Disebuah Pedesaan didalam kecamatan kota bumi lampung, tinggallah seorang keluarga hidupnya penuh kesederhanaan. Dilingkungan sekitarnya, keluarga ini sering dianggap hina. Umar sejak itu sering melamun dari pada ia giat melakukan rutinitas sebagai petani.
“Tini......pagi ini aku akan pergi, aku sudah bulat bahwa aku mohon petunjuk sesuatu agar kelak kita tercapai menjadi seorang yang kaya raya,” ungkap Umar pada istrinya.
"Jadi kau........ingin menuntut apa yang ungkap beberapa hari yang lalu itu?"
Umar hanya diam, ternya ia pagi itu telah mempersiapkan segala sesuatu untuk perbekalannya, berangkat menuntut jalan hidup pintas untuk menuju kekayaan.
Pagi itu ia meninggalkan istrinya dalam keadaan hamil, sejak hari itu istrinya Umar hamil tujuh bulan. Sejak kepergian suaminya itu, Tini seperti biasa ia hanya melakukan kegiatannya sebagai petani, pagi ia pergi kesawah lalu sore ia baru pulang.
Malam itu ia mendadak terbangun dalam mimpinya ia merasa bahwa satu gigi rahang kanannya dicabut dengan paksa,sehingga ia menjerit kesakitan.
Mendadak karna sakit itu, ia terbangun seketika sehingga ia mengigil ketakutan, wajahnya tampak pucat, ia tersandar di tempat tidurnya.
Disaat itu juga ia bangun, ia pandangi wajahnya di cermin sambil ia tak lupa mengelus-elus perutnya dengan sedih.
Hingga pagi ia tak dapat lagi tidur, saat itu perutnya terasa sangat sakit, mendengar teriakan tini itu, seorang tetangga datang, ia membawa tini ke rumah dukun beranak agar dapat membantunya untuk melahirkan anak.
Meskipun mengalami kesukaran pada akhirnya lahir juga anaknya itu, bayi yang lahir itu dapat diselamatkan.
satu minggu kelahiran anaknya menjelang tengah malam terdengar bunyi ketukan dirumahnya tini. Terbelalak mata Tini ketika membuka pintu rumah, bahwa yang datang itu adalah suaminya . "kak...betulkah ini kau?" "ya...kenapa?ini aku suamimu"
Seminggu kemudian bayi yang lahir itu meninggal dunia, karena di waktu malam dia terkena kejang,dan di bagian lehernya terdapat goresan, tapi yang tahu hanya umar saja. Sejak itu, Umar tak lagi sebagai petani, ia merubah hidupnya sebagai pedagang, dari hari ke hari makin bertambah kekayaanya.
Kematian anaknya yang pertama tidak menjadi beben dalam keluarganya, istrinya menerima kenyataan ini apa adanya. Kini ia memiliki beberapa bidang sawah, sawah itu ia bagi hasil dengan seorang warga didesanya itu. Toko serba ada milik umar makin hari makin ramai, ia bertambah giat menjalani tugasnya sebagai pedagang.
Menjelang delapan bulan tampaknya istrinya mulai hamil, ia kini juga harus menyampaikan tugasnya pula, ia juga harus memenuhi kewajibanya yang pernah ia janjika pada tempatnya digunung kawi, tumbal yang pernah dijanjikan pada tempat ia memohon harta kekayaan itu. Ia makin gelisah, keadaan ini tak satupun orang yang tahu bahwa suaminya telah menganut dan menuntut kekayaan yng mengorbarkan anaknya.
"Entahlah...aku belum mau tidur hatiku saat ini sangat gelisah sekali, disaat ini" ungkap Umar dengan lembut.
Ia pandangi suaminya yang tertegun diam, terlihat raut wajah suaminya yang tak tenang itu, padahal kini ap yang telah dicita-citakan oleh suaminya dulu telah tercapai, kebun lebih dari satu, mobil mereka punya, motor broda dua mereka punya, rumah lebih dari satu.
Kekayaan yang dicita-citakanya kini sudah tercapai, tapi kini ia makin sedih pada saat menjelang malam. Di subuh hari lahir lagi anak yang kedua, ia pestakan anak itu , sehingga para tetangga yang dulu sangat benci dan kadang kala tak peduli dengannya,kini mereka sangat hormat sekali dengan umar.
Betul-betul keadaan umar sangat berbeda sebelum ia pergi dulu, hal ini juga terdengar oleh para tetangga nya kemungkinan ia menuntut jalan pintas ke gunung kawiuntuk mendapat kekayaannya. Setelah anaknya dimeriahkan dengan pesta meriah, umar makingelisah, ia dimalam itu terlihat hanya melamun dengan sendiri.
