Salah satu bentuk kerajaan Islam yang pernah ada di Kota Palembang yaitu "Kesultanan Palembang Darussalam" yaitu sebuah kerajaan bercorak keislaman dan mungkin adalah menegakkan "islam yang kaffah atau islam yang seutuhnya". Setelah keruntuhan kerajaan Sriwijaya yang berbau Hindhuisme atau Budhaisme sekitar tahun 1377 masehi akibat serbuan tentara Majapahit yang dipimpin oleh Aryadamar (setelah masuk Islam berganti nama Arioabdillah atau Ariodillah), sejak itulah berangsur-angsur rakyat kota palembang mulai masuk islam, diperkirakan dibawa oleh Sunan Ampel atau Raden Rahmatullah. Akibat kerusuhan tahta Demak maka banyak para abdi kerajaan demak mengungsi ke kota palembang,diantaranya adalah Kiyai Gede Ing Suro, yang datang dan menetap di kraton lama Ariodillah dibilangan kraton kuto gawang (belakang PT.Pusri 1 Ilir Palembang) yang ketika itu hanya disebut dengan nama kampung Palembang Lamo.
Kiyai Gede Ing Suro (yang ke 1 atau yang tuo) itu tidak mempunyai anak, maka ia meminta keponakannya yang bernama Kemas Anom, mengantikan kedudukannya sebnagai raja palembang dan bergelar pula sebagai Kiyai Gede Ing Suro (yang ke 2 atau yang mudo), sejak itulah palembang masuk dalam protektorat/perlindungan kerajaan demak, mataram hingga tahun 1666 dibawa kepemimpinan Kemas Hindi maka palembang memproklamasikan dirinya sebagai "kesultanan" yang berdaulat dinegerinya sendiri. Kemas Hindi pun menjadi sultan dengan gelar "Sulthan Abdurrahman, Khalifatul Mukminin Sayidul Iman". Pemerintahan sulthan abdurrahman cukup berjalan baik dan bijaksana, rakyat palembang makmur-sejahtera, masa pemerintahan sulthan abdurrahman berjalan 45 tahun. Setelah beliau wafat, beliau lebih dikenal dengan nama "Sunan Candiwalang" yang makamnya ada di pasar cinde palembang.
Sebelum wafat sulthan abdurrahman mengangkat anaknya Raden Ario sebagai sultan palembang yang kedua yang bergelar "Sulthan Muhammad Mansyur" oleh karena beliau ini didalam masa kepemerintahan mengunakan cara kekerasan /meliter maka beliau lebih dikenal dengan nama "Jayo Ing Lago atau jaya dipeperangan". Setelah itu sulthan muhammad mansyur digantikan adiknya yang bergelar "sulthan agung", sulthan agung digantikan anak sulthan mansyur yaitu pangeran jayowikramo yang kemudian bergelar sebagai "Sulthan Mahmud Badaruddin (yang ke 1 atau yang tuo) sultan inilah yang mendirikan masjid agung palembang dan benteng kutobesak, Setelah itu digantikan anaknya yaitu "Sesuhunan Ahmad Najamuddin Lemabang" setelah itu digantikan anaknya yang bergelar "sultan muhammad bahauddin" setelah itu digantikan anaknya yaitu "Sulthan Mahmud Badaruddin (yang ke 2 atau yang mudo) sulthan mahmud badaruddin yang ke 2 (SMB II) inilah yang melawan penjajahan Belanda, akibatnya palembang kalah dan sultan mahmud badaruddin II ini dibuang ke Ternate maluku utara dan wafat disana. Sejak dibuangnya/diasingkannya SMB II inilah Kesultanan Palembang dihapuskan, maka berakhirlah masa kesultanan palembang yang oleh para tetua palembang tempo doeloe disebut "zaman sunan palembang". Dimasa kesultanan ini banyak para pujangga islam seperti Syech Abdusshomad al Jawi al falimbani dll. Juga keheroikan para hulubalang dan panglima palembang seperti panglima raden tokak, panglima tembago tuang dan lain sebagainya. (Kiriman M.Jufri:, alamat Talang Banten Palembang).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sorga atau neraka
Sorga itu sudah ada di dunia Hanya sedikit yang mau Banyak manusia lebih memilih dunia Jika dalam gembira kau gelisah Jika dalam susah kau ...
-
Kadang ia duduk ditangga rumah sakit Muhammadiyah palembang, terkadang mondar mandir turun naik tangga. hantu bergaun putih berrambut penjan...
-
Di zaman para sultan ternyata berburu adalah suatu kehobian dari pegawai kerajaan, sehingga apabila mereka akan mulai melakukan berburu itu ...
-
di tulis oleh : M Kamil Sebuah hadist menyatakan, " orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang palingbaik budi pekerti...
Kesultanan Palembang boleh hilang tetapi Keislaman darah pelembang Darussalam tak boleh hilang dari setia jiwa jiwa Pelembang Darussalam
ReplyDelete