Saya kira nenek moyang kita dahulu adalah cukup kreatif dan bijaksana dalam menyikapi lingkungannya dan kehidupannya. Buktinya sampai kini ada beberapa "peninggalan" dari masa ketika ia masih hidup. Sebut saja mulai dari benda phisik yang kasat mata (bisa dilihat dan disaksikan) yaitu mulai dari bentuk rumah kediamannya,sawah,lumbung padi,makam,masjid dan lain sebagainya. Begitu pula peninggalan tak kasat mata, seperti perundang-undangan (aturan) juga kesenian dan kebudayaaannya. Entah misteri apa yang mereka sampaikan yang jelas sampai saat ini ada beberapa ungkapan pepatah,petuah dan pantangan yang mereka berikan kepada kita yang hidup dihari ini dan dimasa kini. Pepatah yang terkenal dari nenek moyang kita itu banyak sekali, kalau mau kita bukukan,mungkin agak tebal juga bukunya, begitu pula dengan petuah (petunjuk yang tentunya petunjuk positif) untuk mengarungi kehidupan kita umat manusia. Pepatah "Tak Dikenal maka Tak Disayang" ini ada pepatah yang arif dan bijaksana. Kita akan ragu dan sangsi kalau kita bertemu dengan seseorang yang kita tidak kenal, maka berlakulah pepatah tak dikenal maka tak disayang. Jika kita telah mengenal dan mengetahui "siapa dia" maka kita tidak akan ragu lagi atau sangsi dengannya dan pepatahnya juga berubah bunyi menjadi" Kenal maka Sayanglah ia". Petuah atau petunjuk yang berupa perundang-undangan yang tidak saja peraturan tentang kemasyarakatan tetapi juga ada petunjuk tentang pengobatan, mencari bintang (untuk persawahan),bertani,berkebun juga tentang melaut (nelayan). Peraturan atau perundang-undangan yang terkenal dari Sumatera Selatan adalah Undang-Undang Simbur Cahaya (UUSB) yang konon tercipta dimasa Kerajaan Islam Palembang, dibuat/dikodepikasikan oleh almarhumah Ratu Senuhun Sabokingking (abad ke 17). Begitu pula "pantangan"-nya seperti kita tidak boleh duduk dimuara pintu, beli minyak tanah dimalam hari, atau mengeluarkan uang dimalam hari dan lain-lain. Banyak sekali pantangan-pantangan nenek moyang ini kalau mau kita gali dan alangkah baiknya pula dibukukan (didokumentasikan) yang bisa saja kita pelajari dan kita ilmiahkan akan metode penggunaannya, bisa dipandang dari sudut filsafat,lingkungan atau kemanfaatannya dikehidupan modren ini. Memang mereka bilang ini tidak logis dan bikin refot aja , mereka menilai dengan istilah "ilmu tumbuk" tidak logis, tidak Islami. Tetapi saya menilai kalau nenek moyang kita telah berbuat demi kemanusian, keadilan dan tentunya kesejahteraan, tinggal disisi mana kita memandangnya. Semoga bermanfaat, Salam dan kita tetap terus kreatif,berproduktif,positif.
Kiriman : M.Jufri , warga Kota Palembang yang cinta damai dan cinta dengan ilmu pengetahuan, tinggal di Talang Banten Plaju, Sumsel, Email : Jufrialpalembani @Yahoo.Com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sorga atau neraka
Sorga itu sudah ada di dunia Hanya sedikit yang mau Banyak manusia lebih memilih dunia Jika dalam gembira kau gelisah Jika dalam susah kau ...
-
Kadang ia duduk ditangga rumah sakit Muhammadiyah palembang, terkadang mondar mandir turun naik tangga. hantu bergaun putih berrambut penjan...
-
Di zaman para sultan ternyata berburu adalah suatu kehobian dari pegawai kerajaan, sehingga apabila mereka akan mulai melakukan berburu itu ...
-
di tulis oleh : M Kamil Sebuah hadist menyatakan, " orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang palingbaik budi pekerti...
No comments:
Post a Comment