Istrinya Umar hanya pandangi keadaan itu, sepertinya ia menyimpan sesuatu yang sangat rahasia sekali.
Meskipun ada kalanya tersentak dalam benaknya bahwa ia ingin bertanya , kenapa sejak pulang dari merantau ia merasa ada keanehan yang tak dapat dimengerti oleh istrinya.
Keadaan waktu terus berjalan sehingga hari ke hari merangkak tanpa disadari, Umar ingin pergi kembali. "kak...kau ingin pergi lagi sore ini, menuju ke tempat bos pedagang yang ada di jawa itu?" "ya... dan jangan sampai esok pagi aku terlambat menuju ketempat itu, jadi siang ini akusegera berangkat."
Kambing itu ia bawauntuk ke suatu tempat, ia naik sebuah kendaraan desa yang menuju kot tanjung karang. dalam perjalannya, ternyata kendaraan yang dinaiki oleh umar ban mobilnya itu bocor, sehingga ia lama menunggu untuk ganti bannya.
Menjelang magrib ia tiba di sebuah masjid dekat stasiun kereta api Tanjung karang, dengan buru-buru ia menuju ke masjid itu. disana ada seorang laki-laki berjubah, lagi berdiri di muara pagar masjid, tampaknya ia memandang kearah seorang laki-laki yang dengan buru buru membawa seekor kambing.
"Pak kyai.... tolong saya, ini untuk sedekahku tolong di potong sekarang juga, sehingga tercapai sedekahku," pinta Umr pada kyai yang tengah berdiri dihadapan masjid itu.
kyai itu memandang dengan penuh perhatian. ia mendekat kearah uamr yang masih memegang kambing itu. "baik apa yang harus saya lakukan untuk dapat menolongmu," tanya kyai itu pada umar yang mendekatinya.
Kyai itu meminta seorang petugas masjid untuk mengambil pisau pemotong kambing. saat kyai itu siap siap akan memotong kambing itu, mulai ia merama-ramalkan doa yang siap untuk memotong. ternyata saat akan memotong dengan terkejuttiba-tiba sekali menghentikan pelaksanaan memotong kambing itu. mendengar itu betapa terkejutnya Umar karena mengapa kyai itu tiba-tiba menghentikan pelaksanaan pemotongan kambing itu.
Kyai itu lalu memanggil salah seorang petugas masjid, saat itu berbisik dengan perlahan, "Kau telpon polisi, katakan bahwa di tunggu di amsjid sekarang juga"
sementara itu kyai mengusahakan agar umar tidak segera lari dari hadapannya, ia mengulur ulur waktu. Dalamwaktu yang singkat datanglah pihak kepolisian dan mengamankan Umar ,ia makin terkejut dengan keadaan itu,
"Baik saya akan jelaskan, Kenapa saya menghentikan pemotongan kambing itu, karena disaat saya akan memotong nya terlihat oleh saya seorang ank bayi yang menjerit kesakitan." "jadi maksud kyai, iani ada kaiitannya dengan Umar"
Untuk itu kyai sejenak merenung ia memandang kiblat, sambil ia berkata ,"untuk membuktikan ini ,baiknya kita sekarang juga ke rumah Umar ini agar tahu apa perbuatan yang sesungguhnya" petunjuk ini di ikuti oleh pihak kepolisian. malam itu juga mereka berangkat kembali ke rumah umar ,tetangga hadir disana orang kampung banyak sekali, ini makin sangat terkejut menyaksiaknnya.
"Perhatikan dengan seksama bahwa di leher anak itu ada bekas goresan, meskipun ia belum meninggal, karena kambing ini merupakan persembahan untuk tumbal kekayaan yang dinginkan oleh umar. "
Karna masyarakat banyak mendesak danjuga diputuskan untuk segera diadili oleh watga desa, didepan masyarakat desa didesak dan dilempari, pada akhirnya ia mengaku bahwa ia memang mengadakan perjanjian untuk tumbal anaknya,ini untuk kekayaan dirinya. Pada akhirnya Umar menjadi seorang yang hilang ingatan ,kerjanya setiap hari cuma pulang perginya menangis sambil menyebut nama anaknya dan menangis diatas kuburan anaknya pagi, siang, dam malamnya.
Cerita ini diperoleh oleh syar nubi salh seorang yang telah juga disadarkan oleh kyai yang berada di masjid dekat stasiun kereta api tanjung karang , agar ia menghentikan langkahnya untuk melanjutkan menuntut kekayaannya dengan jan pintas menggunakan tumbal lebih baik mencari kehidupan apadanya.
No comments:
Post a Comment