereka perduli dan
yang mau mereka
bantu itu,
karena
mau menjilat pantat
Gubernur, atau mereka
yang
mau meangungkan gubernurnya
baru dibantu.
Harapan kami
semoga pemimpin negeri
ini mau
perduli
dengan pendidikan, dimana program
yang di
dengungkan untuk
pendidikan itu , biarlah pemerintah
tak mau perduli tapi
kami tetap menjalankan
program
pendidikan ini,
biarlah pemerintah tak mau
membantu
tapi tetap
akan jalankan program ini, harapan
kita adalah
jangan sampai perjuangan
kami
ini akan
melemah hanya karena
tidak di perhatikan
oleh pemerintah, atau tidak
di bantu oleh
pemerintah.(mil)
No comments:
Post a Comment